September 21, 2017

RENUNGAN HARIAN ( SABTU 23 SEPTEMBER 2017 )

Bacaan Liturgi Sabtu  23 September 2017

Bacaan Pertama  1Tim 6:2c-12
Saudara terkasih, ajarkanlah dan nasihatkanlah semua ini. Jika ada orang yang mengajarkan ajaran lain, dan tidak menurut ajaran sehat,
yakni ajaran Tuhan kita Yesus Kristus, dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan iman kita, dialah orang yang berlagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata,  yang menyebabkan dengki, iri hati, fitnah dan curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat, yang kehilangan kebenaran, yang mengira agama itu suatu sumber keuntungan. Memang iman itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini, dan kita pun tidak membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya, terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan pelbagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Karena memburu uanglah, maka beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa diri dengan berbagai-bagai penderitaan. Tetapi engkau, hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, takwa, kesetiaan, cinta kasih, kesabaran dan kelembutan hati.  Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil; untuk itulah engkau telah mengikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 144:1-4
Terpujilah Tuhan, gunung batuku.
*Terpujilah Tuhan, Gunung Batuku! Ia menjadi tempat perlindungan dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku; Ia menjadi perisai, tempat aku berlindung.
*Ya Tuhan, apakah manusia itu, sehingga Engkau mengingatnya?  Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Manusia tak ubahnya seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang berlalu.

Bait Pengantar Injil  Luk 8:15
Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan tulus ikhlas dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Bacaan Injil  Luk 8:4-15
Banyak orang datang berbondong-bondong dari kota-kota sekitar kepada Yesus. Maka kata Yesus dalam suatu perumpamaan, "Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di udara sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, sehingga terhimpit sampai mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat."
Setelah itu Yesus berseru, "Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar." Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu. Yesus menjawab, "Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah sabda Allah.
Yang jatuh di pinggir jalan ialah orang yang telah mendengarnya,
kemudian datanglah Iblis, lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang setelah mendengar sabda itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri, ialah orang yang mendengar sabda itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik
ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
Kita ini sering dibuat sebel dan jengkel oleh anak, teman atau murid kita. Bagaimana tidak? Mereka berbuat salah, kita menegurnya , memperingatkannya, tetap saja mereka tidak berubah, mereka telah kita ikutkan rekoleksi, retret, atau pengolahan hidup ini itu tetap saja mereka seperti yang dulu . Mau kita apakan lagi mereka itu.... Begitulah keluh kita.
Perumpamaan mengenai penabur menjadi jawaban yang bagus atas “misteri pengeyelan”  alias ketegaran hati anak , teman atau murid kita itu. Betapapun bagus sebuah benih, buah atau hasilnya sangat tergantung pada jenis tanah yang menerimanya. Itulah Sabda Allah yang tidak otomatis menghasilkan buah berlimpah jikalau tidak berada pada tanah yang subur. Barangkali saja orang orang yang sulit berubah menjadi baik itu karena merupakan jenis tanah yang berbatu batu atau penuh semak duri. Semak duri itu lambang dari berbagai kekhawatiran , kekayaan, dan kenikmatan hidup. Jika orang masih diliputi berbagai hal itu , akan sulit menyimpan , menumbuhkan dan mengembangkan Sabda Allah dalam dirinya.
Kuncinya kita mesti sabar. Sejelek apapun jenis  tanah, apabila kita tahu teknik atau cara untuk menyuburkan dan memiliki ketekunan untuk mengolahnya , tentulah kondisi tanah itu menjadi lebih baik. Kita perlu memiliki pengharapan sebagai mana Santo Paulus dalam bacaan pertama . Kita menanti saat Tuhan Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sebelum dunia ini berakhir atau selama sesama kita masih hidup , kita mempunyai waktu untuk berharap agar mereka berubah juga dan bisa menghasilkan buah berlimpah pada saatnya.

Butir  permenungan.
Bagaimana perumpamaan tersebut kita terapkan didalam kehidupan iman kita? Firman Allah tumbuh didalam diri kita bagaikan benih yang ditabur ditanah subur?  Siapa sajakah yang berperan membantu kita menyuburkan Firman Allah itu? Jika Firman Allah telah tumbuh subur didalam diri kita, rupanya masih ada hal lain yang harus diupayakan yaitu membuat agar Firman Allah menghasilkan buah. Santo Yakobus berkata  , Jika iman itu tidak disertai perbuatan , maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Demikianlah Kerajaan Allah dibangun oleh orang orang yang mampu menjadi pendengar dan sekaligus  pelaksana Firman.

Doa
Ya Bapa yang penuh kasih, berilah kami ketekunan dalam mengupayakan hidup, sehingga hidup kami dapat memancarkan kasih dan kemuliaan Tuhan.   Amin.




Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan tulus ikhlas dan menghasilkan buah dalam ketekunan.





0 komentar:

Post a Comment