January 25, 2016

RENUNGAN HARI SELASA 26 JANUARI 2016

Bacaan Liturgi Selasa 26 Januari 2016
PW S. Timotius dan Titus, Uskup

Bacaan Pertama  2Sam 6:12b-15.17-19
Pada waktu itu Daud pergi mengangkut tabut Allah dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita. Setiap kali para pengangkat tabut Tuhan itu maju enam langkah, Daud mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu tambun. Daud menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga; ia mengenakan baju efod dari kain lenan. Daud dan segenap orang Israel mengangkut tabut Tuhan diiringi sorak-sorai dan bunyi sangkakala. Tabut Tuhan itu dibawa masuk, lalu diletakkan di tempatnya, yakni di dalam kemah yang dibentangkan Daud untuk itu, kemudian Daud mempersembahkan kurban bakaran dan kurban keselamatan di hadapan Tuhan. Setelah Daud selesai mempersembahkan kurban bakaran dan kurban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama Tuhan semesta alam. Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, 
baik laki-laki maupun perempuan, masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesudah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing - masing ke rumahnya. 
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 24:7.8.9.10
Siapakah itu Raja Kemuliaan?  Tuhanlah raja kemuliaan.
*Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang,  dan bukalah dirimu lebar-lebar, hai pintu-pintu abadi, supaya masuklah Raja Kemuliaan! 
*Siapakah itu Raja Kemuliaan?  Tuhan, yang jaya dan perkasa, Tuhan, yang perkasa dalam peperangan! 
*Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan bukalah dirimu lebar-lebar, hai pintu-pintu abadi, supaya masuklah Raja Kemuliaan! 
*Siapakah itu Raja Kemuliaan? Tuhan semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!

Bait Pengantar Injil  Lukas 4:18-19
Tuhan mengutus aku menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin dan memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan.

Bacaan Injil  Markus 3:31-35
Sekali peristiwa datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus ke tempat Ia sedang mengajar. Mereka berdiri di luar, lalu menyuruh orang memanggil Yesus. Waktu itu ada orang banyak duduk mengelilingi Dia; mereka berkata kepada Yesus, 
"Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." 
Jawab Yesus kepada mereka, "Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?" 
Yesus memandang orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu, lalu berkata, "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, 
dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." 
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
“Harta yang paling berharga adalah keluarga” demikian penggalan soundtrack serial televisi lawas “keluarga cemara” Film ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga kecil yang semula hidup serba kecukupan namun akhirnya jatuh miskin. Melakoni situasi hidup yang serba tidak pasti tersebut, abah, emak, dan ketiga putrinya tetap mengutamakan nilai kekeluargaan diatas segalanya. Bagi mereka, kekayaan boleh hilang tetapi keluarga harus abadi..
Jika keluarga begitu penting, apa jadinya bila ad anak yang menyangkal keluarganya? “Anak durhaka” tentu ini label yang paling tepat baginya. Lalu, bagaimanakah dengan Tuhan Yesus? Apakah Tuhan Yesus juga anak durhaka, mengingat kata kata-Nya “ Siapa ibu-Ku? Siapa saudara saudara-Ku?” (Mrk 3:33)
Tuhan Yesus bukanlah anak durhaka, jawaban-Nya memang terkesan ekstrem ketika ia diberitahukan bahwa ibu dan saudara saudara-Nya datang. Namun dibalik itu, Tuhan Yesus hendak mengajarkan suatu cara berfikir baru tentang “keluarga” . Bagi Tuhan Yesus, makna keluarga tidak terbatas pada ikatan darah atau  tempat asal , “Melakukan kehendak Allah” itulah kriterianya.
Kehendak Allah itu selalu baik dan menuntut kesetiaan “ekstra” dalam mempraktekkannya,  “Hukum cinta kasih”  adalah kehendak Allah yang terbesar,  Didalamnya kita mesti mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, Dengan mengasihi, kita dapat merangkul semua orang  menjadi “keluarga Allah”  Dalam kerahiman-Nya, Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita dan menjadikan kita sebagai anak anak-Nya, anggota keluarga-Nya. Maka tugas kita adalah mewartakan kerahiman Allah yang bersifat universal itu kepada orang lain. Pewartaan yang dilakukan hendaknya bukan saja dengan kata kata , tetapi juga dengan aksi nyata, sebab aksi selalu lebih unggul dalam “berbicara” dibanding rangkaian ucapan.

Butir permenungan.
St. Timotius dan St. Titus yang diperingati pada hari ini telah membuktikannya. Mereka sungguh meyakini “harta yang paling berharga adalah keluarga Allah” sehingga berani mewartakan Injil Allah tanpa jemu. Alhasil kini mereka diganjari dengan kerahiman Allah yang tidak terkira di surga. Apakah kita sungguh menyadari sebagai “saudara saudari Tuhan Yesus”  dan bergabung sebagai  “keluarga Allah”

Doa.

Ya Tuhan yang mahakasih, ajarilah kami umat-Mu untuk menemukan hidup bersama dalam persaudaraan sejati sebagai anak anak Tuhan. Amin. 

0 komentar:

Post a Comment