Jika kalian butuh kesembuhan, jangkaulah
Kristus untuk rahmat keselamatan-Nya, demikian dikatakan Paus Fransiskus.
Beliau memberi contoh dua kejadian di mana dua orang diselamatkan karena iman
mereka. Yang pertama adalah anak perempaun berumur duabelas tahun, anak kepala
rumah ibadat bernama Yairus. Ia tersungkur di depan kaki Yesus dan memohon
kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya
dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup" (Mrk 5:23). Sementara itu, datang kabar
bahwa anaknya sudah mati. Menanggapi ini, Yesus mengatakan, "Jangan takut, percaya saja!"
(Mrk 5:36). Yesus memasuki rumah,
menyuruh pergi semua orang yang menangis, berbalik kepada anak yang sudah mati
itu dan mengatakan, "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
Segera, anak itu bangkit berdiri dan berjalan.
"Di
sini," Paus menegaskan, "kita melihat kuasa mutlak Yesus atas
kematian jasmani, hingga, bagi-Nya, kematian adalah seperti suatu tidur dari
mana seorang dapat dibangunkan."
Episode
kedua dalam perikop ini, lanjut Sri Paus, berbicara tentang penyembuhan seorang
prempuan yang menderita pendarahan selama duabelas tahun. Penyakit ini, seturut
tradisi pada masa itu, menjadikannya "najis", Paus menambahkan
catatan bahwa jika ia tidak menghindari segala kontak manusiawi, ia akan
dijatuhi hukuman rajam hingga mati. Perempuan anonim dalam himpunan orang
banyak yang mengikuti Yesus ini, berkata kepada dirinya sendiri, "Asal
kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh" (Mrk 5:28). Memperhatikan-Nya dan, di tengah khalayak ramai,
mencari wajah-Nya. Ia maju dengan gemetar. Yesus berkata kepdanya, "Hai anak-Ku, imanmu telah
menyelamatkan engkau," dan Ia pun menyembuhkannya.
"Siapa
yang percaya, 'menyentuh' Yesus dan menimba dari-Nya rahmat yang
menyelamatkan," kata Sri Paus, yang menambahkan, "Iman adalah ini:
menyentuh Yesus dan menimba dari-Nya rahmat yang menyelamatkan. Rahmat itu akan
menyelamatkan kita dalam kehidupan rohani. Rahmat itu akan menyelamatkan kita
dari banyak masalah!"
Paus
menggarisbawahi bahwa suara Bapa surgawi berbicara dalam Yesus dalam perikop
ini, mengatakan, "Nak, engkau tidak dikutuk, engkau tidak dibuang, engkau
puteri-Ku!"
"Setiap
kali ketika Yesus menghampiri kita, ketika kita datang kepada-Nya, kita
mendengar ini dari Bapa: 'Nak, engkau anak-Ku laki-laki, engkau anak-Ku
perempuan, engkau disembuhkan, engkau disembuhkan. Aku mengampuni semua,
semuanya. Aku menyembuhkan setiap orang dan segala sesuatu."
"Kedua episode ini - penyembuhan
dan kebangkitkan dari maut - memiliki satu fokus: iman. Pesannya jelas
dan dapat diringkas dalam satu pertanyaan: Apakah kita percaya bahwa Yesus
dapat menyembuhkan kita dan dapat membangkitkan kita dari kematian? Seluruh
Injil ditulis dalam terang iman ini: Yesus telah bangkit, telah menaklukkan
maut, dan karena kemenangan ini kita juga akan dibangkitkan."
Sri
Paus menyesali bahwa "iman ini, yang bagi umat Kristen perdana merupakan
sesuatu yang pasti, dapat memudar dan menjadi ragu, hingga sebagian orang
mengacaukan kebangkitan dengan reinkarnasi."
Sabda Allah, kata Bapa Suci,
"mengundang kita untuk hidup dalam kepastian akan Kebangkitan: Yesus
adalah Tuhan, Yesus memiliki kuasa atas kejahatan dan atas kematian, dan Ia
ingin membawa kita masuk ke dalam rumah Bapa, di mana hidup berkuasa."
Beliau
menambahkan bahwa Kebangkitan Kristus "bertindak dalam sejarah sebagai
prinsip pembaharuan dan pengharapan. Barangsiapa putus asa dan merasa letih
hingga ingin mati, jika ia mengandalkan Yesus dan kasih-Nya, dapat mulai hidup
kembali… iman adalah suatu daya hidup, iman memberikan kepenuhan pada
kemanusiaan kita; dan siapa yang percaya kepada Kristus harus dapat dikenali
dengan pasti sebab mereka mempromosikan hidup dalam segala situasi, sehingga
semua orang, tristimewa yang paling lemah, dapat mengalami kasih Allah yang
membebaskan dan menyelamatkan."
Paus
Fransiskus mengakhiri, "Kita mohon
kepada Tuhan, melalui perantaraan Santa Perawan Maria, karunia iman yang kuat
dan berani, yang mendorong kita menjadi pembicara-pembicara akan harapan dan
hidup di antara saudara-saudara kita."
0 komentar:
Post a Comment