September 19, 2015

RENUNGAN HARIAN MINGGU III SEPT


Selasa   22 September 2015

Bacaan Pertama  Ezr 6:7-8.12b.14-20
Pada waktu itu Darius, raja Persia, memerintahkan kepada para bupati di daerah seberang Sungai Efrat,  sebagai berikut:  'Jangan menghalangi pekerjaan membangun rumah Allah itu.  Bupati dan para tua-tua orang Yahudi  boleh membangun rumah Allah itu di tempatnya yang semula.  Lalu aku telah mengeluarkan perintah  tentang apa yang harus kalian perbuat terhadap para tua-tua Yahudi  mengenai pembangunan rumah Allah itu.
Dengan seksama dan tanpa bertangguh  mereka harus diberi biaya dari penghasilan kerajaan  yaitu dari upeti daerah seberang sungai Efrat.  Aku, Darius, yang mengeluarkan perintah ini;  hendaklah dilakukan dengan seksama.  Maka para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan rumah Tuhan dengan lancar,
digerakkan oleh nubuat nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido.  Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel  dan menurut perintah Koresh, Darius dan Artahsasta,  raja-raja negeri Persia.  Maka selesailah rumah itu pada hari yang ketiga bulan Adar,  yakni pada tahun yang keenam pemerintahan raja Darius.  Maka orang Israel,  para imam, orang-orang Lewi  dan orang-orang lain yang pulang dari pembuangan, merayakan pentahbisan rumah Allah dengan sukaria.  Untuk pentahbisan rumah Allah itu mereka mempersembahkan  lembu jantan seratus ekor, anak domba empat ratus ekor,  dan domba jantan dua ratus ekor;  juga kambing jantan  sebagai urban penghapus dosa bagi seluruh orang Israel,  dua belas ekor, menurut bilangan suku Israel.  Mereka juga menempatkan para imam pada golongan-golongannya,  dan orang-orang Lewi pada rombongan-rombongannya  untuk melakukan ibadah kepada Allah yang diam di Yerusalem,
sesuai dengan yang ada tertulis dalam kitab Musa.  Dan pada tanggal empat belas bulan pertama  mereka yang pulang dari pembuangan itu merayakan Paskah.  Para imam dan orang-orang Lewi bersama-sama mentahirkan diri,  sehingga tahirlah mereka sekalian. Demikianlah mereka menyembelih anak domba Paskah bagi semua orang yang pulang dari pembuangan,  dan bagi saudara-saudara mereka, yakni para imam,  dan bagi dirinya sendiri.

Mazmur  
Mzm 122:1-5
Mari kita pergi ke rumah Tuhan dengan sukacita.
*Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, "Mari kita pergi ke rumah Tuhan."
Sekarang kaki kami berdiri  di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.
*Hai Yerusalem, yang telah didirikan  sebagai kota yang bersambung rapat,
kepadamu suku-suku berziarah, yakni suku-suku Tuhan.
*Untuk bersyukur kepada nama Tuhan sesuai dengan peraturan bagi Israel.
Sebab di Yerusalemlah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud.

Bacaan Injil   Luk 8:19-21
Pada suatu hari datanglah Ibu dan saudara-saudara Yesus hendak bertemu dengan Dia. Tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Maka diberitahukan kepada Yesus, "Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Dikau."  Tetapi Yesus menjawab,  "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah  mereka yang mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya."

Renungan
Menyadari peran Bunda Maria dalam sejarah keselamatan seperti kita baca pada bacaan hari ini , sangatlah menarik. Keibuan Bunda Maria tampak dari ketekunan dan kesetiaannya mendampingi Putranya Yesus Kristus, juga dalam menjaga jarak atau peran sebagai Bunda Sang Penebus, Apa yang kita saksikan dari keteguhan Bunda Mariajuga dalam menjaga peran keibuan, bisa menjadi teladan sekaligus usaha harian kita tatkala kita menyadari sikap hidup harian kita. Yesus memuji dan menegaskan bahwa yang berbahagia menjadi kerabatnya adalah  “ mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya”
Melalui perayaan Ekaristi  pada bagian Liturgi Sabda, khususnya dalam aklamasi bacaan Injil,imam dan diakon pembaca Injil berseru “ Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya” Kita semua dengan tekun menjawab “ SabdaMu adalah jalan , kebenaran dan hidup kami”
Menjadi orang yang melaksanakan Sabda Tuhan dan mengalami kegembiraan karena melaksanakannya merupakan jalan hidup yang bisa kita lalui setiap hari, Contoh nyata, sebuah keluarga yang berprofesi sebagai dokter anak, setiap pagi meluangkan waktu ikut misa harian, Yang dihayati secara mendalam oleh dokter itu adalah setiap hari ia bisa merasakan dorongan dari Sabda Tuhan yang meneguhkan hidupnya, menyemangati untuk melaksanakan tugas harian.

