Pernahkah dalam diri kita muncul pikiran untuk
mempersembahkan diri kita sendiri menjadi seorang misionaris? Atau pernahkah
ada gagasan, saya ingin menyempurnakan persembahan hidup saya dengan
ber-komitmen kepada Tuhan untuk hidup hanya bagi Tuhan? Ini sebuah tindakan
misioner. Mari belajar pada apa yang dikatakan oleh Uskup Agung Helder Camara:”
Misi berarti meninggalkan, pergi, melepas segala sesuatu, keluar dari diri
sendiri, memecah dinding keegoisan yang memenjarakan kita dalam ke”AKU” an.
Misi berarti berhenti berkisar pada diri sendiri seolah-olah kita
adalah pusat dunia dan kehidupan”.
Kalau makna misi bisa dipahami secara demikian,
sebenarnya kita bisa melakukan tindakan sederhana yang dengan sangat mudah kita
lakukan yaitu memberikan hidup kita agar menjadi berkat bagi sesama. Berbuat
baik dengan memberi dan mempersembahkan hidup kita. Mampukah kita setia untuk
memberi?
Memberi. Siapa yang belum pernah melakukannya? Semua
pasti pernah melakukannya. Misalnya: memberi minum kepada teman yang kehausan,
memberi makanan kepada teman yang lapar, memberikan pinjaman barang kepada
teman yang membutuhkan ataupun bahkan memberikan tumpangan kepada mereka yang
tidak memiliki rumah, dan contoh lain sebagainya. Ada macam bentuk soal
tindakan memberi ini yang bisa kita sebutkan sendiri dari apa yang pernah kita
lakukan. Dari contoh-contoh yang bisa ter-sebutkan ini kita bisa melihat
sekarang betapa sebenarnya kita tidak jauh dari perbuatan baik yang dengan
mudah bisa kita lakukan kepada siapapun juga. Semakin banyak kita bisa menyebut
dan menyadari apa yang telah kita lakukan ini, maka semakin besar pula
sebenarnya kesadaran yang hendaknya ada dalam diri kita bahwa selalu dan kapan
saja serta dimana saja panggilan hidup kita adalah memberikan apa yang kita
punya, apa yang kita rasa, bagi sesama kita. Saya yakin dan percaya,
sejahat-jahatnya orang pasti dia juga pernah memberikan apa yang dia punya
kepada orang lain.
Memberi. Begitu mudahkah aku melakukannya? Ini
membutuhkan jawaban jujur dari dalam diri kita sendiri. Barangkali kita dengan
mudah melakukannya, memberikan dari apa yang ada dalam diri kita untuk orang
lain (orang yang kita sayangi). Tetapi mari kita bertanya pula, terhadap orang
lain yang telah menjengkelkan hati kita atau pernah melukai hati kita apakah
kita juga bisa memberikan dari apa yang bisa kita lakukan. Tidak memberi materi
atau harta, tetapi apakah kita bisa memberikan maaf serta pengampunan atau
bisakah kita memberikan hati kita justru untuk mengasihi mereka itu? Apakah
benar, kita hanya bisa memberi terhadap orang yang hanya dekat dihati kita
saja? Ataukah, hati kita juga bisa terbuka dan memberi kepada siapapun juga
tanpa memandang apapun yang ada dan yang pernah dilakukannya kepada diri kita?
Jangan-jangan benar apa yang terjadi, tindakan memberi ini mudah kita lakukan
hanya terhadap orang yang kita sayangi saja? Atau tindakan memberi ini mudah
kita lakukan disaat kita sedang dipuji-puji orang? Atau tindakan memberi ini
mudah kita lakukan saat ada imbalan yang sangat kita perlukan. Dan
jangan-jangan kita masih kesulitan untuk memberi dari apa yang kita punya dan
kita bisa terhadap orang lain atau saudara sendiri hanya karena kita pernah
dikecewakan dan disakiti dan itu melukai hati kita?
Memberi. Mengapa kita harus melakukannya?. Kamu telah
memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma
(Mat 10:10b). Sebagai orang Katholik, jelas ini tindakan yang tidak bisa
ditawar lagi. Panggilan kita bukan untuk menerima melainkan kita dipanggil
untuk memberi. Panggilan untuk memberi ini mengalir dari rahmat yang telah
banyak kita terima dari Tuhan. Kita telah menerima maka kita harus
memberi. Apa saja yang telah kita terima? Lihat saja berapa banyak berkat
dalam sehari yang telah bisa kita rasakan dan nikmati? Berapa banyak rejeki
yang kita terima dalam sehari? Atau pertanyaan, mengapa kita harus
mencintai dan mengasihi? Tidak lain dan tidak bukan karena Tuhan mencintai dan
mengasihi kita terlebih dahulu. Sebelum kita mengasihi dan mencintai, DIA telah
lebih dahulu mencintai dan mengasihi kita. Bahkan tanpa memandang apakah kita
layak atau tidak untuk menerima cinta yang diberikan-NYA. Bagi Tuhan, hidup itu
adalah memberi. Bagi Tuhan, hidup itu adalah mengasihi dan mencintai. Hidup itu
bukan menerima dan bukan dicintai melainkan mempersembahkan hidup dan diri-Nya
untuk menghadirkan kehidupan kepada semua manusia.
Maka, memberi itu bukan hanya perkara kita mau menjadi
lebih baik dalam hidup ini. Bukan hanya perkara kita agar semakin banyak
menerima. Bukan pula persoalan supaya kita mendapat imbalan di Surga. Melainkan
agar hidup kita juga menjadi berkat bagi semua saudara. Lihat saja apa yang
dilakukan oleh Yesus, ketika DIA semakin berani untuk mempersembahkan hidup-NYA
untuk umat yang dikasihi-NYA maka dia mampu menghadirkan hidup bagi sesama-NYA.
Juga akhirnya DIA sendiri mengalami hidup itu sendiri. DIA menemukan
kebahagiaan justru dengan memberikan hidup-NYA bagi orang lain. Maka kalau kita
bisa memberi, maka hidup kita akan semakin menjadi bahagia. Hidup kita akan
semakin membahagiakan orang lain. Dan kita bisa menghadirkan kehidupan bagi
orang lain. Memberilah dan teruslah memberi. Jangan menunggu balasan dari
pemberianmu. Hiduplah dengan memberi, karena disitulah hidupmu dan hidup sesamamu
berada. Mari berlomba-lomba untuk saling memberi agar hidup ini semakin
berarti. Tuhan memberkati.
0 komentar:
Post a Comment