MELIHAT
KEMBALI – KE ATAS.
Diceritakan dalam petikan kali ini (Mrk 10:46-52)
bagaimana Bartimeus, seorang pengemis buta, ikut berdesak-desakan mengerumuni
Yesus yang sedang berjalan lewat Yerikho. Ia berseru minta dikasihani oleh
Yesus yang dipanggilnya sebagai “anak Daud”, gelar Mesias yang dinanti-nantikan
banyak orang itu. Kendati orang banyak menyuruhnya diam, ia terus berteriak dan
makin keras. Mendengar itu Yesus menyuruh membawa Bartimeus mendekat untuk ditanyai
ingin apa darinya. Ketika ia minta agar bisa melihat kembali, Yesus mengatakan
bahwa imannya telah menyelamatkannya. Saat itu juga Bartimeus dapat melihat
kembali dan mulai mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Marilah kita tengok
terlebih dahulu perihal orang buta dalam Alkitab sebelum mengamati beberapa
peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta dan menafsirkan kisah Bartimeus ini.
ORANG BUTA DALAM ALKITAB
Orang
bisa buta sejak lahir (Yoh 9:1), atau berkurang penglihatannya karena usia
lanjut (Ishak dalam Kej 27:1; Eli dalam 1Sam 3:2; Ahia dalam 1Raj 14:4). Di
luar itu, kebutaan umumnya akibat penyakit mata yang kasep. Hukum agama dan
hukum adat melindungi orang-orang buta (seperti halnya juga janda, musafir,
orang sakit, orang miskin, dst.). Ada ancaman keras jangan sekali-sekali
menyesatkan atau membiarkan orang buta tersandung (Im 19:14 dan Ul 27:18).
Hukum-hukum ini keramat. Tipe orang saleh seperti Ayub bisa berkata sudah
menjalankan kebaikan terhadap orang buta (Ayb 29:15).
Kebutaan
Saulus (Kis 9) dipakai untuk menyadarkannya bahwa hingga saat itu ia “buta”
akan kehadiran Yesus. Selain itu, kebutaan fisik membuatnya kini makin
menghargai kebesaran Allah yang mengasihani orang buta seperti dia lewat orang
yang mengantarkannya mencari kesembuhan di Damsyik – di sana ia juga menerima
baptisan, yang dimengerti secara teologis olehnya nanti dalam Rm 6:5 sebagai
ikut mati, dikubur, dan dibangkitkan kembali bersama dengan Kristus.
Kebutaan
bisa didatangkan sebagai hajaran kekuatan gaib, misalnya Saulus/Paulus dengan
kekuatan matanya menyihir buta seorang nabi palsu bernama Baryesus alias Elimas
yang menjalankan praktek santet di Pafos di Pulau Siprus (Kis 13:11). Sambil
berdoa Elisa menenung buta sepasukan orang Aram (2Raj 6:8 dst.). Malaikat Allah
membutakan mata orang-orang Sodom yang berniat berbuat keji terhadap mereka
yang menyamar sebagai tetamu Lot (Kej 19:1). Praktek merusak mata lawan juga
dikenal, misalnya orang Filistin mencungkil mata Simson (Hak 16:22),
Nebukadnezar membutakan Zedekia (2 RW 25:7).
Kebutaan dapat menggambarkan tipisnya kepekaan rohani,
misalnya umat yang tak lagi mengindahkan Allah (Yes 42:18-19), malah pemimpin
umat juga buta (Yes 56:10); juga orang yang duniawi belaka pikirannya (2Kor
4:4) atau yang tak berbuat baik kepada sesama (2 Ptr 1:9) dan yang membenci
sesama (1Yoh 2:11). Gereja Laodikea dikatakan buta karena tidak menyadari
kemerosotan rohani sendiri (Why 3:17). Orang Farisi diibaratkan orang buta
menuntun orang buta (Mat 15:14; Luk 6:3).
