Dunia jaman ini ada dalam abad komunikasi. Ada kemudahan dengan adanya alat
komunikasi untuk melihat apa yang terjadi di dunia diluar lingkup hidup kita.
Ada kemudahan untuk berkontak dan berhubungan dengan orang-orang yang jauh dari
tempat kita tinggal. Ada banyak manfaat yang didapat dari kemudahan komunikasi
pada jaman ini. Bisnis jadi lancar; sekarang dibicarakan, kesepakatan
disetujui; dikirim dengan fax/email, segera bisnis jadi dan jalan. Kita dapat
berkontak dengan siapa saja, bahkan dengan orang-orang yang sudah lama tidak
bertemu. Apa yang terjadi di dunia ini dengan cepat kita ketahui melalui berita
di multi media. Tetapi sayang, dunia ini tidak pernah hanya satu sisi, baik
saja. Selalu ada sisi buruk, ada penyalahgunaan. Informasi yang berguna
bercampur dengan informasi yang salah. Orang-orang serakah, dengan kemajuan
komunikasi, dapat menguasai pasar dan memonopolinya. Gossip, issue, terror
dengan mudah tersebar tanpa dapat dilacak. Kita diseragamkan oleh iklan yang
menawarkan gaya hidup modern. Manusia menjadi dangkal dan sekedar ikut arus
konsumerisme yang menekankan pada pemilikan materi; bahkan lebih jelek lagi,
sekedar ikut arus seolah-olah dengan status simbol yang palsu.
Di tengah dunia seperti ini kita mendengar lagi doa Yesus bagi
murid-muridNya. Kita didoakan Yesus agar bersatu seperti Yesus bersatu dengan
Bapa dan agar kita dikuduskan dari dunia. Persatuan gaya dunia diwarnai oleh
keseragaman (yang tidak sama jadi ‘tungpai); kepentingan (kami beda dengan
kalian) dan keuntungan (atas-bawah). Persatuan gaya dunia malah membuat
kotak-kotak pemisah antar manusia. Persatuan Bapa dan Putera adalah persatuan
kasih yang saling perduli dan melayani demi kebaikan semua. Bapa mengutus
Putera, mempercayai, memelihara dan menjaga. Putera menaati Bapa, mendekat dan
menggali kekuatan dari Bapa. Akibatnya: dunia mendapat terang dan diselamatkan.
Wujud nyata persatuan adalah komunikasi. Ciri khas komunikasi jaman modern
adalah banjir informasi dan kebebasan berekspressi. 24 jam sehari kita dapat
dengan pasip, tanpa berbuat apa-apa mendapat segala info lewat televisi, iklan
lewat sms, berita di facebook dan milis. Karena ada berbagai informasi yang
disodorkan, entah demi kepentingan pihak tertentu dan dari ungkapan orang yang
mengupdate status. Apakah kita membutuhkan semua info itu? Pasti tidak. Tetapi
kita kebanjiran informasi. Jika kita tidak sadar, kita akan hanyut oleh segala
informasi itu. Gaya hidup, cara pandang, nilai-nilai kebenaran dan kebaikan
dsb. Sehingga kita dalam komunikasi nyata dengan sesama manusia, kita juga ikut
dalam arus pandangan dan gaya hidup itu juga. Kita diam dan menyerap semua atau
kita cerewet tanpa perduli apa yang menjadi kebutuhan orang lain dan sesama.
Karena itu Yesus juga mendoakan agar kita dikuduskan dalam kebenaran.
Dikuduskan berarti: dipisahkan untuk sesuatu yang khusus dan suci. Kebenaran
adalah kita dikasihi Allah Jadi dikuduskan dalam kebenaran artinya kita
dimasukkan dalam terang dan membuat kita dapat melihat kegelapan dan kejahatan
yang memisahkan kita dari kasih, kebaikan, keperdulian dan pelayanan.
Socrates hidup di jaman Yunani kuno yang terkenal sebagai seorang
yang intelektual dan reputasinya dibidang pengetahuan serta kebijaksanaannya.
Suatu hari datang seorang pria dan berkata kepada Socrates: ” Tahukah Anda apa
yang baru saya dengar mengenai salah seorang teman Anda?”. “Tunggu sebentar,”
Jawab Socrates. “Sebelum memberitahukan saya sesuatu tentang teman saya,
mungkin merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring
apa yang anda katakan.
- Yang pertama “KEBENARAN” Sudah
pastikah anda bahwa apa yang anda katakan kepada saya adalah benar?”.
“Tidak” kata pria tadi,” Saya baru saja mendengarnya dan ingin
memberitahukan kepada anda”. “Baiklah” kata Socrates. Jadi anda tidak tahu
apakah hal tersebut benar atau tidak.
