Sahabat2
Vinsensian Ytk.
Berikut adalah renungan mengenai
Perayaan Hari Raya St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda yang ditulis secara
khusus oleh Rm. Anton Sad Budianto CM (Penasehat Rohani Denas SSV Indonesia).
Selamat membaca dan merenungkan.
Selamat membaca dan merenungkan.
Semoga kita tersemangati dan
semakin menghayati Perayaan Serikat ini.
Salam Vinsensian
Berkah Dalem
Salam Vinsensian
Berkah Dalem
HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA
DIKANDUNG TANPA NODA
(8 Desember)
(8 Desember)
Dalam Pembukaan
setiap pertemuan SSV, kita mendoakan: Ratu yang terkandung tanpa noda asal,
doakanlah kami. Darimana mana asal doa ini? Kita perlu menelusuri sejarahnya
dan memahami maknanya.
Kasih umat kristiani kepada Bunda
Maria sudah sejak awal Gereja. Kisah Para Rasul memberi kesaksian bahwa Bunda
Maria suka berkumpul dengan Para Rasul. Setelah
Bunda Maria wafat, kasih tersebut diwujudkan dalam devosi. Salah satunya adalah
devosi kepada Maria yang dikandung tanpa dosa.
Kita tidak tahu
persis kapan pesta atau devosi ini dimulai, yang pasti Paus Sixtus IV pada
tahun 1476 menetapkan 8 Desember sebagai Pesta Maria dikandung tanpa dosa ini.
Frederic Ozanam
dan teman-temannya yang menjadi anggota pertama dari SSV menetapkan 8 Desember
sebagai pesta bagi SSV.
Peneguhan iman
akan Maria dikandung tanpa noda dosa juga nyata dalam Penampakan Maria Medali
Wasiat kepada Santa Katarina Laboure PK, sehingga doa bagi Maria Medali Wasiat
adalah:”Ya Maria semula jadi tak bercela, doakanlah kami yang berlindung kepadamu.”
Baru 20 tahun
kemudian Paus Beato Pius IX menetapkannya sebagai dogma (1854), maka 8 Desember
menjadi Hari Raya Santa Maria Dikandung Tanpa Noda.
Hal ini
diteguhkan kesaksian Bernadette Soubirous yang menerima penampakan Bunda Maria
di Lourdes yang memperkanlkan diri sebagai “Yang Dikandung Tanpa Noda” (1858).
SSV mohon lewat
Bunda Maria yang dikandung tanpa noda bagi Konferensi Konferensi dan
Dewan-Dewannya keteladanan dan perlindungan dalam hidup dan karyanya (Doa
Pembukaan setiap pertemuan).
Apa relevansi
Hari Raya ini bagi penghayatan kita sebagai Vinsensian? Iman Vinsensian
didasarkan pada inkarnasi, sabda yang menjadi manusia dalam diri Yesus. Yesus
menjadi manusia lewat kesediaan Perawan Maria untuk mengandung Dia atas kuasa
Roh Kudus.
Perawan Maria
disiapkan untuk mengandung Putra Allah, maka Gereja meyakini Dia dikandung
tanpa noda dosa. Iman keyakinan ini harus dipahami dengan benar karena jika
tidak bisa membuat umat pasif dalam berusaha menjadi kudus, karena melihat
kekudusan Bunda Maria itu melulu karya Tuhan.
Padahal inilah kenyataannya,
kekudusan itu di satu pihak memang anugerah Tuhan. Dari diri kita sendiri tak mungkin kita
menjadi kudus. Kita manusia dipanggil atau diciptakan Tuhan sebagai citraNya
yang adalah kudus, karena Tuhan itu memang mahakudus.
Apa artinya kudus? Kudus berarti
dipisahkan, dikhususkan, dibedakan dari yang duniawi. Karena itu kudus sering dilawankan dengan
sekular (duniawi).
Sebagai mahluk
rohani, seperti Tuhan kita memang bukan dari dunia ini (Yoh 17:16). Karena itu
makanan kita yang sejati, sumber hidup kita adalah persatuan kita dengan Tuhan. Bagaimana persatuan dengan Tuhan itu? Itu
bukan terutama persatuan biologis, Yesus sendiri mengatakan: “IbuKu dan
saudara-saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan
melakukannya.”(Luk 8:21)
Jadi kudus jelas maknanya: mendengarkan dan melaksanakan firman Allah.
Jadi kudus jelas maknanya: mendengarkan dan melaksanakan firman Allah.
St Vinsensius
menegaskan:”Jalan yang paling pasti dan cepat untuk mencapai kekudusan adalah
melaksanakan kehendak Allah dalam segala hal.” Bunda Maria memberi teladan yang
jelas: “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanMu.” (Luk 1:38)
Kita menghayati
Hari Raya yang kita doakan setiap pembukaan pertemuan kita ini dengan meneladan
Bunda Maria.
Kita percaya
bahwa dengan pembaptisan kitapun dibersihkan dari noda dosa. Tidak cukup kita
menjaga kebersihan kita, seperti Bunda Maria kita mau mengisi hidup kita dengan
“mengandung Kristus” dalam hati dan kesadaran kita.
PERTAMA,
itu berarti kita mau membaca, merenungkan, dan meresapkan Injil setiap hari,
karena Injil mengandung kehidupan dan karya Tuhan Yesus.
KEDUA,
kita mau berpikir, berkehendak, berkata, dan bertindak dalam terang Injil.
Dengan demikian kita terus menerus mewujudkan sabda(Injil) menjadi manusia
(dalam seluruh hidup kita)
KETIGA,
kita mau melihat segala peristiwa dan sesama yang kita jumpai, termasuk dalam
kunjungan orang miskin dalam terang Injil. Dengan demikian kita akan lebih peka
akan kehadiran Tuhan dan bimbinganNya setiap saat dalam hidup kita.Begitulah
Tuhan bukan lagi suatu yang abstrak, namun Pribadi yang dekat, kita rasakan
kehadiran dan bimbingan kasihNya setiap saat.
0 komentar:
Post a Comment