YESUS DAN ORANG BUTA
Seperti
diutarakan dalam Mat 11:5 dan Luk 7:(21-)22, dalam menjawab pertanyaan Yohanes
Pembaptis, Yesus menyebut penyembuhan orang buta sebagai salah satu tanda bahwa
dirinya itu tokoh yang telah lama dinanti-nantikan orang banyak. Hal ini berhubungan
erat dengan gagasan Alkitab bahwa keselamatan datang bagaikan terang bagi orang
buta (lihat Mzm 146:8; Yes 29:18; 35:5; 42:16.18; 43:8; Yer 31:8). Tiga
kejadian penyembuhan orang buta diceritakan secara khusus dalam Injil-Injil:
Di
Betsaida (Mrk 8:22-25; Mat 9:29): Markus melaporkan bahwa orang buta yang
diludahi matanya dan ditumpangi tangan oleh Yesus mulai bisa samar-samar
melihat kembali dan baru pulih sepenuhnya ketika matanya ditumpangi tangan
sekali lagi. Matius mengandaikan pembaca mampu membayangkan tiap tindakan Yesus
itu dan hanya melaporkan Yesus “menjamah mata” si buta. Akan tetapi, Matius
menekankan orang buta itu ditanya dulu apa sungguh percaya Yesus bisa menolong
mereka.
Mengenai
peristiwa di Yerikho (Mrk 10:46 dst.; Luk 18:35 dst.; Mat 20:30 dst.) Markus
dan Lukas berbicara tentang Bartimeus si buta yang menjadi peminta-minta, tapi
entah bagaimana Matius menambahkan orang buta yang lain sehingga penyembuhannya
terjadi pada dua orang buta tanpa nama. Boleh jadi ingatan Matius agak rancu
dengan peristiwa yang pernah diceritakannya sendiri dalam Mat 9:27-29.
Bagaimanapun juga si buta itu, satu atau dua orang, berteriak minta tolong,
“Anak Daud, kasihanilah…!” Dan Yesus langsung berbuat sesuatu. Tak perlu heran,
menurut adat dan hukum orang buta wajib ditolong (lihat catatan di atas),
apalagi kalau yang bersangkutan mengimbau kewajiban keramat Mesias untuk
menunjukkan belas kasihan ilahi.
Di
Yerusalem (Yoh 9:1-41, orang buta sejak lahir), Yesus meludah ke tanah dan
membuat lumpur yang dipoleskannya pada mata orang buta sejak lahir itu lalu
menyuruhnya pergi berendam di kolam Siloam dan kembali ke Yesus dan
penglihatannya kini beres. Penyembuhan ini terjadi dengan maksud menunjukkan
betapa karya Allah nyata-nyata terjadi dalam diri orang buta sejak lahir itu
(ay. 3).
Yesus bertindak seperti penyembuh paranormal zaman itu,
lengkap dengan gerak-gerik magis-ritual dan penyebutan syarat-syaratnya segala.
Injil kadang-kadang merekamnya, kadang-kadang hanya mengandaikan pembaca sudah
tahu dan bisa membayangkannya sendiri.
DIALOG IMAJINER DENGAN BARTIMEUS
TANYA:
Pak Bartimeus, kenapa kok Anda bersikeras minta tolong kepada Yesus? Apa Anda
tidak takut orang banyak yang mengomeli Anda?
BARTIMEUS:
Itu hakku, bukan? Yesus itu kan Mesias keturunan Daud, betul kagak? Ia tidak
bakal mengingkari kewajibannya kepada orang kayak gue-gue ini. Dan ngapain
takut sama orang banyak? Mereka kan tidak bakal berani menjegalku, situ kan
ahli Kitab Suci, apa kata Im 19:14 dan Ul 27:18?
TANYA:
Okay, Pak. Lain hal, apa yang Anda rasakan waktu Yesus tanya ingin apa darinya?
