July 4, 2018

RENUNGAN HARIAN, (MINGGU 8 JULI 2018)

Bacaan Liturgi  Minggu  8 Juli 2018

Bacaan Pertama  Yeh 2:2-5
Sekali peristiwa, kembalilah rohku ke dalam tubuhku, dan aku ditegakkannya. Maka aku mendengar Allah yang berbicara dengan aku.
Beginilah Firman-Nya, "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa yang memberontak melawan Aku.
Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku  sampai hari ini juga; mereka keras kepala dan tegar hati! Kepada keturunan inilah Aku mengutus engkau! Kepada mereka harus kaukatakan: Beginilah firman Tuhan Allah. Dan entah mereka mendengarkan entah tidak -- sebab mereka adalah kaum pemberontak, -- mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka."
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 123:1-2a.2bcd.3-4
Mata kita memandang kepada Tuhan, sampai Ia mengasihi kita.
*Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di surga. Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya.
*Seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada Tuhan, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.
*Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; sudah cukup kenyanglah jiwa kami
dengan olok-olok orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong.

Bacaan Kedua  2Kor 12:7-10
Saudara-saudara, agar aku jangan meninggikan diri karena penyataan luar biasa yang aku terima, aku diberi suatu duri dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk mengecoh aku, agar aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan,
supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil  Luk 4:18
Roh Tuhan ada pada-Ku, dan Aku diutus-Nya menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.

Bacaan Injil  Mrk 6:1-6
Sekali peristiwa Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah ibadat, dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian
bagaimana dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Maka Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana,
kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Yesus merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan
Banyak dari kita mungkin ingat sepenggal lagu anak anak TK, “Bintang kecil di langit yang biru, amat banyak menghias angkasa. Aku ingin terbang dan menari, jauh tinggi, ketempat kau berada” Bicara soal bintang, ada aneka macam bintang , ada profil Sri Bintang Pamungkas yang berani mengkritik penguasa. Ada bintang film dan banyak bintang tamu di teievisi. Ada bir bintang di cafetaria, ada bintang tujuh di apotek, Ada bintang Daud di Israel. Ada jenderal bintang satu sampai empat di jajaran TNI. Ada hotel bintang lima di bilangan Senayan, Ada bintang laut di Bunaken. Kalau begitu , apakah ada juga bintang di hati kita, seperti  bintang yang menerangi tiga raja dari Timur (Kaspar, Baltasar dan Melkhior) ke Betlehem? Bahkan sampai sekarang pun di Betlehem ( Church of Nativity) tempat Yesus dahulu lahir digambarkan dengan bentuk sebuah bintang.  Bintang sendiri setidaknya punya tiga peran dasar, antara lain :
Pertama,  membawa kehangatan, Bintang selalu ada  ketika dibutuhkan , bintang itu terlihat ketika malam hari yang gelap, untuk menerangi dan menghangatkan malam yang dingin. 
Kedua, memberi inspirasi. Ada banyak lagu populer, yang terinspirasi dari kehadiran bintang ini. Ada lagu Bintang Kecil-nya anak anak TK. Kasih tak sampai-nya Padi, bintang bintangnya Titi Dwi Jajanti, atau bintangnya The Drive.
Ketiga, bersinar. Bintang punya cahaya yang selalu mau ia berikan  kepada siapa saja, kaya atau miskin, jahat atau baik, tua atau muda, tanpan atau buruk rupa.
Seperti  para Santo dan Santa , sang bintang dari Tuhan , maukah kita juga belajar menjadi bintang bersinar, bagi dunia kita , minimal bagi setiap hati yang ada didekat kita?  Pancarkanlah cinta  kasih Tuhan lewat hidup kita sehari hari.

Butir permenungan.
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dalam peribahasa  “ buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”  seringkali dipakai untuk menggambarkan anak yang mewarisi sifat orang tuanya. Namun saya pribadi tidak terlalu setuju . Artinya hal itu bisa benar , tapi bisa juga tidak. Karena manusia selalu belajar dan berkembang . Ada orang yang menyadari kelemahan dirinya tetapi ia berusaha memperbaiki diri. Tentu saja ada juga yang mesti tahu tetap memilih untuk tidak melakukan perbaikkan diri . Namun yang ingin saya katakan lebih kepada soal sebaiknya kita tidak menghakimi orang lain, apalagi jika kita tidak atau belum pernah mengenalnya. Sekalipun kita tahu atau kenal , tetap saja masih ada banyak hal yang tidak kita ketahui secara persis. Karena itu, sebaiknya kita tidak mudah menghakimi ataupun membicarakan orang lain.  Ketika Yesus berkunjung ke Nazaret , nampaknya penduduk disana tahu kalau Yesus adalah dari keluarga biasa dan bukan keturunan imam .  Karena alasan itulah masyarakat menolak pengajaran yang dibagikan-Nya. Bukankah hal ini sering terjadi dalam diri kita? Acapkali kita tidak memberikan kesempatan kepada orang lain  untuk menyatakan dirinya karena kita sudah lebih dulu memberikan “cap” kepadanya. Apakah saya mudah menghakimi orang lain?

Doa.
Ya Tuhan yang mahamurah, ajarilah kami untuk memancarkan cinta kasih-Mu lewat kehidupan kami sehari hari.  Amin.





Roh Tuhan ada pada-Ku, dan Aku diutus-Nya menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.


0 komentar:

Post a Comment