September 20, 2015

JANGAN BERHENTI UNTUK MEMBERI

Pernahkah dalam diri kita muncul pikiran untuk mempersembahkan diri kita sendiri menjadi seorang misionaris? Atau pernahkah ada gagasan, saya ingin menyempurnakan persembahan hidup saya dengan ber-komitmen kepada Tuhan untuk hidup hanya bagi Tuhan? Ini sebuah tindakan misioner. Mari belajar pada apa yang dikatakan oleh Uskup Agung Helder Camara:” Misi berarti meninggalkan, pergi, melepas segala sesuatu, keluar dari diri sendiri, memecah dinding keegoisan yang memenjarakan kita dalam ke”AKU” an. Misi berarti berhenti berkisar  pada diri sendiri seolah-olah kita adalah  pusat dunia dan kehidupan”.
Kalau makna misi bisa dipahami secara demikian, sebenarnya kita bisa melakukan tindakan sederhana yang dengan sangat mudah kita lakukan yaitu memberikan hidup kita agar menjadi berkat bagi sesama. Berbuat baik dengan memberi dan mempersembahkan hidup kita. Mampukah kita setia untuk memberi?
Memberi. Siapa yang belum pernah melakukannya? Semua pasti pernah melakukannya. Misalnya: memberi minum kepada teman yang kehausan, memberi makanan kepada teman yang lapar, memberikan pinjaman barang kepada teman yang membutuhkan ataupun bahkan memberikan tumpangan kepada mereka yang tidak memiliki rumah, dan contoh lain sebagainya. Ada macam bentuk soal tindakan memberi ini yang bisa kita sebutkan sendiri dari apa yang pernah kita lakukan. Dari contoh-contoh yang bisa ter-sebutkan ini kita bisa melihat sekarang betapa sebenarnya kita tidak jauh dari perbuatan baik yang dengan mudah bisa kita lakukan kepada siapapun juga. Semakin banyak kita bisa menyebut dan menyadari apa yang telah kita lakukan ini, maka semakin besar pula sebenarnya kesadaran yang hendaknya ada dalam diri kita bahwa selalu dan kapan saja serta dimana saja panggilan hidup kita adalah memberikan apa yang kita punya, apa yang kita rasa, bagi sesama kita. Saya yakin dan percaya, sejahat-jahatnya orang pasti dia juga pernah memberikan apa yang dia punya kepada orang lain.
Memberi. Begitu mudahkah aku melakukannya? Ini membutuhkan jawaban jujur dari dalam diri kita sendiri. Barangkali kita dengan mudah melakukannya, memberikan dari apa yang ada dalam diri kita untuk orang lain (orang yang kita sayangi). Tetapi mari kita bertanya pula, terhadap orang lain yang telah menjengkelkan hati kita atau pernah melukai hati kita apakah kita juga bisa memberikan dari apa yang bisa kita lakukan. Tidak memberi materi atau harta, tetapi apakah kita bisa memberikan maaf serta pengampunan atau bisakah kita memberikan hati kita justru untuk mengasihi mereka itu? Apakah benar, kita hanya bisa memberi terhadap orang yang hanya dekat dihati kita saja? Ataukah, hati kita juga bisa terbuka dan memberi kepada siapapun juga tanpa memandang apapun yang ada dan yang pernah dilakukannya kepada diri kita? Jangan-jangan benar apa yang terjadi, tindakan memberi ini mudah kita lakukan hanya terhadap orang yang kita sayangi saja? Atau tindakan memberi ini mudah kita lakukan disaat kita sedang dipuji-puji orang? Atau tindakan memberi ini mudah kita lakukan saat ada imbalan yang sangat kita perlukan. Dan jangan-jangan kita masih kesulitan untuk memberi dari apa yang kita punya dan kita bisa terhadap orang lain atau saudara sendiri hanya karena kita pernah dikecewakan dan disakiti dan itu melukai hati kita?
Memberi. Mengapa kita harus melakukannya?. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma (Mat 10:10b). Sebagai orang Katholik, jelas ini tindakan yang tidak bisa ditawar lagi. Panggilan kita bukan untuk menerima melainkan kita dipanggil untuk memberi. Panggilan untuk memberi ini mengalir dari rahmat yang telah banyak kita terima dari Tuhan. Kita telah menerima maka kita harus memberi.  Apa saja yang telah kita terima? Lihat saja berapa banyak berkat dalam sehari yang telah bisa kita rasakan dan nikmati? Berapa banyak rejeki yang kita terima dalam sehari?  Atau pertanyaan, mengapa kita harus mencintai dan mengasihi? Tidak lain dan tidak bukan karena Tuhan mencintai dan mengasihi kita terlebih dahulu. Sebelum kita mengasihi dan mencintai, DIA telah lebih dahulu mencintai dan mengasihi kita. Bahkan tanpa memandang apakah kita layak atau tidak untuk menerima cinta yang diberikan-NYA. Bagi Tuhan, hidup itu adalah memberi. Bagi Tuhan, hidup itu adalah mengasihi dan mencintai. Hidup itu bukan menerima dan bukan dicintai melainkan mempersembahkan hidup dan diri-Nya untuk menghadirkan kehidupan kepada semua manusia.
Maka, memberi itu bukan hanya perkara kita mau menjadi lebih baik dalam hidup ini. Bukan hanya perkara kita agar semakin banyak menerima. Bukan pula persoalan supaya kita mendapat imbalan di Surga. Melainkan agar hidup kita juga menjadi berkat bagi semua saudara. Lihat saja apa yang dilakukan oleh Yesus, ketika DIA semakin berani untuk mempersembahkan hidup-NYA untuk umat yang dikasihi-NYA maka dia mampu menghadirkan hidup bagi sesama-NYA. Juga akhirnya DIA sendiri mengalami hidup itu sendiri. DIA menemukan kebahagiaan justru dengan memberikan hidup-NYA bagi orang lain. Maka kalau kita bisa memberi, maka hidup kita akan semakin menjadi bahagia. Hidup kita akan semakin membahagiakan orang lain. Dan kita bisa menghadirkan kehidupan bagi orang lain. Memberilah dan teruslah memberi. Jangan menunggu balasan dari pemberianmu. Hiduplah dengan memberi, karena disitulah hidupmu dan hidup sesamamu berada. Mari berlomba-lomba untuk saling memberi agar hidup ini semakin berarti. Tuhan memberkati.


0 komentar:

Post a Comment