November 14, 2018

RENUNGAN HARIAN ( SABTU 24 NOPEMBER 2018 )


Bacaan Liturgi Sabtu  24 November 2018

Bacaan Pertama  Why 11:4-12
Aku, Yohanes, mendengar suatu suara yang berkata, "Lihatlah kedua saksiku ini. Mereka itulah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian 
yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.  Jika ada orang yang hendak menyakiti keduanya,  keluarlah api dari mulut mereka 
dan menghanguskan semua musuh mereka.  Jika ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara demikian. 
Kedua saksi itu mempunyai kuasa menutup langit,  supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat. Dimilikinya pula kuasa atas segala air 
untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali dihendakinya. Dan apabila mereka telah menyelesaikan kesaksiannya, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka  dan mengalahkan serta membunuh mereka. Mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan. Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku, bahasa dan kaum melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan orang-orang itu tidak akan memperbolehkan mayat itu dikubur. Dan para penduduk bumi akan bergembira dan bersukacita 
atas kedua saksi itu. Mereka akan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi. Tetapi tiga setengah hari kemudian 
masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam kedua orang itu, sehingga mereka bangkit. Semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut.  Dan orang-orang itu akan mendengar suara yang nyaring dari surga berkata kepada mereka, "Naiklah ke mari!" Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 144:1.2.9-10
Terpujilah Tuhan, gunung batuku!
*Terpujilah Tuhan, gunung batuku! Ia mengajar tanganku bertempur, 
Ia melatih jari-jariku berperang.
*Ia menjadi tempat perlindungan dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku; Ia menjadi perisai, tempat aku berlindung! Dialah yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku! 
*Ya Allah, aku hendak menyanyikan lagu baru bagi-Mu; dengan gambus sepuluh tali aku hendak bermazmur. Sebab Engkaulah yang memberikan kemenangan kepada raja-raja, dan yang membebaskan Daud, hamba-Mu!

Bait Pengantar Injil  2Tim 1:10b
Juruselamat kita Yesus Kristus telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.

Bacaan Injil  Luk 20:27-40
Pada suatu ketika datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki 
yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada Yesus, "Guru, Musa menuliskan untuk kita perintah ini: 'Jika seorang yang mempunyai saudara laki-laki mati meninggalkan isteri tetapi tidak meninggalkan anak, maka saudaranya harus kawin dengan wanita itu 
dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya.' Ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang wanita lalu mati tanpa meninggalkan anak. Lalu wanita itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga, dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu. 
Mereka semuanya mati tanpa meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati.  Bagaimana sekarang dengan wanita itu? Siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? 
Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."   Berkatalah Yesus kepada mereka,   "Orang dunia ini kawin dan dikawinkan,  tetapi orang yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu 
dan dalam kebangkitan dari antara orang mati tidak kawin dan tidak dikawinkan.  Sebab mereka tidak dapat mati lagi. Mereka sama dengan malaikat-malaikat dan menjadi anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.  Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, karena di hadapan Dia semua orang hidup."   Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata, "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali."   Maka mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan.
Setiap orang memiliki hati. Namun sadarkah kita bahwa hati kita merupakan anugerah Tuhan? Ataukah hati yang menjadi anugerah ini malah menjadikan petaka , baik bagi diri  sendiri maupun orang lain? Sering terdengar pernyataan  “ Anda ini tidak punya hati, tidak punya kepedulian kepada sesama atau lingkungannya. Bahkan orang yang tega berbuat  jahat dan menyengsarakan orang lain. Lebih lagi orang lain yang tidak bersalah dibuat sengsara dan menderita yang berkepanjangan”
Ada apa dengan hati?  Inikah yang disebut degil hati atau dungu hati? Degil hati dikenakan pada orang yang suara hatinya sudah tidak bisa mendengarkan dengan baik. Hatinya tertutup suara kebisingan dan kesibukan aktifitas. Lama kelamaan aktifitas sibuk mengubah hatinya dan menumpulkan pendengaran suara hatinya sendiri . Seperti orang orang Farisi yang mencobai Yesus . Mereka menanyakan  soal perceraian.Ini juga merupakan buah kedegilan hati, ketulian dan kedunguan hati membuat mereka memiliki dunianya sendiri. Mereka tidak mampu mendengarkan suara hatinya , yaitu firman Tuhan. Suara hati yang selalu berkumandang tidak mampu didengar dengan baik. Firman Tuhan teralihkan karena kesibukan dengan dunianya sendiri dan fokus pada pikiran diri sendiri.
Dari pengalaman kedegilan hati orang Farisi inilah kita manusia zaman sekarang memiliki kecenderungan yang sama. Hidup diliputi dengan kesibukan pikiran kita yang serba mengandalkan kekuatan diri sendiri. Lupa  akan kekuatan lain yang sebenarnya lebih kuat , lebih lantang dan lebih mantap untuk diikuti dalam perjalanan hidup ini. Karena kedegilan hati kita , maka sering kali kita tersesat dan mencari jalan mudah , enak menurut pribadi dan juga nyaman bagi diri sendiri. Meskipun kenyataannya  jalan tersebut akan membawa kepada kesengsaraan dan kebinasaan.
Maka marilah kita belajar  untuk rendah hati. Mengakui bahwa diri kita ini tidak akan mampu melakukan apapun tanpa bantuan Tuhan. . Hanya hati yang tulus dan rendah hati dapat menyampaikan kabar baik. Hati hanya dapat setia , jika bersumber pada Tuhan . Di masyarakat  milikilah  hati yang selalu peduli dan saling membantu antar warga dalam kehidupan sehari hari.  Dengarkanlah suara hati supaya hati kita tidak dungu dan degil. Belajarlah untuk rendah hati karena hanya berkat Tuhan kita semua dapat hidup seperti sekarang ini.  

Butir  permenungan.
Banyak kecemasan dialami oleh manusia didunia ini, cemas terhadap hidup saat ini dan apa yang terjadi besok. Juga kekuatiran terhadap  hidup setelah meninggal  nanti. Kecemasan yang berkelebihan, membuat manusia takut menghadapi kematian. Karena itu, segala upaya dilakukan untuk menghindari kematian itu.
 Lewat Injil hari ini iman kita diteguhkan, Allah bukanlah Allah orang mati melainkan  Allah orang hidup. Menanggapi pertanyaan orang orang Saduki yang tidak percaya akan adanya hidup sesudah kematian  dan membandingkan kehidupan sesudah kematian seperti hidup didunia ini, Yesus menegaskan bahwa orang yang telah dibangkitkan dari alam maut  tidak akan mati lagi.  Mereka bahkan dapat disamakan dengan malaikat dan mereka akan menjadi anak anak Allah.
Apa yang meski kita cemaskan lagi sesudah meninggalkan dunia ini ? Kita tidak perlu cemas karena Allah akan membangkitkan kita dari kematian kekal. Itulah inti dari iman kita, seperti yang selalu kita doakan dalam bait terakhir  doa : “ Aku percaya” Aku percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Kepercayaan kita kepada Kristus yang bangkit merupakan jaminan untuk mendapatkan kehidupan yang kekal itu.  Satu hal yang dibutuhkan oleh kita saat ini adalah kemauan untuk selalu hidup sesuai dengan perintah Tuhan sambil menantikan kedatangan-Nya suatu saat nanti.

Doa.
Allah yang kekal, aku percaya  bahwa Engkau adalah Allah yang hidup yang selalu mendengarkan ku. Lindungilah aku di dunia ini dan di akhirat nanti.  Amin.





Juruselamat kita Yesus Kristus telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.


0 komentar:

Post a Comment