Misa Rabu Paskah VII 27 Mei 2020
Saudara saudari yang terkasih,
Roh Keperkasaan atau Roh Kekuatan adalah Karunia yang membuat kita teguh mempertahankan iman, kekudusan gereja dan kemuliaan Allah Tritunggal, dari berbagai godaan dunia sekular dan ancaman kekuatan iblis.
Pada abad ketiga, ketika gereja masih dalam jaman penganiayaan, misa masih diadakan di Katekombe, di kuburan-kuburan bawah tanah. Pada suatu hari, Tarsisius seorang muda berusia 12 tahun, remaja, senang sekali karena boleh ikut misa bersama dengan Ibunya. Pada waktu itu ada banyak orang Kristen dipenjara, karena imannya dan hendak dilempar ke kandang singa menjadi martir. Sebelum mati, mereka ingin menyambut komuni. Seusai misa, Pastor yang merayakan Ekaristi mengatakan bahwa ia hendak mengantar komuni kepada umat di penjara, tetapi umat melarangnya karena takut Pastor ditangkap dan siapa nanti yang merayakan misa. Akhirnya ada seorang serdadu Romawi yang sudah bertobat, yang ada di situ menawarkan diri. Tapi ia juga dilarang karena sedang dicari-cari. Waktu itu Tarsisius menawarkan diri untuk mengantar, tetapi ia ditolak karena ia masih kecil. Tapi rupanya Tarsisius meyakinkan mereka bahwa Sakramen Mahakudus di tangannya akan dijaga sekuat tenaga. Akhirnya ia diijinkan, sayang dalam perjalanan ke penjara, ia bertemu dengan sekelompok anak remaja yang tidak percaya kepada Tuhan, lalu ia memaksa Tarsisius yang menggenggam sesuatu untuk diperlihatkan kepada anak-anak itu. Tapi Tarsisius mempertahankan Sakramen Mahakudus itu dan tetap menggenggamnya, sehingga tidak dapat direbut dari tangannya. Akhirnya Tarsisius dilempari batu, dirajam, hingga ia terjatuh, waktu terjatuh seorang di antara mereka mengambil batu agak besar, lalu ia berkata, “mana yang lebih kuat, batu ini atau genggaman tanganmu?” Dilemparkanlah batu itu ke kepalanya hingga Tarsisius tak sadarkan diri, tapi genggaman tangannya makin kuat. Pada saat itu datanglah serdadu yang sudah bertobat tadi rupanya dan mengusir anak-anak itu, mengangkat Tarsisius. Tarsisius yang tak sadarkan diri, mulai sadar dan ia berkata, “Sakramen Mahakudus, Tubuh Kristus masih ada di tanganku”. Ia segera dibawa ke Katekombe dan dalam perjalanan ia mati. Itulah Roh Kekuatan yang meneguhkan Santo Tarsisius yang masih muda.
Saudara saudari yang terkasih,
Yesus memohon Roh Kekuatan kepada Bapa untuk murid-muridNya. “Aku tidak meminta agar Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat”. Yesus tidak menghendaki mereka dibebaskan dari rintangan dan ancaman, tetapi diberi kekuatan untuk menghadapi dan melampauinya, hingga mereka tidak jatuh ke dalam dunia dan menjadi sama dengan dunia yang sekular. Memisahkan orang dari godaan dan menghindarkan orang dari tantangan adalah jalan yang mudah untuk membuat orang selamat, tetapi belum tentu membuat orang itu makin tahan terhadap godaan, makin matang dalam hidup dan makin kuat menghadapi keganasan dunia, hingga berhasil di dalam hidupnya. Firman Allah adalah kebenaran yang menjadi pijakan, yang menjadi kekuatan untuk menghadapi dunia, hingga mereka pun manjadi kudus, yaitu terpisah dari dunia, hidup sakral yang berbeda dengan hidup sekular. Roh Kekuatan dimintakan Yesus kepada Bapa untuk murid-muridNya agar mereka mampu meneruskan karya Yesus.
Dalam bacaan pertama, Paulus meneguhkan umatnya agar menjaga diri, melindungi diri kuat karena ancaman iblis, serigala-serigala ganas terus mengintainya. Paulus meneguhkan kita juga untuk kuat, untuk perkasa dalam iman, sebagaimana ia sendiri telah memberi teladan untuk hidup sesuai dengan karunia Roh Keperkasaan.
Saudara saudari yang terkasih,
Roh Keperkasaan memampukan kita untuk teguh dan tangguh dalam melakukan kebajikan dan menghindari kejahatan. Roh ini menguatkan kita untuk mewujudkan kasih kita kepada Allah dengan resiko apapun, termasuk hilangnya kenyamanan, keamanan bahkan kehidupan sendiri. Karunia Roh Hikmat, Pengertian dan Nasehat memampukan kita mengenal rencana kasih Allah dan kehendakNya. Karunia Keperkasaan membuat kita pantang mundur, mampu melaksanakan kehendakNya, walaupun kita masih memiliki kelemahan. Roh ini tampak dalam keberanian para martir, seperti Santo Tarsisius yang masih berusia remaja 12 tahun, kegigihan para misionaris, kesetiaan suami istri, perjuangan kedua orangtua atau single parent dalam membesarkan anak-anak sesuai dengan nilai-nilai Injil, perjuangan orang sakit dan miskin untuk tetap bersandar pada Tuhan, pengabdian Imam, Biarawan-Biarawati serta kegigihan umat untuk hidup suci sebagai ungkapan menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus.
Paulus menulis dalam Roma 8:31.35.39 “… Jika Allah ada di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya atau pedang? tidak akan ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah”.
Roh Keperkasaan membuat kita menjadi pribadi pantang menyerah, setia sampai mati pada janji iman dan komitmen hidup, panggilan, karya dan penebusan. Dengan Roh ini kita selalu mengalami apa yang disebut dengan di-tune up, disegarkan dan ditegarkan. Bagaikan mesin kendaraan, agar memperoleh performa maksimal dan keadaan yang optimal, demikianlah kita di-tune up, disegarkan dan ditegarkan oleh Roh Keperkasaan agar dapat melakukan apa yang kita renungkan dua hari yang lalu, fine tuning, dan live tuning kemarin, sehingga kita sungguh-sungguh dapat hidup perkasa, kuat dalam iman sesuai dengan kehendak Allah, seperti apa yang Allah pikirkan, hingga kita tabah mewujudkan perutusan pembaptisan dan berani memilih yang baik dan benar, sebagai perwujudan iman.
0 komentar:
Post a Comment