September 6, 2017

RENUNGAN HARIAN (SABTU 9 SEPTEMBER 2017 )

Bacaan Liturgi  Sabtu 9 September 2017

Bacaan Pertama  Kol 1:21-23
Saudara-saudara, kalian dahulu hidup jauh dari Allah, dan memusuhi Dia dalam hati dan pikiran seperti terbukti dalam perbuatanmu yang jahat. Oleh wafat Kristus sekarang kalian didamaikan Allah dalam tubuh jasmani Kristus
agar kalian ditempatkan di hadapan-Nya dalam keadaan kudus, tak bercela dan tak bercacat. Sebab itu kalian harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak goncang. Janganlah kalian mau dijauhkan dari pengharapan Injil
yang telah kalian dengar dan telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit; dan aku, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 54:3-4.6.8
Allahlah penolongku.
*Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!
*Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku.
Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu. Aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan.

Bait Pengantar Injil  Yoh 14:6
Akulah jalan, kebenaran dan sumber kehidupan, sabda Tuhan. hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa.

Bacaan Injil  Luk 6:1-5
Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum. Para murid memetik bulir-bulir gandum, menggisarnya dengan tangan, lalu memakannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata, "Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"
Maka Yesus menjawab, "Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam rumah Allah dan mengambil roti sajian. Roti itu dimakannya dan diberikannya kepada para pengikut-Nya. Padahal roti itu tidak boleh dimakan, kecuali oleh para imam."
Dan Yesus berkata lagi, "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan
Sebuah perkumpulan , institusi dan kelompok masyarakat selalu memiliki norma yang mengatur hidup bersama supaya tertib. Dibalik semua itu juga selalu ada celah yang melemahkan aturan, entah karena menyangkut hal hal yang tidak efektif dan tidak tepat sasaran . Akibatnya terjadi banyak pelanggaran . Jika kontrol sosial dari otoritas kendor , maka aturan akan seperti karet saling tarik menarik . Atau jika sangsi hukum lemah, maka kebebasan berlaku tanpa rasa takut . Contoh yang marak terjadi sekarang dinegara kita adalah banyak orang sukanya melantunkan opini opini sesat melalui media. Mereka saling menyerang  dan melakukan apa yang tidak diperbolehkan.
Sekilas Injil hari ini menceritakan tentang tindakan “premanisme” Yesus dan para murid-Nya jika dipandang dari sisi hukum menurut orang Farisi , sehingga mereka mendapat tegoran , “ Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawaban Yesus seolah membela diri dan membenarkan tindakan para murid –Nya. Namun tentu saja bukan itu maksud dari pewartaan Injil ini. Prinsip pemimpin  adalah norma atau subyek peraturan yang berlaku pada diri Yesus . Yesus identik dengan aturan itu sendiri , bukan hanya rumusan kata kata melainkan pribadi yang melakukan hukum itu.  Karena itu dengan tegas Ia berkata “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”  Yesus adalah hukum itu sendiri yang hadir dalam rupa pribadi yang melakukan kebaikan, menyembuhkan dan mengampuni. Yesus mengundang kita untuk sadar hukum . Sebagai pengikut-Nya kita hendaknya meneladan Dia yang menghargai martabat dan menghormati sesama sebagai subyek dan bukan obyek.  

Butir permenungan
Orang Jawa bilang agar kita ini mestinya bisa rumangsa atau tahu dirilah. Sayangnya orang sekarang ini cuma rumangsa bisa atau merasa bisa , merasa hebat. Lihat saja , orang suka berlagak. Para pejabat dengan tangan dilipat kebelakang suka menasehati rakyat  atau pegawai bawahannya.   “.....  Kalian harus begini, harus begitu .....”  Atau kalau sudah menjadi pemimpin , apalagi perutnya gede, orang berjalan sambil memandang orang orang disekitar kayak miliknya sendiri. Pokoknya berlagak deh  Nah inilah yang disebut  orang yang rumangsa bisa .
Santo Paulus justru mengajak kita untuk  bisa rumangsa . Cobalah kita resapkan kata kata Santo Paulus : Jangan ada diantara kalian yang menyombongkan diri. Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting?  Adakah diantara milikmu yang bukan pemberian?  Intinya tidak usah berlagaklah  Sebaliknya Santo Paulus menyebut diri sebagai rasul yang berada ditempat yang paling rendah, lemah dan hina. Demikianlah Santo Paulus memberikan gambaran ciri ciri pemimpin yang baik, orang yang rendah hati, bisa rumangsa, merasa diri tidak hebat dan tidak penting. Dan Yesus masih menambah lagi , seorang pemimpin perlulah orang yang fleksibel , tidak kaku tetapi tetap tegas terhadap apa yang perlu bagi keselamatan kita.
Kita tidak usah menghindar ketika memang ditunjuk dan dipilih menjadi pemimpin . Entah sebagai pemimpin dalam masyarakat  atau Gereja atau lembaga, kita mesti tetap memiliki kualitas kepemimpinan seperti diungkapkan Kitab Suci hari ini. Marilah kita mohon , agar kita bisa menjadi pemimpin yang bisa rumangsa, tahu diri, rendah hati, dan tidak merasa hebat sendiri.

Doa
Allah Bapa yang maharahim, kami telah diajar oleh Sabda Kristus, Guru kami, dan disegarkan oleh kurban Kristus. Semoga dengan bantuan  Roh Kudus , Sabda-mu kami wartakan , dan karunia cinta kasih-Mu kami sebar luaskan .  Amin.







Akulah jalan, kebenaran dan sumber kehidupan, sabda Tuhan.
 hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa.


0 komentar:

Post a Comment