August 7, 2017

RENUNGAN HARIAN ( SELASA 8 AGUSTUS 2017 )

Bacaan Liturgi  Selasa 8 Agustus 2017
PW S. Dominikus, Imam

Bacaan Pertama  Bil 12:1-13
Sekali peristiwa Miryam dan Harun menaruh syak terhadap Musa karena wanita Kush yang diperisterinya. Memang Musa telah memperisteri seorang wanita dari Kush. Kata mereka, "Benarkah Tuhan bersabda dengan perantaraan Musa saja? Bukankah Ia juga bersabda dengan perantaraan kita?" Hal itu didengar Tuhan. Adapun Musa, dia itu seorang yang sangat lembut hatinya, melebihi siapa pun di atas muka bumi. Lalu tiba-tiba bersabdalah Tuhan kepada Musa, Harun dan Miryam, "Keluarlah kalian bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga. Lalu turunlah Tuhan dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam. Dan mereka berdua tampil. Lalu bersabdalah Tuhan, "Dengarkanlah  sabda-Ku ini. Jika di antara kalian ada seorang nabi, maka Aku, Tuhan,  menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan. Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikianlah halnya dengan hamba-Ku Musa, yang setia di seluruh rumah-Ku. Dengan Musa Aku berbicara berhadap-hadapan, terus terang, bukan dalam teka-teki. Dan ia telah melihat rupa Tuhan. Bagaimana kalian sampai berani menaruh syak
terhadap hamba-Ku Musa? Sebab itu bangkitlah murka Tuhan terhadap mereka. Tuhan meninggalkan tempat itu, dan tiang awan naik dari atas kemah. Pada waktu ini Miryam tampak kena penyakit kusta, kulitnya menjadi putih seperti salju. Ketika Harun menoleh kepadanya, tampaknya olehnya bahwa Miryam telah terkena kusta. Harun lalu berkata kepada Musa,
"Ah tuanku, janganlah kiranya dosa ini ditimpakan kepada kami.
Dalam kebodohan kami telah berbuat demikian. Janganlah kiranya Miryam ini dibiarkan sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan
sudah setengah busuk dagingnya." Lalu berserulah Musa kepada Tuhan, "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia."
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 51:3-4.5-6a.6bc-7.12-13
Kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab aku orang berdosa.
*Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!

*Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sendirilah aku berdosa,
yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
*Maka, Engkau adil bila menghukum aku, dan tepatlah penghukuman-Mu.
Sungguh, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.
*Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku.

Bait Pengantar Injil  Yoh 1:49b
Rabi, Engkau Anak Allah, Engkaulah raja israel.

Bacaan Injil  Mat 15:1-2.10-14
Sekali peristiwa datanglah kepada Yesus beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem. Mereka berkata, "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan." Yesus lalu memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, "Dengarkan dan camkanlah, bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Maka datanglah para murid dan bertanya kepada Yesus, "Tahukah Engkau bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?" Tetapi Yesus menjawab, "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di surga, akan dicabut sampai akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka itu orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang."
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
Dalam beberapa budaya, kita sering menemukan larangan yang selalu dikaitkan dengan nilai nilai moral bahkan religiositas. Salah satu contoh , waktu masih kecil saya seringkali dimarahi jika makan didepan pintu itu pamali  atau tidak baik. Setelah dewasa, saya baru mengerti bahwa makan didepan pintu itu jelas tidak sopan karena menghalangi orang lain yang ingin masuk kedalam rumah. Larangan semacam ini sebenarnya adalah cara orang tua dan leluhur untuk melatih kebiasaan baik bagi generasi berikutnya dan tidak berdampak pada dosa.
Hari ini kita mendengar bahwa beberapa orang Farisi dan ahli Taurat  menegur Yesus karena murid murid –Nya melanggar tradisi dengan tidak membasuh tangan sebelum makan . Tradisi mencuci tangan adalah adat Yahudi yang selalu ditaati oleh masyarakat pada waktu itu. Membasuh tangan memiliki tujuan supaya makanan mereka tidak najis. Najis berarti juga berdosa , Yesus melihat bahwa hal itu adalah akal akalan manusia. Bagi Yesus , bukan makanan yang masuk ke mulut yang  menajiskan tetapi apa yang keluar dari dalam hatilah yang menajiskan . Yesus ingin menegaskan bahwa kenajisan dan dosa itu pertama tama tak boleh dinilai dari soal lahiriah seperti halnya makanan. Dosa itu timbul karena apa yang keluar dari dalam hati manusia.
Hati adalah sumber dari  segala sesuatu yang dapat menghasilkan dosa , namun sekaligus juga kebaikan. Dosa itu timbul dari dalam hati yang mengeluarkan hal hal yang buruk, bukan pada hal hal lahiriah yang masuk. Hal lahiriah memang bisa membuat badan sakit  dan mati, tetapi tak mampu merusak jiwa. Beda halnya dengan hati yang rusak sakit dan kotor. Ini akan berdampak tidak hanya pada jiwa , tetapi juga pada badan. Supaya hati tidak kotor dan selalu bersih, maka marilah kita belajar untuk menjaga hati. Menjaga hati supaya terbebas dari dosa dan kematian jiwa.
Hati yang setiap saat dilatih dengan hal hal yang baik dan suci, maka akan membuat jiwa dan badan kita menjadi sehat dan suci pula. Hati adalah sumber  kebaikan bagi hidup, maka mari kita menjaga hati agar tidak cepat tercemar oleh hal hal buruk yang berakibat dosa.

Butir permenungan.
Kasus sepele seperti aturan mencuci tangan sebelum makan dilihat sebagai pelanggaran serius yang seolah menodai agama mereka. Dengan keras Yesus menegur , sesuatu yang najis bukan yang masuk kedalam mulut melainkan yang keluar dari mulut.  Kata kata Yesus itu menjadi batu sandungan bagi mereka  karena mereka selalu merasa benar sendiri. Kritik moral yang disampaikan oleh Yesus membongkar jualan kebohongan yang mengatasnamakan agama. Mereka sama seperti orang buta yang menuntun orang buta. Artinya apa yang mereka ajarkan dan tuntut tidak disertai  dengan teladan yang benar . Yesus mempromosikan kemanusiaan yang bermartabat dan budaya hukum yang humanis   bukan dengan kekerasan serta hukuman . Bagaimana sikap kita terhadap orang lain yang berbeda pandangan, suku dan agama? Apakah kita terbuka untuk menghargai perbedaan?

Doa.
Ya Yesus, ajarlilah kami saling menghargai. Semoga perbedaan bukan penghambat kebersamaan tetapi justru memperkaya kami, Amin.


Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah,
dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku.



0 komentar:

Post a Comment