Misteri Allah Tritunggal Mahakudus bukanlah hal yang
gampang dimengerti. Banyak buku sudah ditulis oleh para ahli teologi mengenai
Allah Tritunggal; tapi tak seorang pun dari mereka yang sebenarnya sanggup
menerangkannya secara tuntas.
Dari awal permenungan ini saya mengingatkan anda sekalian, bahwa permenungan ini pasti sulit untuk dicerna.
Dari awal permenungan ini saya mengingatkan anda sekalian, bahwa permenungan ini pasti sulit untuk dicerna.
Begini:
Manusia sejak dahulu kala selalu ingin tahu tentang Allah. Siapakah Allah itu sebenarnya? Dengan bantuan budi kodratinya,ternyata manusia dapat mengenal Allah dengan pasti melalui segala apa yang ada dalam alam semesta. Ternyata bila manusia terbuka kepada kebenaran dan keindahan, ia dapat sampai pada pengenalan yang benar tentang Allah. Dengan memakai akal budinya secara benar, manusia bisa mengenal Allah sebagai Pencipta, sebagai Yang Mahakuasa, Yang Mahabaik dan Yang Maharahim.
Namun masih ada pengetahuan tentang Allah, yang tidak dapat dicapai manusia dengan kekuatannya sendiri, yang hanya mungkin kita ketahui bila Allah sendiri mewahyukannya kepada kita. Syukurlah Allah sendiri berkenan mewahyukan Diri kepada kita melalui Yesus Kristus.
Di antara sekian banyak pengetahuan tentang Allah yang disampaikan Kristus kepada kita, ada satu kebenaran yang begitu besar, suatu misteri agung mengenai Diri Allah yang diwahyukan Kristus kepada kita. Misteri Agung ini belum diketahui orang dalam masa Perjanjian Lama, dan tidak akan pernah kita ketahui seandainya Yesus tidak menyampaikannya kepada kita. Misteri Agung itu ialah: Allah itu hanyalah Satu, tetapi di dalam Allah yang satu ini ada tiga Diri, yaitu: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Misteri Agung inilah yang disebut: Allah Tritunggal Mahakudus.
Bagaimana itu mungkin: satu tetapi tiga, tiga tetapi hanya satu ?
Dari pewahyuan Kristus, dinyatakan kepada kita bahwa Allah Bapa itu mencintai Allah Putera, dan bahwa Allah Putera itu mencintai Allah Bapa. Bapa dan Putera saling mencintai dengan cinta yang tak berawal dan tak berakhir, cinta yang tiada batasnya, cinta yang tidak terduga besarnya. Begitu tak terukur cinta Allah Bapa pada Allah Putera, dan begitu tak terselami cinta Allah Putera pada Allah Bapa, sehingga cinta agung mereka yang saling berbalasan dan saling mendahului ini merupakan satu Pribadi juga, yang disebut Allah Roh Kudus. Allah Roh Kudus inilah yang dari kekal mempersatukan Allah Bapa dan Allah Putera, sehingga tanpa awal dan tanpa akhir Allah itu adalah satu sebagai Allah yang Maha Cinta.
Dari pewahyuan yang disampaikan Kristus kepada kita,menjadi nyatalah bahwa Pribadi yang ada dalam Allah itu ada tiga, tetapi KeallahanNya hanyalah satu. Karena Keallahan ini cuma satu, maka Pribadi yang satu tak bisa diceraikan atau dipisahkan dari Pribadi yang lain. Segenap Diri Allah Bapa ada di dalam Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Segenap Diri Allah Putera berada pula di dalam Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Dan begitu pula segenap diri Allah Roh Kudus berdiam pula di dalam Diri Allah Bapa dan Allah Putera. Pribadi yang satu tidak berada di luar Pribadi yang lain. Masing-masing ada dalam kesatuan yang utuh, dari kekal sampai selama-lamanya. Masing-masing tidak saling mengatasi. Ketiga pribadi itu sama kekal, sama besar kuasa-Nya dan sama besar kekudusan-Nya.
Kebenaran iman tentang Allah Tritunggal inilah merupakan misteri yang paling agung di antara segala misteri iman kita. Begitu agung misteri ini, sehingga kita tidak akan pernah sanggup untuk mengertinya. Bagaimanapun luasnya keterangan yang diberikan tentang misteri ini, semuanya tak akan pernah bisa menyingkapkan isi misteri itu seluruhnya kepada kita.
Lalu, mengapa Allah mewahyukan misteri ini kepadakita, kalau toh kita tidak akan pernah mengerti misteri itu sepenuhnya?
Misteri Allah Tritunggal sebenarnya bukanlah kebenaran untuk dimengerti, melainkan untuk diImani, dan terlebih lagi untuk dihayati dan dialami. Allah mewahyukan misteri ini bukan untuk membingungkan kita, dan bukan pula untuk mempersulit iman kita. Allah mewahyukannya agar kita mulai menghayatinya dan mengalaminya dalam hidup di dunia ini.
Apa yang dimaksud dengan menghayati dan mengalaminya ?
Hidup Allah ternyata adalah hidup dalam cinta, bahkan Allah itu adalah cinta. Dan ternyata Ia memanggil kita untuk masuk ke dalam kehidupanNya sendiri, yang dari awal tanpa akhir hidup dalam cinta. Kita dipanggil untuk turut ambil bagian dalam cinta agung Allah. Maka jelaslah misteri Allah Tritunggal diwahyukan kepada kita supaya kita sejak di dunia ini menyiapkan diri untuk hidup dalam cinta, sebab hanya dengan demikianlah kita bisa masuk dalam hidup Allah sendiri. Persatuan hidup dalam cinta yang ada dalam ketiga Pribadi Allah itu seharusnya menjadi model persatuan hidup di antara kita manusia sejak di dunia ini.
Dalam Kitab Kejadian tertulis begini: "Allah berfirman: 'Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita". Manusia ternyata dicipta Allah menurut citraNya, sebagai makhluk berbudi dan berkehendak bebas. Citra Allah ialah hidup dalam cinta. Di atas segala makhluk, kita manusia ternyata disanggupkan Allah untuk dapat mencinta dan dicinta dengan sadar dan dengan kehendak yang bebas. Itulah citra kita, dan itulah panggilan kita. Bahkan lebih dari itu kita dipanggil untuk ikut ambil bagian kelak dalam hidup cinta Allah sendiri.
Betapa luhur martabat kemanusiaan kita, dan betapa besar tanggung jawab yang dipercayakan Allah kepada kita. Maka Hari Raya Tritunggal Mahakudus sebenarnya mengingatkan kita kembali akan martabat mulia kemanusiaan kita, mengundang kita kembali untuk hidup dalam cinta. Kita berasal dari cinta ilahi, dan seharusnya kita hidup dalam cinta ilahi, dan demikian kelak kita bisa kembali bersatu dengan cinta ilahi.
Maka marilah selalu membuka hati kita agar cinta yang memenuhi Allah Tritunggal itu memenuhi hati kita juga. Janganlah kita mengingkari martabat mulia kemanusiaan kita, martabat yang mengundang untuk mencintai. Apapun perbedaan yang ada di antara kita, entah itu perbedaan suku dan etnis, perbedaan status, perbedaan pendidikan, dsb, hendaknya semuanya itu tidak mengingkari martabat kita yang dicipta seturut citra Allah, martabatuntuk hidup dalam persatuan cinta.
Renungan oleh Pater Leo Sipahutar OFM.Cap.
Dipublikasikan oleh Indonesian Papist
Pax et bonum
0 komentar:
Post a Comment