Butir butir Permenungan
Dalam sebuah pesannya seorang bapak mengatakan kepada anaknya yang merantau, "Kalian pergi merantau. Saudara-saudaramu adalah tetanggamu. Maka baik-baiklah dengan mereka. Apapun yang terjadi padamu merekalah yang akan lebih dulu tahu." Tentu bukan berarti melepaskan persaudaraan darah. Namun secara real orang yang akan tahu keseharian mereka adalah para tetangga. Maka layak kalau mereka disebut saudara, saudara baru.
Kita pun sering merasakan persaudaraan dengan sesama kita walau bukan dalam hubungan darah. Mereka begitu dekat dan mengenal keseharian kita. Maka marilah kita angkat persaudaraan itu dalam kerangka mendengarkan dan melakukan firman Tuhan.



Senin    21 September 2015
Pesta S. Matius, Rasul dan Pengarang Injil

Bacaan Pertama   Ef 4:1-7.11-13
Saudara-saudara,  aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, menasehati kamu,
supaya sebagai orang-orang yang telah dipanggil,  kamu hidup sepadan dengan panggilan itu.  Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.
Tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh  dalam ikatan damai sejahtera:  Satu tubuh dan satu Roh,  sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan  yang terkandung dalam panggilanmu;  satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,  satu Allah dan Bapa dari semua, yang di atas semua, menyertai semua dan menjiwai semua.  Akan tetapi kepada kita masing-masing  telah dianugerahkan kasih karunia  menurut ukuran pemberian Kristus.  Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita Injil, gembala umat, maupun pengajar;  semuanya itu untuk memperlengkapi orang-orang kudus  bagi tugas pelayanan demi pembangunan tubuh Kristus.  Dengan demikian akhirnya kita semua mencapai  kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,  kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan  yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

Mazmur    Mzm 19:2-3.4-5
Di seluruh bumii bergemalah suara mereka.
*Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya;  hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain,  dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya  kepada malam berikut.
*Meskipun tidak berbicara, dan tidak memperdengarkan suara,  namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya,  dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.

