February 10, 2018

RENUNGAN HARIAN, (JUMAT 16 FEBRUARI 2018)

Bacaan Liturgi Jumat 16 Februari 2018

Bacaan Pertama  Yes 58:1-9a
Beginilah firman Tuhan Allah, 'Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka, dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang berlaku yang benar dan tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyai Aku tentang hukum-hukum yang benar. Mereka suka mendekat menghadap Allah, dan bertanya, "Kami berpuasa, mengapa Engkau tidak memperhatikannya juga? Kami merendahkan diri, mengapa Engkau tidak mengindahkannya juga?" Camkanlah! Pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena.  Dengan cara berpuasa seperti ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Inikah puasa yang Kukehendaki: mengadakan hari merendahkan diri? menundukkan kepala seperti gelagah? dan membentangkan kain karung serta abu sebagai lapik tidur?
Itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan? Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki ialah: Engkau harus membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk;
membagi-bagikan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera. Kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku!
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 51:3-4.5-6a.18-19
Hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
*Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
*Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku Terhadap Engkau, terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
*Tuhan, Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; kalaupun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya.
Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur.
Hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Bait Pengantar Injil  Am 5:14
Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup, dan Allah akan menyertai kamu.

Bacaan Injil  Mat 9:14-15
Sekali peristiwa datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata, "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka, "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?
Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa."
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan.
Setiap agama memiliki tradisi puasa yang dikaitkan dengan soal makan dan minum. Pertanyaannya, bagaimana kah berpuasa yang benar menurut ajaran Gereja Katolik? Apa alasan kita berpuasa dan berpantang? Bagi orang Katolik,puasa dan pantang adalah tanda pertobatan, ungkapan penyangkalan diri dan kehendak untuk mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih bagi dosa kita.
Dalam masa Pra Paskah , puasa, pantang dan doa disertai amal kasih. Karena itu pantang dan puasa merupakan latihan rohani yang mendekatkan kita pada Tuhan dan sesama., dan bukan tujuan lain, seperti supaya tetap langsing, sakti, menghemat dan sebagainya.
Jika kita faham mengenai tujuan berpuasa, kita akan menjadi bijaksana dan tidak akan bertanya seperti murid murid Yohanes, "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" . latar belakang pertanyaan tersebut adalah aturan yang ketat tentang waktu puasa. Dengan  kata lain, pelaksanaan puasa harus lahir dari hati bukan dari aturan belaka.
Bagi Yesus, kesempatan ini adalah saat yang tepat untuk mengajar mereka mengenai  puasa yang benar. Puasa mestinya dilakukan karena kebutuhan misalnya masa perkabungan atau penantian. Yesus menggambarkan masa perkabungan itu adalah saat mempelai diambil dari tengah tengah para sahabat. Saat itulah mereka akan berpuasa, dan mempelai itu adalah Yesus Kristus. Selagi Sang Mempelai bersama para murid-Nya, tentu mereka tidak berpuasa.
Kita perlu menyadari dan memahami bahwa puasa juga menyangkut soal  menyelaraskan sikap dan kehendak kita dengan kehendak Allah sebagai mana ditegaskan Nabi Yesaya :” Berpuasa yang Kukehendaki ialah: Engkau harus membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk; membagi-bagikan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Mari kita melakukan puasa dan pantang yang dikehendaki Allah, dan bukan selera kita.

Butir permenungan.
Dalam tradisi Yahudi perjamuan merupakan ungkapan persaudaraan. Perjamuan harus dilaksanakan dengan makanan yang halal dan juga dalam lingkup yang sesuai dengan hukum kekudusan . Sehingga ketika Yesus dahulu makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa , itu menjadi skandal besar dalam perspektif orang Farisi Apalagi ketika Yesus kelihatan tidak meminta murid murid-Nya untuk berpuasa pada saat harus berpuasa. Sikap memandang Yesus sebagai musuh peraturan keagamaan semakin menjadi jadi. Akan tetapi puasa yang dipertanyakan oleh para murid Yohanes dalam Injil hari ini sebenarnya bukanlah puasa Agung yang dituntut dalam peringatan Hari Penebusan atau yang puasa  puasa yang diwajibkan pada saat saat khusus . Mereka bertanya soal puasa dalam kaitannya dengan kesalehan pribadi itu. Pusat doa dan puasa adalah Allah sendiri.
Bagi Jemaat Matius, apa yang diajarkan oleh Yesus ini membantu mereka untuk menghadapi praktek aktual dalam hidup bersama. Setelah kematian dan kebangkitan Yesus , upaya untuk membuka perjamuan persaudaraan bersama dengan kelompok pemungut cukai dan orang berdosa mulai kelihatan. Mungkin itulah maksud Yesus ketika mengatakan bahwa setelah mempelai itu diambil dari tengah mereka, maka mereka akan berpuasa. Marilah kita terus belajar untuk menghayati dan menghidupi makna puasa yang sebenarnya. Bahwa puasa makanan dan pantang daging yang kita buat selama masa retret Agung Prapaskah ini adalah sarana untuk semakin dekat dan akrab dengan Tuhan, serta mengetuk pintu hati kita kita untuk menyapa sesama yang menderita.

Doa.
Ya Tuhan yang mahabaik, bimbinglah dan tuntunlah kami umat-Mu agar dapat melakukan puasa dan pantang sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.





Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup, dan Allah akan menyertai kamu.


0 komentar:

Post a Comment