- Yang kedua “KEBAIKAN” . Apakah
yang akan anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang
baik?” “Tidak , sebaliknya mengenai hal yang buruk”. “Jadi, anda ingin
mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak
yakin kalau itu benar”.
- Yang ketiga “KEGUNAAN,” lanjut
Socrates. “Apakah yang anda ingin beritahukan kepada saya tentang
teman saya tersebut akan berguna buat saya?” “Tidak, sungguh tidak”.
Jawab pria itu. “Kalau begitu , jika apa yang anda ingin beritahukan
kepada saya … tidak benar, tidak juga baik bahkan tidak berguna bagi saya,
mengapa anda ingin menceritakan kepada saya ?”[1]
Sebuah pesan yang berusia lebih dari 2000 tahun dan masih cocok bagi
situasi jaman ini. Kita perlu menyaring informasi yang kita terima. Untuk itu
dibutuhkan kebiasaan refleksi. Untuk refleksi dibutuhkan waktu hening sejenak
untuk mencerna apa yang kita terima, yang sudah kita katakan dan lakukan.
Sesudah itu baru kita tentukan apa yang akan kita lakukan atau sikapi terhadap
yang sudah kita terima atau lakukan itu. Nampaknya rumit, ya. Tetapi sebenarnya
sudah kita perbuat selama ini. Jika ada orang yang berbicara dengan kita, apa
yang pertama-tama kita lakukan? Mendengarkan dan merenungkan secara kilat,
supaya kita dapat menjawab dan menanggapi. Kalau orang bicara dan kita tidak
mendengarkan, pasti komunikasinya tidak sambung, karena kedua pihak bicara tentang
apa yang ingin dikatakannya dan tidak perduli apa yang dikatakan pihak lain.
Dari pengalaman komunikasi dengan orang-orang terdekat, kita dapat refleksi:
apakah komunikasi kita berjalan baik atau tidak? lalu perlu kita sikapi, ada
yang perlu diubah atau diperbaiki atau tidak perlu?
Jadi dalam komunikasi perlu 2 hal: bicara dan mendengarkan. Demikian juga
dalam komunikasi dengan Tuhan. Seringkali dalam doa, yang terjadi kita bicara
dan tidak mencoba mendengarkan Tuhan bicara atau menjawab. Kita biasa berdoa
dimana kita bicara. Doa harian singkat: makan, tidur, bangun. Ada yang rajin
doa devosi: Rosario, kerahiman. Banyak orang tidak tahu bagaimana mendengarkan
Tuhan bicara. Kita perlu menyediakan waktu hening untuk Tuhan. Nampaknya di
tengah kesibukan kita, sulit mendapat waktu hening untuk Tuhan. Tetapi
sebenarnya kita punya banyak waktu yang dapat dipakai untuk hening. Berapa
banyak waktu yang kita sediakan untuk nonton televisi, meski acara tidak
menarik? Mendengarkan musik? Ngobrol, melamun, bengong dan nongkrong tanpa
berbuat apa-apa? Jadi secara teoritis kita punya waktu untuk merenung dan
hening, untuk mendengar Tuhan bicara; sebelum/sesudah kita bicara. Waktu doa
malam, kita dapat menyempatkan beberapa menit untuk mensyukuri berkat sehari
atau mohon ampun untuk kesalahan hari itu. Dalam doa Rosario: sebelum 10 Salam
Maria, ada kesempatan doa spontan. Kita merenung sejenak, siapa atau apa yang
ingin kita doakan, mengapa kita mendoakan orang/hal itu. Sebelum/sesudah doa
Kerahiman, kita baca Kitab Suci sejenak.
Jadi, ada banyak kesempatan dan kemungkinan kita mengambil saat hening dan
memakainya untuk sejenak menatap dan merenung di hadapan Tuhan. Kita
menyediakan waktu untuk Tuhan menyapa kita. Dengan menyediakan waktu untuk
Tuhan, kita juga dapat meninjau kembali semua kejadian dan informasi yang masuk
dalam hidup kita dan menghadapkannya kepada Tuhan; sehingga hidup kita
diterangi oleh SabdaNya dan diarahkan oleh kehendakNya. Dan jika itu kita
lakukan bersama sebagai sesama saudara dalam Tuhan, maka hidup kita bersama
menjadi perwujudan doa Kristus bagi kita hari ini: menjadi satu seperti Bapa
dan Putera, dikuduskan dan diutus oleh Kristus menjadi saksiNya di dunia ini.
Sehingga pada Minggu terakhir masa Paskah ini, kita menempatkan diri sebagai
pengikut Kristus yang bangkit. Memberi kesaksian bahwa kasih Kristus telah
menyelamatkan dunia dan mengajak kita semua berjalan menuju surga. Amin.
0 komentar:
Post a Comment