November 26, 2018

RENUNGAN HARIAN ( JUMAT 7 DESEMBER 2018 )


Bacaan Liturgi Jumat  7 Desember 2018
PW S. Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan Pertama  Yes 29:17-24
Beginilah firman Tuhan, "Tidak lama lagi Libanon akan berubah 
menjadi kebun buah-buahan, kebun subur selebat hutan. Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar sabda sebuah kitab, dan mata orang-orang buta akan melihat, lepas dari kekelaman dan kegelapan. 
Orang-orang sengsara akan bersukaria di dalam Tuhan dan orang-orang miskin di antara manusia akan bersorak-sorai di dalam Yang Mahakudus Allah Israel. Sebab orang yang gagah sombong akan lenyap dan orang pencemooh akan habis. Semua orang yang berniat jahat akan dilenyapkan, yaitu mereka yang begitu saja menyatakan seseorang berdosa di dalam suatu perkara, yang memasang jerat 
terhadap orang yang menegur mereka di pintu gerbang, dan yang menyalahkan orang benar dengan alasan yang dibuat-buat. Sebab itu beginilah firman Tuhan, Allah kaum keturunan Yakub, yang telah membebaskan Abraham, "Mulai sekarang Yakub takkan lagi mendapat malu, dan mukanya tidak lagi pucat. Sebab keturunan Yakub akan melihat karya tangan-Ku di tengah-tengah mereka, dan mereka akan menguduskan nama-Ku. Mereka akan menguduskan Yang Kudus Allah, dan mereka akan gentar kepada Allah Israel. Pada waktu itu orang-orang yang sesat pikiran akan mendapat pengertian, dan mereka yang bersungut-sungut akan menerima pengajaran." 
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 27:1.4.13-14
Tuhan adalah terang dan keselamatanku.
*Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
*Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, satu inilah yang kuingini: 
diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.
*Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup!  Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!

Bacaan Injil  Mat 9:27-31 
Sekali peristiwa ada dua orang buta mengikuti Yesus sambil berseru-seru, "Kasihanilah kami, hai Anak Daud!" Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang itu kepada-Nya. Yesus berkata kepada mereka,   "Percayakah kalian, bahwa Aku dapat melakukannya?"   Mereka menjawab, "Ya Tuhan, kami percaya." 
Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata, "Terjadilah padamu menurut imanmu."  Maka meleklah mata mereka. Lalu dengan tegas Yesus berpesan kepada mereka, "Jagalah, jangan seorang pun mengetahui hal ini." Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Yesus 
ke seluruh daerah itu.
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan
Kegembiraan dan kesedihan terungkap dalam hidup dan perilaku kita. Orang yang sedih, misalnya karena salah satu anggota keluarganya meninggal, akan menangis. Orang yang baru saja menerima surat bahwa lamaran kerjanya diterima, akan mengungkapkan kegembiraan dengan berteriak “ Yes, akhirnya akau mendapat pekerjaan” Tidak puas dengan teriakkan, orang bisa saja memeluk ibu atau bapaknya dengan erat, sambil meneteskan air mata. Itulah salah satu bentuk ungkapan kesedihan atau kegembiraan. Umumnya ungkapan itu spontan, tidak dibuat buat atau tidak dapat dipaksakan.
Bacaan Injil hari ini, menggambarkan ungkapan kegembiraan orang buta yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus, Walaupun dua orang buta sudah diwanti wanti (dipesan dengan sungguh sungguh) oleh Tuhan Yesus untuk tidak memberitahukan kepada yang orang lain, ternyata mereka malah memasyurkan keseluruh daerahnya. Mungkin anda berkomentar, “ Tuhan Yesus itu aneh, orang bahagia kok dilarang omong” Padahal ungkapan kebahagiaan itu spontan, keluar dan meluap dari hati dan diri sendiri. Dari kebutaannya orang menjadi melihat, ini merupakan pengalaman yang sungguh luar biasa. Dari kegelapan melihat  terang , orang bersyukur, bergembira, meluapkan kegembiraannya sehingga memasyurkan Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan diri kita yang tidak buta, yang matanya bisa melihat?  Apakah kita mampu bersyukur dan memasyurkan Tuhan Yesus dengan peri laku dan hidup kita? Atau malah sebaliknya, kita membuat Tuhan Yesus “tersalib” kembali, “tertusuk” tombak lagi hati-Nya? Ya, Tuhan Yesus merasa  tersalib kembali karena kata kata kita , karena perilaku kita yang memalukan?  Karena kemalasan dan keteledoran kita. Bukankah kita sebenarnya buta?

Butir permenungan
Mau membuat kegiatan yang dihadiri banyak orang Katolik? Tempelkanlah di undangan kata “ Penyembuhan”, demikian canda  seorang teman. Tetapi kata kata itu sebetulnya bisa kita amini. Sebab memang cukup banyak dari antara kita yang suka pergi kesana kemari mencari sensasi “Penyembuhan”  Apalagi kalau yang memimpin atau menjadi  narasumber adalah orang yang terkenal sebagai penyembuh. Banjirilah misa penyembuh,ada seminar penyembuh,  ada kerokan ( kebangunan rohani Katolikanak muda) Penyembuhan. Apa saja bisa dikaitkan dengan penyembuhan dan laris. Orang yang hadir bisa jadi tidak lagi kritis, yang dimaksud dengan penyembuhan itu apa.  Bahkan orang tidak memperhatikan  bahwa Yesus selalu mengajarkan , iman akan Tuhanlah dasar segala penyembuhan . Maka jangan hanya kesana kemari . Milikilah iman mendalam akan Yesus.
Lihatlah mukzijat yang dialami kedua orang buta dalam Injil, Kepada mereka Yesus lebih dulu bertanya “ Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?   Mereka menjawab “Kami percaya”  Atas dasar iman itulah penyembuhan terlaksana. Banyak hal yang kita lakukan sebagai orang beriman sungguh sungguh harus dilandasi iman. Kita tidak mencari sensasi, tidak mencari penampilan , tidak mencari kemeriahan. Kalau pada perayaan Ekaristi , syukurlah kalau homilinya menyentuh dan koornya merdu. Tetapi kalau tidakpun , tidak apa apa juga , sebab kita tetap menerima Tuhan yang kita imani. Ia Sang Penyembuh Utama

Doa
Ya Bapa, ajarilah kami agar hidup kami tidak mengecewakan-Mu  karena perilaku kami yang memalukan, Amin 



*Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, satu inilah yang kuingini:
diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.


0 komentar:

Post a Comment