Wajah Kerahiman
Pada
petang hari 11 April 2015, bulla (surat edaran) dari Paus Fransiskus mengenai
Tahun Yubileum Agung Kerahiman yang berjudul “Misericordiae Vultus” (Wajah
Kerahiman) dibacakan oleh Pastor Leonardo Sapienza, Wali Prefek Rumah Tangga
Kepausan, Tahun Yubileum tersebut telah dibuka pada hari raya Santa Perawan
Maria Dikandung Tanpa Noda ( 8 Desember 2015 lalu dan ditutup pada hari raya
Kristus Raja Semesta Alam (20 Nopember 2016). Dengan perayaan ini , seluruh
Gereja diharapkan membuka pintu untuk
menunjukkan Wajah Kerahiman Ilahi. Perayaan Tahun Yubileum ini merupakan saat
yang tepat bagi kita untuk menjadi tanda yang lebih efektif bagi karya Bapa
dalam kehidupan kita.(MV,no.3) Santa Perawan Maria dan Tuhan Yesus Kristus
menjadi dua poros yang memancarkan wajah kerahiman.
Wajah Tuhan Yesus Kristus
Tuhan
Yesus Kristus adalah wajah Kerahiman Allah. Allah Bapa yang kaya dengan rahmat
(Ef 2:4) , setelah mewahyukan nama-Nya kepada Musa sebagai “Allah penyayang dan
pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya” (Kel 34:6), tidak pernah
berhenti memperlihatkan keIlahian-Nya dengan berbagai cara. Setelah genap
waktunya (Gal 4:4) , Dia mengutus Putra-Nya lahir dari perawan Maria untuk
mewahyukan kasih-Nya secara definitif. Barang siapa telah melihat Tuhan Yesus, ia telah melihat Bapa (Yoh 14:9)
Tuhan Yesus menunjukkan kerahiman Allah dalam sabda, karya dan pribadi-nya (MV
no1)
Dalam
misteri Allah yang menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus dalam kuasa
Roh Kudus, kita perlu mengkontemplasikan dengan tekun misteri kerahiman Ilahi,
sumber sukacita dan ketenteraman dan kedamaian. Kerahiman adalah kata yang
mewahyukan misteri Tritunggal Mahakudus. Kerahiman adalah hukum dasar yang
tinggal didalam hati setiap orang, yang melihat dengan hormat mata saudara
saudarinya sebagai jalan sempit kehidupan. Kerahiman adalah jembatan yang
menghubungkan antara Allah dan manusia, membuka hati kita kepada suatu
pengharapan untuk dicintai-Nya walau kita ini pendosa (MV no.2).
Wajah Keibuan Maria.
Sejak
dosa Adam dan Hawa, Allah tidak pernah bermaksud menyerahkan manusia kepada
kuasa kejahatan. Untuk itulah , Allah menjadikan Maria kudus dan tak bernoda
(bdk. Ef 1:4) dan memilihnya menjadi Bunda Penebus.
Saat
manusia disilaukan oleh daya tarik dosa,
Allah mengimbanginya dengan kepenuhan kerahiman
“keibuan”-Nya. Kerahiman Allah selalu lebih besar dari segala dosa, dan
tidak seorangpun dapat membatasi kasih Allah yang sElalu siap
mengampuni(MV.no.3) bagaikan hati seorang ibu.
Menghadirkan Wajah Kerahiman.
Bapa
Suci memilih 8 Desember 2015 sebagai tanggal yang mempunyai makna yang agi
sejarah Gereja. Pintu suci dibuka bertepatan dengan peringatan 50 tahun u fase
baru. Gereja dipanggil untuk mewartakan Injil dengancara baru, yakni menjadi
tanda kasih Allah Bapa dalam dunia(MV, no.4).
Bagaimana
Gereja menghadirkan wajah kerahiman Allah bagi dunia? Gereja tidak lagi tampil
sebagai lembaga kaku yang penuh kebanggaan akan kewibawaan otoritasnya, Namun
Gereja hadir dengan wajah kerahiman seperti Kristus, mempelainya dan Bunda
Maria. Pada pembukaan Konsili Vatikan II , St. Yohanes XXIII menyatakan “Kini, Sang Mempelai Kristus memilih untuk
menggunakan obat kerahiman daripada senjata dan kekerasan...... Gereja Katolik
dengan Konsili Ekumenis ini mengangkat tinggi lentera kebenaran kekatolikan dan
ingin menunjukkan diri sebagai bunda penuh kasih bagi semua orang : dengan
wajah sabar dan lembut bagai seorang ibu yang dipenuhi keprihatinan mendalam
pada anak yang dipinggirkan...” (MV. No.4)
Beato
Paulus VI dalam penutupan Konsili juga berkata: “ Kita ingin memcatat bahwa
kasih menjadi jiwa dasar dari Konsili ini....
Kisah tentang orang Samaria telah menjadi model spiritualitas
Konsili.... Nilai nilai dunia modern tak hanya dihargai, tetapi diangkat,
dibersihkan dan disucikan.... Hal hal yang harus kita tekankan adalah semua
kekayaan doktrin disalurkan kesatu arah, yakni pelayanan terhadap umat manusia,
dalam segala kondisi, kelemahan dan kebutuhannya”
Itulah
cara yang dipilih Gereja untuk mengkontemplasikan Wajah Kerahiman Allah, dan
menyatakannya kepada dunia bagai seorang ibu yang tanggap terhadap kebutuhan
anak anaknya.
Disalin dari Rm. Adrian Pristio, O.Carm.
0 komentar:
Post a Comment