September 13, 2017

RENUNGAN HARIAN ( SABTU 16 SEPTEMBER 2017 )

Bacaan Liturgi Sabtu  16 September 2017
PW S. Kornelius, Paus, dan Siprianus, Uksup; Martir

Bacaan Pertama  1Tim 1:15-17
Saudaraku terkasih, sabda ini benar dan patut diterima sepenuhnya,
yaitu bahwa Kristus Yesus telah datang ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Dari antara mereka itu akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku sebagai orang paling berdosa ini Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka
yang kemudian percaya kepada-Nya dan memperoleh hidup yang kekal. Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa. Amin.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  mzm 113:1-5a.6-7
Teberkatilah nama Tuhan untuk selama-lamanya.
*Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
*Dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya terpujilah nama Tuhan. Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.
*Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi,
yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur.

Bait Pengantar Injil  Yoh 14:23
Orang yang mengasihi Aku akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi Dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Bacaan Injil  Luk 6:43-49
Yesus menyampaikan wejangan ini kepada murid-murid-Nya, "Tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik. Dan tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri orang tidak memetik buah anggur.
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik. Tetapi orang jahat mengeluarkan barang yang jahat
dari perbendaharaan hatinya yang jahat. Sebab yang diucapkan mulut meluap dari hati. Mengapa kalian berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!'
padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan sabda-Ku serta melakukannya, -- Aku menyatakan dengan siapa ia dapat disamakan --
Dia itu sama dengan orang yang mendirikan rumah. Ia menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena dibangun dengan kokoh. Sebaliknya barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika dilanda banjir, rumah itu segera roboh, dan hebatlah kerusakannya."
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan
Ada sebuah  pepatah “Becik ketitik ala ketara” . Entah baik atau buruk, pasti akan ketahuan sejatinya. Pohon dikenal dari buahnya.Yesus memakai dua pohon sebagai kontras. Semak versus ara dan duri duri versus anggur. Ara adalah simbul kesuburan , damai dan kemakmuran. Anggur adalah simbol kegembiraan , sementara semak dan duri hanya pantas untuk umpan api untuk dibakar. Charles Read pernah berkata : “Taburlah tindakan maka kamu akan menuai kebiasaan, Taburlah kebiasaan maka kamu akan menuai karakter, Taburlah karakter maka kamu akan menuai nasib keberuntunganmu”  Semua perumpamaan itu menunjukkan buah dihasilkan tidak dalam waktu sekejab, tetapi melalui proses panjang yang kadang melelahkan dan menyakitkan. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita panen (ngunduh wohing pakarti) .
Dalam perumpamaan yang lain juga mau ditunjuk hal yang senada. Bangunan yang kokoh musti dilandaskan pada pondasi yang kokoh , kalau tidak, bangunan mudah goyah terombang ambing bahkan terancam runtuh berantakan. Hidup kita juga  mesti dibangun atas dasar yang kokoh yaitu bersandar dan berdasarkan Sabda Tuhan, tak hanya menjadi pendengar yang baik tetapi juga pelaksana yang tekun atas Sabda Tuhan. Itulah yang menjadikan hidup kita kokoh dan tak mudah goyah oleh aneka macam prahara kehidupan. Kita akan tetap tegar dan teguh berdiri tegak.
Hari ini kita diajak untuk merefleksikan dua pertanyaan mendasar : apakah yang aku taburkan dalam hidupku? Apakah yang menjadi dasar pondasi  hidupku? Menabur kebaikan dan kasih inilah yang akan mengabadikan hidup kita dan mengantar kita kepada kebahagiaan . Mendengar dan melaksanakan Sabda itulah pondasi yang hidup sejati. Itulah kunci kehidupan yang sering kita lupakan.

Butir permenungan.
Pada bacaan hari ini, buah baik atau tidak baik sangat tergantung  dari pohonnya. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula. Begitu pula kita ini adalah anak anak Allah . Kita ini hanya dikenali sebagai anak anak Allah kalau hidup kita sudah bersatu dengan Allah sendiri.
Mengapa terkadang terjadi hidup kita yang tidak memancarkan diri sebagai anak anak Allah? Bila kita masih suka ngegosip, menipu, mengkritik, mengeluarkan kata kata kasar dan jorok, ya bagaimana kita memancarkan aura anak anak Allah?  Namun bila kita menghidupi diri sebagai anak anak Allah dengan banyak berdoa dan membaca Kitab Suci , merenungkan yang baik dan benar, mengulang ulang dalam pikiran kita pikiran dan rencana yang positif bagi sesama kita, lihatlah, pelan pelan aura ke-anak-Allah-an memancar dari diri dan wajah kita tanpa kita sadari. Namun orang lain yang akan menyadarinya.

Doa.
Allah  Bapa kami, Sumber Kehidupan , kami bersyukur , karena Engkau telah menjanjikan kasih setia Mu dengan perantaraan Yesus Putra-Mu terkasih. Perkenankanlah kami membangun hidup kami pada Dia sebagai dasarnya. Amin.




Orang yang mengasihi Aku akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi Dia, dan Kami akan datang kepadanya.


0 komentar:

Post a Comment