December 26, 2017

RENUNGAN HARIAN, (MINGGU 31 DESEMBER 2017)

Bacaan Liturgi Minggu 31 Desember 2017
Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf

 

Bacaan Pertama  Sir 3:2-6.12-14
Anak-anakku, dengarkanlah aku: Tuhan telah memuliakan bapa di atas anak-anaknya, dan hak ibu atas para anaknya Ia teguhkan. Barangsiapa menghormati bapanya, ia memulihkan dosa, dan siapa memuliakan ibunya, ia sama dengan orang yang mengumpulkan harta. Barangsiapa menghormati bapanya, ia sendiri akan mendapat kesukaan pada anak-anaknya, dan apabila bersembahyang, niscaya doanya dikabulkan.
Barangsiapa memuliakan bapanya akan panjang umurnya, dan orang yang taat kepada Tuhan menenangkan hati ibunya. Anakku, tolonglah bapamu pada masa tuanya, dan jangan menyakiti hatinya di masa hidupnya. Kalau akalnya sudah berkurang, hendaklah kaumaafkan,
jangan menistakan dia sewaktu engkau masih berjaya. Kebaikan yang ditunjukkan kepada bapa tidak akan terlupakan; sebaliknya akan dibilang sebagai pemulihan segala dosamu.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 128:1-2.3.4-5
Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.
*Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!  Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
*Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
di sekeliling mejamu!
*Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.

Bacaan Kedua  Kol 3:12-21
Saudara-saudara, kalianlah orang pilihan Allah, yang dikuduskan dan dikasihi-Nya. Maka kenakanlah belas kasihan, kemurahan dan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan hendaknya kalian saling mengampuni
bila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sebagaimana Kristus mengampuni kalian, demikian pula kalian hendaknya. Dan di atas semuanya itu kenakanlah cintakasih, tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Semoga damai sejahtera Kristus menguasai hatimu, karena untuk itulah kalian dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Semoga sabda Kristus dengan segala kekayaannya tinggal di antara kamu. Hendaknya kalian saling mengajar dan menasehati dengan segala hikmat. Nyanyikanlah mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani, untuk mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kalian lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah itu demi nama Tuhan Yesus Kristus, dan dengan perantaraan-Nya bersyukurlah kepada Allah, Bapa kita. Hai para isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai para suami, kasihilah isterimu, dan janganlah berlaku kasar terhadapnya. Hai anak-anak, taatilah orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai para bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil  Luk 2:32
Dialah terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain
dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.

Bacaan Injil  Luk 2:22-40
Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa Kanak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah. Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Kanak Yesus dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya,
    "Sekarang Tuhan,
     biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,
     sesuai dengan firman-Mu,
     sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
     yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
     yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain
     dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Kanak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." Pada waktu itu ada pula di Yerusalem seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun bersama suaminya, dan sekarang ia sudah janda, berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada hari itu Hana pun datang ke Bait Allah dan mengucap syukur kepada Allah, serta berbicara tentang Kanak Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Setelah menyelesaikan semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Maria dan Yusuf beserta Kanak Yesus ke kota kediaman mereka, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan  
Hari ini, kita merayakan Pesta Keluarga Kudus. Bacaan Injil memberi gambaran kepada kita seperti apakah cara hidup Keluarga Kudus Nazaret. Secara ekonomis, mereka tidak kaya. Hal ini tampak dari persembahan mereka yang hanya berupa "sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati" padahal keluarga yang mampu, persembahannya berupa seekor kambing atau domba (Im 12:6-8). Meskipun demikian, mereka tetap taat menjalankan hukum Taurat Musa, yang bagi mereka bukan sekedar sikap legalis tetapi lebih-lebih dimaknai sebagai ibadah kepada Tuhan. Mereka mempersembahkan Yesus, yang oleh Tuhan Allah telah diserahkan dalam asuhan mereka. Bagian penutup Injil yang mengatakan bahwa dalam asuhan mereka, Yesus "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" meyakinkan kepada kita bahwa mereka sungguh-sungguh mengasuh Yesus dengan penuh kasih sayang. Mereka mencukupi kebutuhan jasmani-Nya sehingga Ia semakin bertambah besar dan kuat, mereka memberikan pendidikan yang baik sehingga Ia menjadi penuh hikmat, dan mereka juga membantu-Nya bertumbuh dan berkembang secara spiritual sehingga Ia penuh dengan kasih karunia Allah. Dengan demikian, kita bisa belajar, bahwa adanya aneka macam kekurangan dan kelemahan dalam keluarga kita tidak menghalangi kita untuk membangun keluarga yang berkulitas, termasuk dalam mendidik anak. Kuncinya ada pada komitment untuk selalu beribadah atau berelasi secara intim dengan Tuhan dan komitment untuk menghayati "hukum" perkawinan katolik yang menuntut kesetiaan seumur hidup dan pemberian diri secara total. 

Doa:
Tuhan, bantulah kami untuk mambangun keluarga yang berkualitas, kendati kami memiliki berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Amin.






Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.



0 komentar:

Post a Comment