July 1, 2018

RENUNGAN HARIAN, (KAMIS 5 JULI 2018)

Bacaan Liturgi Kamis  5 Juli 2018
PF S. Antonius Maria Zaccaria, Imam

Bacaan Pertama  Am 7:10-17
Sekali peristiwa Amazia, imam di Betel, menyuruh orang menghadap Yerobeam, raja Israel, dengan pesan, "Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel. Negeri ini tidak dapat menahan segala perkataannya. Sebab beginilah kata Amos,
'Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan." Lalu berkatalah Amazia kepada Amos, "Hai Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah di sana makananmu! Dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja dan bait suci kerajaan."
Jawab Amos kepada Amazia, "Aku ini bukan nabi, dan bukan termasuk golongan para nabi, melainkan hanya seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhanlah yang mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, Tuhan bersabda kepadaku, 'Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.' Maka sekarang dengarkanlah sabda Tuhan. Engkau berkata, 'Janganlah bernubuat menentang Israel,
dan jangan ucapkan perkataan menentang keturunan Ishak.' Sebab itu beginilah sabda Tuhan, 'Isterimu akan bersundal di kota, dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang. Tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali pengukur. Engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan."
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 19:8.9.10.11
Keputusan Tuhan itu benar, adil selalu.
*Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
*Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata berseri.
*Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu. *lebih indah dari pada emas, bahkan daripada emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah.

Bait Pengantar Injil  2Kor 5:19
Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dalam diri Kristus dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita.

Bacaan Injil  Mat 9:1-8
Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu lalu menyeberang.
Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawalah kepadanya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh,
"Percayalah, anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya, "Ia menghujat Allah!"
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, "Mengapa kalian memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah,
mengatakan, 'Dosamu sudah diampuni' atau mengatakan, 'Bangunlah dan berjalanlah?' Tetapi supaya kalian tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh, "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu, dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun, lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut, lalu memuliakan Allah, karena Ia telah memberikan kuasa sedemikian kepada manusia.
Demikianlah sabda Tuhan

Renungan.
Harian Kompas memuat berita tentang siswa siswi SD Negeri Rebug, Purworejo, Jawa  Tengah menyeberangi Sungai Bedono dengan menggunakan rakit karena jembatan yang menjadi akses utama jebol diterjang banjir. Ironisnya jembatan itu sudah roboh sejak tahun 2014, tetapi belum dibenahi sampai sekarang. Ini menegaskan bahwa jembatan mempunyai fungsi yang sangat fital untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah lain  atau mendekatkan satu dengan yang lain.  Jembatan juga sangat penting dalam hidup beriman , jembatan yang membawa kita dan sesama sampai kepada Yesus. Injil mengkisahkan dengan indah bagaimana seorang lumpuh yang dibawa kepada Yesus . Iman yang dia miliki di  jembatani oleh iman orang orang yang mengusungnya  dekat dengan Yesus sehingga ia beroleh kesembuhan. Oleh karena itu, alangkah sedih hati Yesus ketika jembatan iman itu hendak diputus oleh ahli Taurat. Mereka justru berpikiran jahat dan mengecam tindakan Yesus. Mereka mau merobohkan jembatan kasih antara Yesus dan orang beriman.
Panggilan untuk mengikuti Yesus merupakan perutusan untuk menjadi jembatan iman. Jembatan yang mengantar dan membawa diri kita  dan tentunya sesama sampai kepada Yesus. Sebab itu marilah kita menjadikan masyarakat , komunitas religius, keluarga, persekutuan doa dan sekolah sekolah sebagai jembatan iman. Jembatan yang menjadi akses dan penyalur belas kasih Allah kepada sesama.Berpalinglah sedikit saja, kepada para saudara kita yang menjadi pengungsi karena perang, yang tidak dapat tidur dan makan dengan nyaman. Barangkali hanya doa atau derma yang dapat kita amalkan, namun lakukanlah dengan sepenuh hati. Berilah dukungan dan perhatian bagi saudara saudara yang lemah, bukan malah menvonisnya  dan mem bully dengan kata kata yang pedas.  Berilah penghiburan bagi saudara yang sakit dan kesepian. Curahkanlah waktu dan tenaga bagi sesama yang butuh uluran tangan kita, bukan justru membiarkan mereka tertatih tatih dalam kesedihan dan kesulitan. Singkatnya jadilah jembatan iman dalam laku belas kasih  , dengan cara itulah kita menjadi murid murid Kristus.

Butir permenungan.
Yesus  menyembuhkan si lumpuh karena Ia melihat imannya yang begitu besar, Apakah kita sudah memiliki iman yang besar kepada Yesus , seperti si lumpuh yang percaya dan berharap hanya kepada-Nya?  Apakah kita juga mampu bersikap penuh syukur kepada Allah ketika melihat orang lain bahagia atau  mengalami peristiwa iman yang besar? Atau malah kita bersikap penuh curiga dan tidak suka?

Doa.
Ya Tuhan yang mahabaik, kami umat-Mu mohon ampun karena sering meragukan kehadiran dan campur tangan–Mu dalam kehidupan kami. Sadarkanah kami bahwa Engkau tidak pernah meninggalkan kami sendirian. Jauhkanlah kami dari sikap ragu ragu akan campur tangan-Mu dalam. kehidupan kami. Amin. 




Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dalam diri Kristus dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita.


0 komentar:

Post a Comment