September 30, 2017

RENUNGAN HARIAN (SELASA 3 OKTOBER 2017 )

Bacaan Liturgi  Selasa 3 Oktober 2017

Bacaan Pertama  Za 8:20-23
Beginilah sabda Tuhan semesta alam, "Bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota masih akan datang. Penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain dan mengatakan, 'Marilah kita pergi untuk melunakkan hati Tuhan dan mencari Tuhan semesta alam!
Kami pun akan pergi! Jadi banyak bangsa dan suku bangsa yang kuat
akan datang mencari Tuhan semesta alam di Yerusalem dan melunakkan hati Tuhan." Beginilah sabda Tuhan semesta alam, "Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi dengan berkata,
'Kami mau pergi menyertai kamu, sebab kami telah mendengar bahwa Allah menyertai kamu!"
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 87:1-7
Allah beserta kita.
*Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya:
Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion daripada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.
*Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan tentang Filistea, Tirus dan Etiopia Kukatakan: "Ini dilahirkan di sana." Tetapi tentang Sion dikatakan: "Tiap-tiap orang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya.
*Pada waktu mencatat bangsa-bangsa Tuhan menghitung: "Ini dilahirkan di sana." Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai: "Semua mendapatkan rumah di dalammu."

Bait Pengantar Injil  Mrk 10:45
Anak Manusia datang untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua orang.

Bacaan Injil  Luk 9:51-56
Ketika hampir genap waktunya diangkat ke surga, Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem. Diutusnya beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke sebuah desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria di situ tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata, "Tuhan, bolehkah kami menurunkan api dari langit untuk membinasakan mereka?" Tetapi Yesus berpaling dan menegur mereka, "Kalian tidak tahu apa yang kalian inginkan. Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkannya." Lalu mereka pergi ke desa lain.
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
Ekspresi nyata kerahiman ialah pengampunan. Namun , pengampunan ini tidak mudah dipraktekan. Bukan karena caranya yang rumit, tetapi karena tiadanya niat. Banyak orang kehilangan niat untuk mengampuni karena suka menimbun kesalahan sesama. Baik di akal sebagai memori kelam dan dihati sebagai rasa sakit hati. Dengan makin tinggi timbunan itu dari hari kehari , makin sulitlah pengampunan terjadi.
Timbunan kesalahan dan hilangnya niat mengampuni juga dihadapi oleh Yakobus dan Yohanes dalam Injil hari ini.  Saat diutus untuk menyiapkan segala sesuatu bagi perjalanan Yesus menuju Yerusalem di suatu desa orang Samaria,  mereka ditolak. Tidak terima diperlakukan demikian , mereka marah dan mau membinasakan orang orang Samaria itu. Alasan kemarahan mereka sebenarnya bukan hanya soal tata krama. Tetapi lebih pada relasi runyam antara orang Yahudi dan orang Samaria. Mereka sudah lama bermusuhan . Ada banyak memori kelam dan rasa sakit hati yang tertimbun dalam diri mereka masing masing. Mulai dari soal ras murni hingga letak pusat peribadatan, semuanya dipertentangkan dan menjadi persoalan kompleks. Alhasil, karena tidak ada solusi pengentasannya, permusuhan pun mulai menyejarah dan diturun temurunkan. Maka tidak jika kesalahan sedikit kesalahan mampu mengundang murka seperti yang dialami Yakobus dan Yohanes. Mereka tidak berniat mengampuni sehingga Yesus harus menegur mereka.
Kita pun sering berlaku layaknya Yakobus dan Yohanes. Kita sulit untuk mengampuni  karena suka dan setia merawat timbunan kesalahan sesama. Kita selalu memelihara dendam hingga ada pembalasan yang setimpal. Jika pembalasan belum terjadi, kita tidak pernah tenang . Padahal, yang sebenarnya mendatangkan ketenangan hati dan sukacita ialah pengampunan. Pengampunan membuat hidup lebih bebas dari segala kesesatan berpikir dan berperasaan negatif pada sesama. Selain itu , pengampunan pun menjadi indikator valid dari kerahiman yang memastikan hakikat anak anak Allah yang sejati (Bulla Misericordiae Vultus , no 9)   Itu berarti tanpa pengampunan, esensi ke Katolik an kita patut  disangsikan. Menjadi Katolik harus memiliki hati yang berbelas kasih, suka mengampuni.

Butir permenungan.
Mengapa panggilan Yesus tidak mengenal kompromi? Bukankah Elisa dalam bacaan pertama  masih diberi kesempatan untuk berpamitan kepada orang tuanya sebelum mengikuti Elia? Mengapa Yesus berbeda? Rupanya Yesus mau mengajarkan kepada para murid bahwa mengikuti Yesus tidak boleh setengah setengah. Tugas perutusan Yesus menuntut sikap yang total karena tantangannya berat. Zaman sekarang menawarkan berbagai kemudahan hidup bagi kebanyakan manusia dikolong langit ini. Tidak mustahil iman menjadi mudah lesu ketika harus menghadapi kesulitan. Segala fasilitas modern yang kita rasakan manfaatnya di zaman sekarang janganlah dijadikan saingan atau lawan dari perutusan seorang murid Kristus. Semua fasilitas yang ada justru harus kita manfaatkan untuk menumbuhkan hidup beriman dan melayani Tuhan serta sesama.

Doa.
Ya Tuhan yang mahabaik, bantulah kami umat-Mu untuk meningkatkan iman kami yang mudah lesu dalam menghadapi kesulitan sehari hari . Amin




Anak Manusia datang untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua orang.



2 comments: