October 18, 2015

RENUNGAN HARI SENIN 19 OKTOBER 2015

Bacaan Liturgi  Senin  19 Oktober 2015
PF S. Paulus dari Salib, Imam ,  PF S. Yohanes de Brebeuf dan Ishak Jogues, Imam, dan teman-temannya; Martir

Bacaan 1: Rom 4:20-25
Terhadap janji Allah  Abraham tidak bimbang karena kurang percaya,  tetapi sebaliknya, ia malahan diperkuat dalam imannya dan memuliakan Allah, Ia yakin penuh  bahwa Allah berkuasa melaksanakan apa yang telah dijanjikan-Nya.  Maka hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.  Kata-kata "hal ini diperhitungkan kepadanya"  tidak ditulis untuk Abraham saja,  tetapi untuk kita juga,
sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya,  karena kita percaya kepada Dia,  yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita,  dari antara orang mati,  yaitu Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita,  dan dibangkitkan demi pembenaran kita.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur: Luk 1:69-75
Terpujilah Tuhan, Allah Israel,  sebab Ia mengunjungi umat-Nya.
*Tuhan telah mengangkat bagi kita  seorang penyelamat yang gagah perkasa, putera Daud, hamba-Nya. Seperti dijanjikan-Nya dari sediakala, dengan perantaraan para nabi-Nya yang kudus.
*Untuk menyelamatkan kita dari musuh-musuh kita  dan dari tangan semua lawan yang membenci kita,  untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada leluhur kita  dan mengindahkan perjanjian-Nya yang kudus.
*Sebab Ia telah bersumpah kepada Abraham, bapa kita,  akan membebaskan kita dari tangan musuh.  Agar kita dapat mengabdi kepada-Nya tanpa takut  dan berlaku kudus dan jujur di hadapan-Nya seumur hidup kita.

Injil: Luk 12:13-21
Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah satu dari mereka berkata kepada Yesus,  "Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku."  Tetapi Yesus menjawab,  "Saudara, siapakah yang mengangkat Aku
menjadi hakim atau penengah bagimu?"  Kata Yesus kepada orang banyak  itu,
"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan!  Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,  hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaannya itu."
Kemudian Ia menceriterakan kepada mereka perumpamaan berikut,  "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, 'Apakah yang harus kuperbuat,  sebab aku tidak punya tempat  untuk menyimpan segala hasil tanahku.'  Lalu katanya, 'Inilah yang akan kuperbuat:  Aku akan merombak lumbung-lumbungku,  lalu mendirikan yang lebih besar,  dan aku akan menyimpan di dalamnya  segala gandum dan barang-barangku.  Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku:  Jiwaku, ada padamu banyak barang,  tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!'
Tetapi Allah bersabda kepadanya, 'Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?
Demikianlah jadinya   dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri,
tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah."
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan
Pada bacaan pertama, terhadap janji Allah, Abraham tidak bimbang, bahkan diperkuat dalam iman dan memuliakan Allah. Hal ini menurut St. Paulus diperhitungkan kepadanya, bahkan juga untuk kita yang percaya akan kebangkitan Yesus Kristus. Pewarisan iman kepercayaan  dan usaha diri untuk menangkap kehendak Allah berdasarkan apa yang kita terima  dalam pengajaran iman , sangat berguna untuk memupuk iman kepercayaan kita.
Pertanyaan bagaimanakah Allah menjadi manusia didalam Yesus? Dijawab oleh YOUCAT Indonesia  ... Katekismus Popular no. 76 demikian : “ Bagi kita manusia  dan untuk keselamatan kita Ia turun dari Surga ( Nikea – Syahadat no 456-460 ) Dalam Yesus Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan Diri – Nya, dan menebus umat manusia  dari belenggu dosa, “ Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, (Yoh 3, 16). Dalam Yesus , Allah menjadi manusia, hidup bersama  didunia , merasakan penderitaan dan kematian kita, serta menjadi sama dengan kita kecuali dalam hal dosa”
Untuk rumusan iman yang sudah teruji dua ribu tahun itulan, kita memberi wujud dan ketaatan iman melalui cara hidup sehari hari yang pantas sebagai umat beriman. Keyakinan untuk mewartakan iman  dan juga mewariskan kepada anak cucu maupun generasi keturunan kita, perlu dicarikan terobosan yang yang berdampak nyata. Kebahagiaan hidup juga tidak bergantung pada banyaknya harta,  namun bagaimana kita menerima setiap anugerah yang diberikan juga mempergunakannya untuk kebaikan serta kesejahteraan bersama.

Butir butir permenungan.
Menghayati peranan Allah dalam hidup berarti tidak sekedar mengakui keberadaan-Nya, tetapi juga bagaimana memahami Firman-Nya dan menjalankannya dalam hidup sehari hari. Allah tidak melarang anak anak –Nya  menjadi kaya, namun kekayaan duniawi tanpa penghayatan firman Allah, yaitu kasih , memberikan keselamatan yang semu dan menyesatkan. Bila kita mengutamakan kasih kepada Tuhan dan sesama, kita akan menjadi kaya dihadapan Allah.

Doa.
Ya Bapa, janganlah biarkan aku terjerumus pada sifat gila harta dan kekayaan semata. Tetapi jadikanlah aku pribadi yang selalu mensyukuri apa yang aku miliki. Amin.


0 komentar:

Post a Comment