December 12, 2018

RENUNGAN HARIAN ( SABTU 22 DESEMBER 2018 )


Bacaan Liturgi Sabtu 22 Desember 2018

Bacaan Pertama  1Sam 1:24-28
Sekali peristiwa, setelah Samuel disapih oleh ibunya, Hana, ia dihantar ke rumah Tuhan di Silo, dan bersama dia dibawalah seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur. 
Waktu itu Samuel masih kecil betul. Setelah menyembelih lembu, 
mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli. lalu Hana berkata kepada Eli, "Mohon bicara tuanku! Demi Tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini, dekat Tuanku untuk berdoa kepada Tuhan. Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidupnya terserahlah anak ini kepada Tuhan."  Lalu sujudlah mereka semua menyembah Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  1Sam 2:1.4-5.6-7.8abcd
Hatiku bersukaria karena Tuhan, penyelamatku.
*Hatiku bersukacita karena Tuhan, aku bermegah-megah karena Allahku.  Mulutku mencemoohkan musuhku,  aku bersukacita karena pertolongan-Mu.
*Busur para pahlawan telah patah, tetapi orang-orang lemah dipersenjatai kekuatan.  Orang yang dulu kenyang kini harus mencari nafkah,  tetapi yang dulu lapar kini boleh beristirahat. Orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya menjadi layu.
*Tuhan berkuasa mematikan dan menghidupkan, Ia berkuasa menurunkan ke alam maut  dan mengangkat dari sana.  Tuhan membuat miskin dan membuat kaya,  Ia merendahkan, dan meninggikan juga.
*Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia di antara para bangsawan, dan memberi dia kursi kehormatan.

Bacaan Injil  Luk 1:46-56 
Dalam kunjungannya kepada Elisabet, ketika dipuji bahagia, Maria memuliakan Allah dan berkata, "Jiwaku memuliakan Tuhan,dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah kudus.  Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.  Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya, 
dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya, dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."  Kira-kira tiga bulan lamanya Maria tinggal bersama Elisabet, 
lalu pulang ke rumahnya. 
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan
Ada kesan , orang orang tua sekarang sangat protektif pada anak anaknya , Hampir keluarga keluarga muda  zaman ini tidak memiliki banyak anak. Paling paling keluarga hanya memiliki satu hingga dua paling banyak tiga anak. Dan tidak jarang , saking sudah terpelajarnya para orang tua ini, mereka mengurus segalanya untuk anak anaknya. Anak anaknya harus sekolah dimana , harus ikut kursus apa, sore ini les apa, lalu besok les apa begitu. Lalu kegiatan mana mana yang boleh diikuti anaknya, dan kegiatan mana yang harus dihindari. Mereka selalu yakin , ini semua diprogram begitu agar anaknya maju dan sukses di kemudian hari. Tetapi apakah orang tua mesti harus begitu?
Kita mesti belajar pada Hana, ibu dari Samuel. Hana mengalami sendiri bagaimana anak yang dikandungnya hanyalah pemberian Tuhan  Allah saja. Hana merasa tidak berhak dan tidak memiliki kuasa apapun pada anak itu,  Maka ia menyerahkan kembali anaknya Samuel kepada Tuhan “ Seumur hidupnya terserahlah anak ini kepada Tuhan”  Biarlah Tuhan sendiri yang memprogramnya dan menentukan panggilan dan perutusan anak tersebut. Dari sejarah dicatat bahwa Samuel menjadi seorang Hakim terbesar dan terakhir dari zaman Hakim Hakim di Israel, sebelum akhirnya Israel menempuh bentuk kerajaan. Samuel menjadi tokoh besar, sangat besar , dan ada dua kitab yang sampai hari  ini memakai namanya Kitab 1 dan 2 Samuel.

Butir permenungan
Kewajiban orang tua ialah mengantar anak anaknya kepada Tuhan , bersyukur dan berkidung revolusi seperti Maria, ibu Yesus. Orang tua mengantar anak dalam panggilan  Tuhan sebagai tanda penyerahan kepada Tuhan (1 Samuel 1:24-28) Penyerahan anak oleh ibunya kepada Tuhan menunjukkan kerelaan orang tua yang menerima anak kandung sebagai karunia dan kini dengan ikhlas membaktikannya untuk menjadi abdi Tuhan seumur hidup. Dengan banyak berdoa Hana , ibu Samuel memperoleh anak dari Tuhan, Ketika anak mulai tumbuh , dan diserahkan kembali kepada Tuhan , Tuhan memberkati persembahan itu, Samuel menjadi nabi yang mengantar Israel dari zaman Hakim Hakim  ke zaman Raja Raja. Ini contoh pertama dan besar dari Perjanjian Lama, bagaimana orang cinta anak dan lebih cinta  lagi  kepada Tuhan .  Anak diterima dengan rasa syukur tetapi karena mengakui bahwa Tuhan lebih berkuasa atas anak itu.
Sejak penyerahan Samuel kepada Imam Agung Eli, orang tua Samuel mengundurkan diri  dan Tuhan lah yang berperan sebagai pendidik Samuel dari semula , lebih dari sekedar pengajar ilmu agama dari Kitab Suci serta kewajiban  di Bait Allah . Samuel dipilih menjadi penyambung lidah Yahwe dengan imam agung Eli . itulah tanda syukur kepada Yahwe.
Dalam Perjanjian Baru rasa syukur diungkapkan oleh Maria dalam kidung revolusi , dalam kidung Magnificat , setelah Sabda menjadi Manusia dalam rahimnya. Dasar revolusi adalah kebenaran antara Tuhan dan manusia. Manusia sering mencari kemuliaan sendiri tanpa menghiraukan Allah  bahkan tanpa mengakui hukum etika tata susila demi berebut  kekayaan dan kuasa . Perjalanan Sang Sabda diwahyukan kepada umat manusia, Nilai nilai dunia dijungkir balikkan oleh nilai nilai surgawi . Panggilan Kristiani kita adalah membawa persembahan hidup anak kita, hidup kita kepada Tuhan . Setelah itu kita mewujudkan kebenaran Allah ditengah dunia melalui resolusi nilai nilai sosial , sehingga kita mampu melaksanakannya. 
Tidak jarang orang tua terkejut dan kaget ketika anaknya memilih jurusan, memilih jalan hidup dan memilih pasangan hidup. Orang tua sering kaget, kok anaknya tiba tiba  mau masuk seminari atau biara. Inilah bukti bahwa  meskipun orang tua berharap ini itu pada anaknya, anak kita itu tetaplah milik Tuhan. Tuhanlah yang akan menentukan jalan hidup yang harus ditempuh anak anak kita. Maka agar kita tidak kecewa, marilah kita membiasakan diri untuk menyerahkan  segalanya kepada Tuhan, menyerahkan anak anak kita pada Tuhan
Kita sedang berada pada Pekan Khusus Adven , persiapan dekat kelahiran Tuhan Yesus , Sang Juru Selamat, Natal hampir tiba, Dunia akan segera diperbaharui, Sukacita karena kelahiran Sang Juru Selamat sudah diambang pintu, Kita diundang untuk bergabung dengan Maria dalam lagu syukur atas belas kasih Allah , bersama Bunda Maria kita doakan juga para ibu yang tepat hari ini mendapat anugerah besar sebagai Hari Ibu.

Doa
Ya Tuhan , kami mohon kepada keluarga keluarga agar mau menyerahkan sepenuhnya anak anaknya dalam bimbingan-Mu, biarlah Tuhan yang memprogram  dan menentukan panggilan dan perutusan anak anak tersebut. Amin


Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku


0 komentar:

Post a Comment