Bacaan Injil   Mat 9:9-13
Pada suatu hari, Yesus melihat seorang yang bernama Matius  duduk di rumah cukai.  Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku!"  Maka berdirilah Matius, lalu mengikuti Dia.  Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius,  datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa,  makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada murid-murid Yesus,
"Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
Yesus mendengarnya dan berkata,  "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
melainkan orang sakit.  Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini:  Yang Kukehendaki ialah belas-kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Renungan
Murid-murid Yesus berasal dari berbagai lapisan masyarakat dengan pekerjaan dan gaya hidup masing-masing: rakyat jelata dan pegawai, miskin dan kaya, nelayan dan pemungut cukai. Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Matius, Rasul dan Pengarang Injil. Ayahnya bernama Alpheus. Ia sendiri pun disebut juga Levi. Matius dikenal luas sebagai pemungut cukai di kota Kapernaum, daerah Galilea. Di kalangan masyarakat Yahudi, terutama para pemimpinnya, jabatan pemungut cukai dipandang sebagai jabatan kotor. Para pemungut cukai dipandang sebagai pendosa, yang dapat disejajarkan dengan pembunuh, perampok, penjahat, pelacur dll. Alasannya ialah mereka itu adalah sahabat dan kaki-tangan Romawi, bangsa kafir yang menjajah mereka. Meskipun tuduhan itu tidak seluruhnya benar, namun Matius jelas digolongkan dalam kelompok yang tak terhormat ini. Apa boleh buat karena itulah pandangan umum masyarakat Yahudi. Segera terlihat bahwa Matius masih berharga di mata Tuhan. Yesus memanggil dia: “Ikutilah Aku!“ Panggilan ini menunjukkan bahwa bagi Yesus, Matius masih memiliki titik-titik kebaikan yang dapat diandalkan. Peristiwa panggilan Matius sempat mencengangkan banyak orang: “Bagaimana mungkin Yesus memanggil dan memilih seorang pendosa menjadi muridNya?“ Ketika Matius mengadakan perjamuan besar di rumahnya bagi Yesus dan murid-muridNya, banyak pemungut cukai hadir juga. Kaum Farisi dan orang-orang lain yang tidak menyukai Yesus semakin membenci Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama dengan para pendosa?“ Pada saat itulah, Yesus mengatakan: “Bukan orang sehat yang memerlukan dokter, melainkan orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang saleh, melainkan orang berdosa.“ Terhadap panggilan Yesus “Ikutilah Aku!“, Matius segera bangun dan mengikuti Yesus. Ia meninggalkan seluruh hartanya yang banyak itu, dan dengan rela memulai suatu hidup yang baru bersama Yesus dan murid-murid lainnya. Sikap tegas Matius menunjukkan bahwa ia memiliki sifat-sifat Kerajaan Allah: semangat kemiskinan dan pelayanan, terutama cinta dan iman-kepercayaan akan Yesus. Matius, seorang terpelajar. Ia dapat berbicara dan menulis dalam bahasa Yunani dan Aramik, suatu dialek bahasa Ibrani. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui, baik sebelum maupun sesudah dipanggil Yesus. Menurut tradisi lisan purba, setelah Yesus naik ke surga, Matius mewartakan Injil dan berkarya di tengah kaum sebangsanya: orang ­orang Kristen keturunan Yahudi di Palestina atau Siria selama kira-kira 15 tahun. Selama itulah ia menulis Injilnya yang berisi pengajaran agama dan kesaksian tentang Yesus kepada orang-orang Kristen keturunan Yahudi. Injilnya ditulis kira-kira antara tahun 50-65. Dalam Injilnya, Matius menegaskan bahwa Yesus dari Nazareth itu adalah benar-benar Mesias yang dijanjikan Allah dan dinubuatkan para nabi dalam masa Perjanjian Lama. Ia membuka Injilnya dengan membeberkan silsilah Yesus Kristus mulai dari Abraham sampai Maria yang melahirkan Yesus. Dengan silsilah itu, ia mau menunjukkan dengan tegas kemanusiaan Yesus dan kedudukanNya sebagai Penyelamat (terakhir!) yang dijanjikan Allah. Itulah sebabnya, Injil Mateus dilambangkan dengan 'manusia bersayap'. Setelah menuliskan Injilnya, Matius pergi ke arah timur: ke Masedonia, Mesir, Etiopia dan Persia. Konon ia mati sebagai martir di Persia karena mewartakan Injil tentang Yesus Kristus.

Butir butir Permenungan
Tampaknya, dalam kondisi apapun orang selalu memiliki keinginan untuk kehidupannya ke depan. Harapan atau cita-cita biasa ada dalam lubuk hati seseorang baik disadari maupun tidak disadari.
Tampaknya, dalam berharap atau bercita-cita orang memiliki andalan yang ada untuk masa kini. Bila andalan itu hilang orang dapat meratap bahkan berputus asa.
Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa sekalipun hilang bahkan tak ada orang atau benda andalan untuk kehidupan masa depan, kalau terbuka pada sapaan alunan kedalaman batin orang akan mendapatkan pegangan kokoh untuk meraih damai sejahtera di hari esok. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang memiliki andalan batin untuk perjalanan hidupnya.




Minggu   20 September 2015

Bacaan Pertama:  Keb 2:12.17-20
Orang-orang fasik berkata satu sama lain, "Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan, serta menentang pekerjaan kita.
Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita.  Coba kita lihat apakah perkataannya benar,  dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang. Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah,  niscaya Allah akan menolong dia  serta melepaskannya dari tangan para lawannya.  Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa,  agar kita mengenal kelembutannya  serta menguji kesabaran hatinya.
Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya,  sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan."

