MENYAMBUT TAHUN KERAHIMAN DENGAN GEMBIRA
Tahun kerahiman telah dibuka pada 8 Desember 2015 lalu, Sebelumnya
, Paus Fransiskus telah menerbitkan Bulla
Misericordiae Vultus ( Wajah Kerahiman) pada
11 April 2015. Itu berarti tahun rahmat bagi manusia menjadi nyata. Rahmat yang
menggembirakan tersebut berupa pengampunan Allah secara aktual.
Dunia dan seisinya tengah kering kerontang alias haus akan
kerahiman Allah. Manusia telah kehilangan rasa kemanusiaannya. Dengan mudah
kita mencatat fakta fakta yang sungguh menyayat hati. Sengaja saya tidak
mengangkat kejadian kejadian miris disekitar kita, tetapi tengoklah negara
negara Timur Tengah sekarang bagaikan neraka dengan konflik yang berkepanjangan.
Alih alih agama menjadi ibu yang melindungi anak anaknya , justru menjadi
bamper untuk membenarkan tindakan kekerasan itu. Manusia menjadi nihil harga,
orang disiksa, dipenggal, dikurung lantas dibakar hidup hidup dan digantung
seperti binatang menjadi pemandangan tak berperi kemanusiaan. Adakah masa depan
itu?
Banyak orang , terutama para pengungsi, makin kehilangan harapan
akan masa depan. Mereka merasa lelah untuk hidup. Mereka harus lari dari
ancaman maut. Apa salah mereka ? Mengapa mereka harus mengalami kehilangan hak
atas hidup ditanah airnya ? Siapakah mereka seakan mempunyai mandat sebagai
pencabut nyawa sesama ?
Manusia sekarang mesti sadar akan kemanusiaannya. Manusia harus
kembali kepada pertanyaan dasar, “ Untuk misi apa lahir kedunia?” Allah mempunyai
rencana indah dari setiap manusia. Allah ingin agar manusia menampilkan
wajah-Nya, wajah penuh cinta dan kerahiman.
Paus Fransiskus secara jeli menekankan aspek ini. Pada awal Bulla Misericordiae Vultus Paus menegaskan bahwa Tuhan
Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa, Rupanya Paus mau menekankan bahwa
kerahiman ilahi itu kasat mata dan menjadi hidup dalam kehadiran dan karya
Tuhan Yesus.
Gereja tidak boleh lupa akan hakikat dan fakta ini, Kita mau
mempercayai secara baru dan membara Kerahiman Ilahi sumber perubahan hidup.
Dari Kerahiman Ilahi itu mengalir sukacita, keadilan, kedamaian dan ketenangan.
Tanpa adanya praktik kerahiman maka hal yang terjadi adalah khaos alias
kekacauan dimana mana.
Beberapa waktu lalu saya melayani pemberkatan pernikahan di
gereja. Mereka satu iman Katolik, Saya menegaskan dan memberi pesan pada
pengantin baru, bahwa kesuksesan pernikahan bukanlah semata karena telah
menemukan pasangan hidup tetapi karena satu sama lain berani untuk menjadi
pasangan yang baik, bisa saling mengampuni.
Pasangan yang baik akan memelihara rasa syukur kepada Tuhan karena
anugerah pasangan (jodoh) yang telah diberikan-Nya. Orang perlu meyakini
bahwa pasangan hidup adalah bagian dari anugerah dan rencana Tuhan. Dengan mata
iman , orang dapat menerima rencana Tuhan ini. Karena itu orang yang sudah
menikah apalagi yang sudah berlangsung lama dan masih meragukan dengan
membatin “ inikah orang yang Tuhan berikan padaku sebagai jodoh itu?
Pertanyaan ini menurut saya sudah terlambat, karena orang yang sudah menikah
tidak lagi bertanya dan menimbang nimbang , tetapi menjalani apa yang telah
menjadipilihannya dengan kesetiaan sesuai dengan janji pernikahan. Anda
berjanji untuk saling mencintai dalam untung dan malang, disaat suka dan duka,
diwaktu sehat dan sakit, Ketika masuk saat duka, kenapa orang menjadi tidak
tabah? Bukankah cinta sejati itu sabar menanggung segala sesuatu ( 1Kor13:7)?
Tidak hanya itu, pernikahan itu sukses justru ketika suami istri
satu sama lain mau menjadi pasangan yang baik, Dalam pengertian sederhana:
masing masing bersepakat bahkan berlomba untuk menjadi pribadi pengampun. Bukan
sebaliknya, orang malah menjadi pribadi yang suka menghakimi.
Lihat saja, ketika soal remeh dikorek korek dan dibesar besarkan,
maka keluarga akan terancam. Apakah perkara besar jika si istri masak terlalu
asin, suami gelap mata menuduh istri apa pingin menikah lagi? Tentu ini
menyakitkan, Sudah hilangkah toleransi dari kesabaran itu?
Seorang pribadi pengampun akan mendahulukan kesabaran dan kebijaksanaan
daripada penghakiman yang cenderung menyakitkan. Semoga Tahun Kerahiman ini
juga menjadi berkat bagi setiap keluarga dan menyambut perayaan ini dengan
gembira.
Disalin dari Rm. Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm.
0 komentar:
Post a Comment