January 23, 2016

WAJAH KERAHIMAN ALLAH

Wajah Kerahiman
Pada petang hari 11 April 2015, bulla (surat edaran) dari Paus Fransiskus mengenai Tahun Yubileum Agung Kerahiman yang berjudul “Misericordiae Vultus” (Wajah Kerahiman) dibacakan oleh Pastor Leonardo Sapienza, Wali Prefek Rumah Tangga Kepausan, Tahun Yubileum tersebut telah dibuka pada hari raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda ( 8 Desember 2015 lalu dan ditutup pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam (20 Nopember 2016). Dengan perayaan ini , seluruh Gereja diharapkan  membuka pintu untuk menunjukkan Wajah Kerahiman Ilahi. Perayaan Tahun Yubileum ini merupakan saat yang tepat bagi kita untuk menjadi tanda yang lebih efektif bagi karya Bapa dalam kehidupan kita.(MV,no.3) Santa Perawan Maria dan Tuhan Yesus Kristus menjadi dua poros yang memancarkan wajah kerahiman.

Wajah Tuhan Yesus Kristus
Tuhan Yesus Kristus adalah wajah Kerahiman Allah. Allah Bapa yang kaya dengan rahmat (Ef 2:4) , setelah mewahyukan nama-Nya kepada Musa sebagai “Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya” (Kel 34:6), tidak pernah berhenti memperlihatkan keIlahian-Nya dengan berbagai cara. Setelah genap waktunya (Gal 4:4) , Dia mengutus Putra-Nya lahir dari perawan Maria untuk mewahyukan kasih-Nya secara definitif. Barang siapa telah melihat  Tuhan Yesus, ia telah melihat Bapa (Yoh 14:9) Tuhan Yesus menunjukkan kerahiman Allah dalam sabda, karya dan pribadi-nya (MV no1)
Dalam misteri Allah yang menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus, kita perlu mengkontemplasikan dengan tekun misteri kerahiman Ilahi, sumber sukacita dan ketenteraman dan kedamaian. Kerahiman adalah kata yang mewahyukan misteri Tritunggal Mahakudus. Kerahiman adalah hukum dasar yang tinggal didalam hati setiap orang, yang melihat dengan hormat mata saudara saudarinya sebagai jalan sempit kehidupan. Kerahiman adalah jembatan yang menghubungkan antara Allah dan manusia, membuka hati kita kepada suatu pengharapan untuk dicintai-Nya walau kita ini pendosa (MV no.2).

Wajah Keibuan Maria.
Sejak dosa Adam dan Hawa, Allah tidak pernah bermaksud menyerahkan manusia kepada kuasa kejahatan. Untuk itulah , Allah menjadikan Maria kudus dan tak bernoda (bdk. Ef 1:4) dan memilihnya menjadi Bunda Penebus.
Saat manusia disilaukan oleh daya  tarik dosa, Allah mengimbanginya dengan kepenuhan kerahiman  “keibuan”-Nya. Kerahiman Allah selalu lebih besar dari segala dosa, dan tidak seorangpun dapat membatasi kasih Allah yang sElalu siap mengampuni(MV.no.3) bagaikan hati seorang ibu.

Menghadirkan Wajah Kerahiman.
Bapa Suci memilih 8 Desember 2015 sebagai tanggal yang mempunyai makna yang agi sejarah Gereja. Pintu suci dibuka bertepatan dengan peringatan 50 tahun u fase baru. Gereja dipanggil untuk mewartakan Injil dengancara baru, yakni menjadi tanda kasih Allah Bapa dalam dunia(MV, no.4).
Bagaimana Gereja menghadirkan wajah kerahiman Allah bagi dunia? Gereja tidak lagi tampil sebagai lembaga kaku yang penuh kebanggaan akan kewibawaan otoritasnya, Namun Gereja hadir dengan wajah kerahiman seperti Kristus, mempelainya dan Bunda Maria. Pada pembukaan Konsili Vatikan II , St. Yohanes XXIII menyatakan  “Kini, Sang Mempelai Kristus memilih untuk menggunakan obat kerahiman daripada  senjata dan kekerasan...... Gereja Katolik dengan Konsili Ekumenis ini mengangkat tinggi lentera kebenaran kekatolikan dan ingin menunjukkan diri sebagai bunda penuh kasih bagi semua orang : dengan wajah sabar dan lembut bagai seorang ibu yang dipenuhi keprihatinan mendalam pada anak yang dipinggirkan...”  (MV. No.4)
Beato Paulus VI dalam penutupan Konsili juga berkata: “ Kita ingin memcatat bahwa kasih menjadi jiwa dasar dari Konsili ini....  Kisah tentang orang Samaria telah menjadi model spiritualitas Konsili.... Nilai nilai dunia modern tak hanya dihargai, tetapi diangkat, dibersihkan dan disucikan.... Hal hal yang harus kita tekankan adalah semua kekayaan doktrin disalurkan kesatu arah, yakni pelayanan terhadap umat manusia, dalam segala kondisi, kelemahan dan kebutuhannya”
Itulah cara yang dipilih Gereja untuk mengkontemplasikan Wajah Kerahiman Allah, dan menyatakannya kepada dunia bagai seorang ibu yang tanggap terhadap kebutuhan anak anaknya.

Disalin dari Rm. Adrian Pristio, O.Carm.




0 komentar:

Post a Comment