October 24, 2021

RENUNGAN HARIAN RABU 3 NOPEMBER 2021

Kalender Liturgi Rabu 3 Nov 2021

PF S. Martinus de Porres, Biarawan
Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I  Rom 13:8-10
Saudara-saudara,  Janganlah berhutang sesuatu kepada siapa pun, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman berikut ini: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini, serta segala firman lain mana pun juga sudah tersimpul dalam firman ini:  'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.' Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia. Karena itu kasih itu kegenapan hukum Taurat.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 112:1-2.4-5.9
Orang baik menaruh belaskasihan dan memberi pinjaman.
*Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi;
keturunan orang benar akan diberkati.
*Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya.
*Ia murah hati, orang miskin diberinya derma; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

Bait Pengantar Injil 1Ptr 4:14
Berbahagialah kalian, jika dinista karena nama Kristus, sebab Roh Allah ada padamu.

Bacaan Injil  Luk 14:25-33
Pada suatu ketika  orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Yesus berkata kepada mereka, "Jika seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudarinya, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.  Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku,  ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antaramu, yang mau membangun sebuah menara, tidak duduk membuat anggaran belanja dahulu, apakah uangnya cukup untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Jangan-jangan sesudah meletakkan dasar ia tidak dapat menyelesaikannya. Lalu semua orang yang melihat itu akan mengejek dengan berkata, 'Orang itu mulai membangun, tetapi tidak dapat menyelesaikannya.' Atau raja manakah yang hendak berperang melawan raja lain, tidak duduk mempertimbangkan dulu apakah dengan sepuluh ribu orang ia dapat melawan musuh  yang datang menyerang dengan dua puluh ribu orang? Jika tidak dapat, ia akan mengirim utusan selama musuh masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikianlah setiap orang di antaramu
yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya,  tidak dapat menjadi murid-Ku."
Demikianlah Injil Tuhan. 
 

Renungan

Hidup dalam cinta kasih rasanya sudah menjadi ikon untuk orang Katolik. Bahkan kita menyatakan bahwa ajaran utama Yesus adalah kasih kepada Allah dan sesama. Maka kalau hidup kita penuh dengan suasana kasih itu hal yang wajar dan seharusnya. Penegasan untuk hidup dalam cinta kasih dinyatakan oleh Yesus “ Barang siapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”  Salib kehidupan satu orang dan lainnya akan sangat berbeda. Seorang kakek yang sudah sakit sakitan selama hampir 19 tahun begitu rindu segera dipanggil Tuhan dan tidak tahan dengan penyakitnya yang sudah lama dan tidak ada harapan sembuh. Seorang ibu keluarga harus menanggung lima anaknya yang masih kecil dengan kerja serabutan setelah ditinggal mati oleh suaminya yang hanya meninggalkan pensiun janda tidak lebih dari 500 ribu rupiah per bulan.Ini pun salib kehidupannya. Pasangan suami isteri yang cukup hangat dan harmonis, aktivis Dewan Paroki, sangat merindukan anak dalam keluarga mereka, namun sudah 15 tahun menikah, Tuhan tidak memberikan anugerah anak. Ini pun sebuah salib keluarga yang sebetulnya secara materi kecukupan.

Butir butir permenungan.

Mengikuti Yesus dan menjadi murid-Nya berarti mengatasi ikatan sanak-keluarga dan kepentingan sendiri. Menjadi murid-Nya sama dengan menempuh hidup baru yang bisa jadi amat berlainan dengan yang biasa dijalani sebelumnya. Demikianlah setiap murid Yesus mampu melepaskan diri dari segala keterikatan dan kelekatan duniawi, juga dalam hal harta milik. Sesungguhnya kita telah menjadi murid-Nya berkat baptisan kita dalam Gereja Katolik. Semangat melepaskan diri dari segala keterikatan duniawi telah menjadi plihan kita juga.  Terasa sangat tidak masuk akal jika Yesus mengharuskan para murid dan pengikut-Nya untuk membenci keluarga, orang tua bahkan anak-anaknya agar layak menjadi murid-Nya. Disisi lain, mencintai orang tua dalam kitab-kitab kebijaksanaan adalah sebuah keutamaan yang harus dilakukan oleh setiap anak. Mencintai dan menghormati orang tua bukan sekedar ajakan atau anjuran, tapi itu merupakan sebuah perintah kewajiban supaya anak beroleh kebahagiaan. Demikian juga dengan mencintai istri, suami, dan anak-anak. Dalam perikop ini kita merasakan betapa kerasnya pengajaran yang kita dengar. Yesus sendiri berkata: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya , ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”. (lih. Luk 14:26). Apakah Yesus mengajak setiap orang untuk menjadi anak yang durhaka? TIDAK!! ini adalah sebuah pelajaran penting bagaimana cara kita berfikir guna membentuk relasi sebagai pribadi yang berkualitas, baik di hadapan Tuhan dan sesama.  Karena Yesus paham betul bahwa cinta yang begitu melekat pada hal-hal duniawi akan menghambat perkembangan iman seseorang. Injil Lukas mengungkapkan barang siapa mencintai Yesus tidak lebih dari cintanya pada orang-orang yang paling dekat dengannya, belum layak menjadi murid Yesus. Orang tua dan keluarga melambangkan apa yang paling dekat dengan seseorang, apa yang mungkin baginya paling patut mendapat cinta yang paling besar. Inilah hal mendasar itu: Yesus menuntut para murid-Nya untuk mencintai ALLAH secara total.  Menjadi murid Yesus yang sejati menuntut untuk selalu mengasihi Yesus lebih dari apapun juga sekaligus siap menderita untuk terus mengikuti Dia. Beberapa kali Yesus bertemu dengan orang-orang yg mau mengikut Yesus tapi setengah hati, tidak rela komitmen memberikan seluruh hidupnya kepada Yesus, hati mereka belum bisa mengucapkan selamat tinggal kepada miliknya, apakah itu keluarga, (lih. Luk 9: 59-61), dan harta (lih. Mat 19: 21-22). Dengan demikian mengikuti Yesus dibutuhkan kesiapan, tekat dan keputusan yang matang. Menjadi murid Kristus berarti harus sanggup memikul salib setiap hari dan mengikuti Dia. Namun syarat ini tidak cukup bagi Yesus sebelum kita melepaskan diri dari segala kepunyaan atau harta yang kita miliki. Sebagaimana yang Yesus telah lakukan, Ia memberikan seluruh diri-Nya kepada kita, Ia juga menghendaki agar kita memberikan seluruh hati kita untuk menjadi milik-Nya. Itulah tandanya bahwa kita murid-Nya, saat Dia berkuasa secara penuh dalam seluruh kehidupan kita. 

Doa.

Ya Yesus , jadikanlah aku sebagai pengikut-Mu yang senantiasa hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.

 

 

 

 

 

Berbahagialah kalian, jika dinista karena nama Kristus, sebab Roh Allah ada padamu.

 

0 komentar:

Post a Comment