June 24, 2019

(RENUNGAN HARIAN MINGGU 30 JUNI 2019)


Bacaan Liturgi Minggu  30 Juni 2019
PF Para Martir Pertama Umat di Roma

Bacaan Pertama  1Raj 19:16b.19-21
Sekali peristiwa Tuhan berkata kepada Nabi Elia,  "Elisa bin Safat dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau." Maka pergilah Elia menemui Elisa bin Safat. Pada waktu itu  Elisa sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, dan ia sendiri mengendalikan yang kedua belas. Elia lewat di dekatnya dan melemparkan jubahnya kepada Elisa. Segera Elisa meninggalkan lembu-lembunya, mengejar Elia dan berkata, "Perkenankanlah aku mencium ayah dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau." 
Jawab Elia kepadanya, "Baiklah! Pulanglah dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu."  Elisa lalu meninggalkan Elia,  mengambil pasangan lembu itu dan menyembelihnya. Lalu ia memasak dagingnya dengan kayu bajak itu sebagai kayu api, dan memberikan daging itu kepada orang-orangnya, dan mereka pun memakannya.  Sesudah itu bersiaplah Elisa, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11
Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisanku.
*Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.  Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
*Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
*Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, dan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
*Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bacaan Kedua  Gal 5:1.13-18
Saudara-saudara, Kristus telah memerdekakan kita, supaya kita benar-benar merdeka. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau tunduk lagi di bawah kuk perhambaan.  Memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu  sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain karena kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini,  "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"  Akan tetapi, kalau kamu saling menggigit dan saling menelan,  awaslah, jangan-jangan kamu saling membinasakan.  Maksudku ialah: Hiduplah oleh Roh,  maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.  Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging, -- karena keduanya bertentangan -- sehingga setiap kali kamu tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.  Sebaliknya, kalau kamu membiarkan diri dibimbing oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil  1Sam 3:9; Yoh 6:68c
Bersabdalah, ya Tuhan, sebab hamba-Mu mendengarkan.  Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.

Bacaan Injil  Luk 9:51-62
Ketika hampir genap waktunya diangkat ke surga, Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem. Maka diutus-Nya beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke sebuah desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.  Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.  Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata,   "Tuhan, bolehkah kami menyuruh api turun dari langit  untuk membinasakan mereka?"  Tetapi Yesus berpaling dan menegur mereka, "Kamu tidak tahu apa yang kamu inginkan. Anak manusia datang bukan untk membinasakan orang,  melainkan untuk menyelamatkannya. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.  Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan,  datanglah seorang di tengah jalan, berkata kepada Yesus, "Aku akan mengikut Engkau ke mana pun Engkau pergi."  Yesus berkata kepadanya,   "Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."  Lalu kepada seorang lain Yesus berkata, "Ikutlah Aku!"  Tetapi orang itu berkata,  "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku."  Tetapi Yesus menjawab,  "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah, dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."  Dan seorang lain lagi berkata,  "Tuhan, aku akan mengikuti Engkau, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku."  Tetapi Yesus berkata,  "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan.
Ekspresi nyata kerahiman ialah pengampunan. Namun , pengampunan ini tidak mudah dipraktekan. Bukan karena caranya yang rumit, tetapi karena tiadanya niat. Banyak orang kehilangan niat untuk mengampuni karena suka menimbun kesalahan sesama. Baik di akal sebagai memori kelam dan dihati sebagai rasa sakit hati. Dengan makin tinggi timbunan itu dari hari kehari , makin sulitlah pengampunan terjadi.  Timbunan kesalahan dan hilangnya niat mengampuni juga dihadapi oleh Yakobus dan Yohanes dalam Injil hari ini.  Saat diutus untuk menyiapkan segala sesuatu bagi perjalanan Yesus menuju Yerusalem di suatu desa orang Samaria,  mereka ditolak. Tidak terima diperlakukan demikian , mereka marah dan mau membinasakan orang orang Samaria itu. Alasan kemarahan mereka sebenarnya bukan hanya soal tata krama. Tetapi lebih pada relasi runyam antara orang Yahudi dan orang Samaria. Mereka sudah lama bermusuhan . Ada banyak memori kelam dan rasa sakit hati yang tertimbun dalam diri mereka masing masing. Mulai dari soal ras murni hingga letak pusat peribadatan, semuanya dipertentangkan dan menjadi persoalan kompleks. Alhasil, karena tidak ada solusi pengentasannya, permusuhan pun mulai menyejarah dan diturun temurunkan. Maka tidak jika kesalahan sedikit kesalahan mampu mengundang murka seperti yang dialami Yakobus dan Yohanes. Mereka tidak berniat mengampuni sehingga Yesus harus menegur mereka.  Kita pun sering berlaku layaknya Yakobus dan Yohanes. Kita sulit untuk mengampuni  karena suka dan setia merawat timbunan kesalahan sesama. Kita selalu memelihara dendam hingga ada pembalasan yang setimpal. Jika pembalasan belum terjadi, kita tidak pernah tenang . Padahal, yang sebenarnya mendatangkan ketenangan hati dan sukacita ialah pengampunan. Pengampunan membuat hidup lebih bebas dari segala kesesatan berpikir dan berperasaan negatif pada sesama. Selain itu , pengampunan pun menjadi indikator valid dari kerahiman yang memastikan hakikat anak anak Allah yang sejati (Bulla Misericordiae Vultus , no 9)   Itu berarti tanpa pengampunan, esensi ke Katolik an kita patut  disangsikan. Menjadi Katolik harus memiliki hati yang berbelas kasih, suka mengampuni.

Butir permenungan.
Mengapa panggilan Yesus tidak mengenal kompromi? Bukankah Elisa dalam bacaan pertama  masih diberi kesempatan untuk berpamitan kepada orang tuanya sebelum mengikuti Elia? Mengapa Yesus berbeda? Rupanya Yesus mau mengajarkan kepada para murid bahwa mengikuti Yesus tidak boleh setengah setengah. Tugas perutusan Yesus menuntut sikap yang total karena tantangannya berat. Zaman sekarang menawarkan berbagai kemudahan hidup bagi kebanyakan manusia dikolong langit ini. Tidak mustahil iman menjadi mudah lesu ketika harus menghadapi kesulitan. Segala fasilitas modern yang kita rasakan manfaatnya di zaman sekarang janganlah dijadikan saingan atau lawan dari perutusan seorang murid Kristus. Semua fasilitas yang ada justru harus kita manfaatkan untuk menumbuhkan hidup beriman dan melayani Tuhan serta sesama.

Doa.
Ya Tuhan yang mahabaik, bantulah kami umat-Mu untuk meningkatkan iman kami yang mudah lesu dalam menghadapi kesulitan sehari hari . Amin



Bersabdalah, ya Tuhan, sebab hamba-Mu mendengarkan.  Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.



0 komentar:

Post a Comment