Bacaan Kedua  :  Yak 3:16 - 4:3
Saudara-saudara yang terkasih, di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri,
di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas itu pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran itu ditaburkan dalam damai  untuk mereka yang mengadakan damai. Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu?
Bukankah dari hawa nafsumu yang saling bergulat di dalam dirimu?  Kamu mengingini sesuatu tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh. Kamu iri hati, tetapi tidak mencapai tujuan, lalu kamu bertengkar dan berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga,
tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta akan kamu gunakan untuk memuaskan hawa nafsu.

Mazmur   Mzm 54:3-4.5.6.8
Tuhanlah yang menopang aku.
*Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu,
berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu!  Ya Allah, dengarkanlah doaku,
berilah telinga kepada ucapan mulutku!
*Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku,  orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku;  mereka tidak mempedulikan Allah.
*Sesungguhnya, Allah adalah penolongku;  Tuhanlah yang menopang aku.  Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu,  aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan.

Bacaan Injil   Mrk 9:30-37
Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung,  Ia dan murid-murid-Nya melintas di Galilea.  Yesus tidak mau hal itu diketahui orang,  sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya.  Ia berkata kepada mereka,  "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia,  dan mereka akan membunuh Dia.  Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit."  Mereka tidak mengerti perkataan itu,  namun segan menanyakannya kepada Yesus.  Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum.  Ketika sudah di rumah,  Yesus bertanya kepada para murid itu,
"Apa yang kamu perbincangkan tadi di jalan?"  Tetapi mereka diam saja;  sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan  siapa yang terbesar di antara mereka.
Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu.  Kata-Nya kepada mereka,
"Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,  hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya  dan menjadi pelayan dari semuanya."  Yesus mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka.  Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka,  "Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku,
ia menerima Aku.  Dan barangsiapa menerima Aku,  sebenarnya bukan Aku yang mereka terima,  melainkan Dia yang mengutus Aku."

Renungan
Para murid Yesus bertengkar satu sama lain didalam perjalanan karena nafsu akan kuasa. Ditengah jalan “mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar diantara mereka” ( Mrk 9:34). Menjadi yang terbesar berarti memiliki kuasa atas banyak hal dan atas banyak orang, itulah yang ada dalam pikiran para murid. Nafsu untuk  memperoleh kekuasaan, jabatan, dan prestise serta nafsu untuk menjadi yang terbesar  diatas orang lain bisa saja melahirkan pertengkaran , perkelahian dan bahkan pembunuhan diantara manusia. Dengan nafsu yang tidak terkendali untuk mengejar kekuasaan dan menjadi orang besar, manusia berperang  melawan dirinya sendiri dan melawan orang lain. Apabila nafsu sudah menguasai manusia , maka ia akan memandang orang lain bukan sebagai saudara atau sahabat, melainkan sebagai musuh yang harus dilawan, dikalahkan dan dimusnahkan.
Yesus tidak menghendaki para murid-Nya memiliki nafsu akan kuasa dan jabatan karena dapat merusak kebersamaan diantara mereka. Karena itu Ia menegaskan “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi  pelayan dari semuanya” Seorang murid Yesus  harus ingat dan sadar bahwa menjadi yang terbesar berarti harus menjadi pelayan dari semuanya. Menjadi pelayan itulah yang  dilakukan Yesus,  Bagi Yesus , kebesaran seseorang hanya bisa diperoleh melalui pelayanan yang tulus kepada sesama. Yesus membuka pikiran para murid untuk tidak mencari kebesaran pada kedudukan, kekuasaan, dan jabatan duniawi, melainkan menemukannya dalam pelayanan dan pengabdian yang tulus  kepada sesama.

Butir butir Permenungan
Tampaknya, pada umumnya orang membutuhkan penghargaan sosial. Kedudukan di tengah masyarakat menentukan kadar penghargaan atau penghormatan yang layak diterima.
Tampaknya, kebanyakan orang selalu ingin mempertahankan kedudukan yang telah diraih. Dia akan berjuang untuk selalu berusaha mendapatkan kedudukan lebih tinggi.
Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa setinggi apapun kedudukan seseorang, kalau tidak mengembangkan keintimannnya dengan kedalaman batin yang justru menghadirkan suasana pengabdian lebih besar dalam kedudukan yang lebih tinggi, orang akan makin tak berharga dalam percaturan hidup bersama. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang menyadari bahwa penghargaan ada dalam keikhlasan menjalani yang remeh demi kebaikan bersama.


0 komentar:

Post a Comment