BARTIMEUS:
Wah, dag-dig-dug! Sampai saat itu aku pikir aku ini kena hukuman Allah kayak
orang Aram atau orang kota Sodom, atau dukun belang yang kalian kenal dari
Kitab Suci. Kebetulan Yesus lewat Yerikho. Dengar-dengar ia mengajarkan Allah
itu Bapa yang baik. Ini perkara baru. Tapi kurang jelas apa juga berlaku bagi
orang seperti aku ini. Maka mau tanya langsung kepadanya. Tahu-tahunya ia malah
nyuruh aku datang mendekat dan bertanya aku mau dia lakukan apa bagiku. Lha,
tentu saja gue bilang pe¬ngin bisa ngeliat kembali. Saat itu juga rasanya
byaar!
TANYA:
Omong-omong, persisnya Injil-Injil melaporkan “byaar”-nya Anda itu tadi itu
sebagai “saat itu juga ia bisa melihat kembali”. Apanya yang “kembali”? Soalnya
begini, sabar ya Pak, teks Injil mengatakan Anda itu “ana-eblepse”. Lha,
“eblepse”, aorist orang ke-3 tunggal, artinya “mulai melihat” itu memiliki
awalan “ana-” yang mengandung makna “kembali”. Jadi, dengan “byaar” tadi Anda
mulai bisa melihat hal-hal seperti dulu lagi. Tetapi awalan “ana-” itu juga
berarti “ke atas”, jadi “ana-eblepse” itu juga “mulai bisa memandang ke atas”.
Yesus sendiri misalnya ketika hendak memberi makan lima ribu orang dikatakan
dalam Mat 14:19 “… menengadah (= ana-eblepsas) ke langit lalu mengucap syukur…”
Apa Anda setuju dikisahkan dalam Injil-Injil dengan kata “ana-eblepse” yang
sarat dengan dua nuansa itu?
BARTIMEUS:
Waduh, waduh, terima kasih diajari Yunani! Memang cerita Injil-Injil itu jitu.
Dalam “byaar” tadi rasa-rasanya mulai tampak juga apa yang dilihat Yesus ketika
ia menengadah.
TANYA:
Lha apa itu?
BARTIMEUS:
Situ belum tahu? Kursus kilat Yunani saya balas dengan kursus kilat kerohanian.
Yesus bilang sama gue, “Imanmu sudah menyelamatkanmu.” Ia tahu saat itu saya
“byaar” dan mulai bisa juga melihat yang dilihatnya seperti ketika ia
menengadah tadi. Inilah yang dia maksudkan. Aku mulai makin tertarik ikut
melihat yang betul-betul dilihatnya, bukan hanya langit saja tapi siapa yang di
sana. Karena itu, aku ikuti dia. Tiap hari aku mendengarkan ia bercerita
mengenai Bapanya yang ada di surga, yang di atas sana. Maka Mrk 10:52 bilang
tentang aku yang mantan pengemis buta ini “lalu ia mulai mengikutinya dalam
perjalanannya”. Maksudnya, jalan menuju Bapanya – tafsir ini ndak bisa Anda
raih dengan eksegese tok lho, karena hanya terjangkau dalam iman yang disebut
Yesus tadi. Luk 18:43 mengatakan yang sama ketika bilang tentang diriku “lalu
ia mulai mengikuti dia sambil memuliakan Allah”. Allah yang makin kupandangi
dalam mengikut Yesus.
Pada akhir tanya jawab itu, terbayang Bartimeus berjalan
mengikuti Yesus – ia yang tadi buta itu kini menuntun kita semua mulai memahami
apa makna mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Ia juga bukan peminta-minta
lagi, ia bisa memberi banyak. Apa rekan-rekan berkeberatan bila dikatakan
perjumpaan Bartimeus dengan Yesus itu justru karena si buta ingin lebih tahu
cerita Yesus tentang Bapa¬nya yang di atas sana, di surga, dan dalam hubungan
ini ia memperoleh kembali penglihatannya? Salam hangat. *** (A. Gianto)
0 komentar:
Post a Comment