December 11, 2015

RENUNGAN HARI SELASA 1 DESEMBER 2015

Bacaan Liturgi   Selasa  01 Desember 2015

Bacaan 1: Yes 11:1-10
Pada akhir zaman sebuah tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh penasihat dan keperkasaan, roh pengenal dan takut akan Tuhan; ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.
Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan dengan kejujuran akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri. Ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat,
dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang yang tetap terikat pada pinggangnya.
Pada waktu itu serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan merumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anak-anaknya akan sama-sama berbaring,
sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Bayi akan bermain-main dekat liang ular tedung, dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus. Sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi para bangsa. Dia akan dicari oleh suku-suku bangsa, dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur: Mzm 72:2.7-8.12-13.17
Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya, dan damai sejahtera berlimpah sampai selama-lamanya.
*Ya Allah, kiranya raja mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum!
*Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut sampai ke laut,
dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi!
*Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong,
ia akan membebaskan orang tertindas dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.
*Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia.

Injil: Lukas 10:21-24

Pada waktu itu bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata, "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tiada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa,
dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang oleh Anak diberi anugerah mengenal Bapa." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya dan berkata,  "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kalian lihat. Sebab Aku berkata kepada kamu,  banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kalian lihat,
namun tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kalian dengar,
tetapi tidak mendengarnya."
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan
Kisah hidup dan kemartiran Beato Dionisiusdan Redemptus secara khusus menarik karena beberapa alasan :
Pertama, kedua orang suci ini meninggalkan karier mereka yang kurang lebih sudah mapan dan mengikuti panggilan Tuhan untuk menjadi imam/biarawan Karmelit pada usis yang tidak muda lagi. Dengan demikian, kisah hidup mereka menunjukkan kepada kita bahwa hidup adalah peziarahan mencari makna. Mereka dapat menjadi teladan pada kita semua, agar kita tidak merasa puas kalau hanya ikut arus dan sebatas mencari hal hal yang menyenangkan saja.
Kedua, keddua orang suci ini dengan tabah menyongsong kematian mereka sebagai martir di Indonesia dengan hati yang tabah penuh iman. Kemartiran mereka berawal dari  konflik kepentingan dagang antara kongsi dagang  Belanda dan Portugis. Dalam konflik dagang itu, agama dijadikan alat untuk menyulut kebencian dalam rangka memenangkan konflik kepentingan dagang.. Dengan cara itu akhirnya kedua orang suci itu dibunuh karena mereka adalah orang Katolik. Padahal mereka datang ke Aceh dengan membawa misi perdamaian  dan persahabatan. Butir yang kedua ini menunjukkan kepada kita, betapa keserakahan , nafsu untuk mencari untung dapat membunuh suara hati dan menghalalkan segala cara. Bukankah keserakahan  seperti ini  yang sedang kita saksikan  di panggung dunia saat ini? Ada yang dengan ironis mengatakan sila pertama Pancasila Ke-Tuhan-an yang Mahaesa sudah diganti Keuangan yang Mahakuasa.

Butir permenungan
Kenangkanlah para pejuang yang mati karena mereka memperjuangkan  kebenaran dan keadilan. Berdoalah agar harapan akan damai sejahtera sejati (bdk Yesaya 11:6-10) tidak akan pernah padam.

Doa

Ya Bapa yang Mahabaik, limpahkanlah damai sejahtera kepada keluarga kami, agar kami dapat semakin dekat dengan –Mu, dan selalu melaksanakan kehendak-Mu. Amin

0 komentar:

Post a Comment