Gereja Katolik secara konsisten
meyakini dan mengajarkan Dogma Transubstansiasi. Dogma ini menyatakan bahwa
dalam Perayaan Ekaristi “oleh konsekrasi roti dan anggur terjadilah
perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi tubuh Kristus, Tuhan kita,
dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi darah-Nya. “[1]
Dengan demikian, “Kristus
hadir di dalam Sakramen (Ekaristi) ini oleh perubahan roti dan
anggur menjadi tubuh dan darah-Nya.” [2]
Dalam Sakramen Mahakudus
tercakuplah "dengan sesungguhnya, secara real dan substansial
tubuh dan darah bersama dengan jiwa dan ke-Allahan Tuhan kita Yesus Kristus dan
dengan demikian seluruh Kristus" (Konsili Trente: DS 1651).[3]
Gereja Katolik menolak pernyataan
Calvinis dan beberapa denominasi Protestan lain yang menganggap bahwa roti dan
anggur yang telah dikonsekrasi itu hanya sekadar lambang Tubuh
dan Darah Yesus Kristus.
Saudara-saudari sekalian, dogma
ini bersumber dari pengajaran Yesus Kristus yang diteruskan dalam Magisterium
Gereja Katolik, Kitab Suci dan Tradisi Suci.
Sekarang, mari kita melihat ke
dalam Kitab Suci dan Pengajaran Para Bapa Gereja mengenai Kehadiran Nyata (Real Presence)
Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi.
Kitab Suci memberi kita
pernyataan Yesus sendiri yang secara literal berkata:
Mat 26:26-28
26:26. Dan
ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat,
memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata:"Ambillah,
makanlah, inilah tubuh-Ku."
26:27 Sesudah
itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan
berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.
26:28 Sebab
inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang
untuk pengampunan dosa.
Mrk 14:22-24
14:22 Dan
ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap
berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah,
inilah tubuh-Ku."
14:23 Sesudah
itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan
mereka semuanya minum dari cawan itu.
14:24 Dan Ia
berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian,
yang ditumpahkan bagi banyak orang.
Luk 22:19-20
22:19 Lalu Ia
mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada
mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi
kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
22:20 Demikian
juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah
perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
Santo Paulus dalam suratnya
kepada umat di Korintus mengulang kembali dengan kata-kata yang diucapkan Yesus
pada perjamuan terakhir.
1 Kor 11:23-25
11:23. Sebab
apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa
Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
11:24 dan
sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan
berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu;
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
11:25 Demikian
juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini
adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini,
setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
Kita telah melihat sendiri bahwa
Tuhan kita Yesus Kristus berkata dengan jelas bahwa roti dan anggur yang
dikonsekrasi tersebut adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah-Nya. Yesus tidak
berkata “inilah lambang Tubuh-Ku” juga
tidak berkata “Inilah lambang
Darah-Ku”. Tetapi Ia dengan tegas dan to the point berkata “Inilah
Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku”.
Injil Yohanes juga memberikan
kita bukti dan pengajaran yang sungguh eksplisit mengenai ajaran iman ini.
6:48 Akulah
roti hidup.
6:49 Nenek
moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
6:50 Inilah
roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
6:51 Akulah
roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang
akan Kuberikan untuk hidup dunia."
6:52
Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana
Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."
6:53 Maka kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu
tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup
di dalam dirimu.
6:54 Barangsiapa
makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
6:55 Sebab
daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
6:56 Barangsiapa
makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia.
6:57 Sama
seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga
barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
6:58 Inilah
roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek
moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya."
Kita tidak dapat menolak
kenyataan bahwa Yesus meminta kita untuk memakan daging-Nya dan darah-Nya yang
tersamar dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi. Sulit bagi saya
pribadi (dan semoga juga anda, para umat Katolik sekalian) untuk
memahami pernyataan Yesus seluruhnya dalam perikop-perikop di atas, terutama
Yoh 6:48-58, sebagai suatu pernyataan yang metafora atau simbolik belaka.
Beberapa alasan mengapa kita tidak dapat memahami pernyataan Yesus dalam Yoh
6:48-58 sebagai pernyataan yang metafora atau simbolik adalah sbb:
1. Peristiwa pada perikop Yoh
6:48-58 merupakan satu-satunya peristiwa dalam Kitab Suci di mana ada begitu
banyak murid yang meninggalkan Yesus terkait sebuah doktrin iman (Yoh 6:66).
2. Dari ayat yang lain di bab
yang sama, kita juga menemukan bahwa ketidakpercayaan Yudas akan
Ekaristi adalah akar dari pengkhianatannya kepada Kristus (Yoh 6:64, 70-71).
3. Yesus Kristus sama
sekali tidak mengoreksi pernyataan-Nya atau memberikan penjelasan lebih lanjut
bila pernyataannya itu adalah pernyataan simbolis. Malah, Yesus
bertanya kepada Para Rasul, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (Yoh
6:67).
4. Fakta lain yang kita temukan
dalam perikop Yoh 6:48-58 adalah pada Yoh 6:58 kata “makan” di
sini memiliki kata asli dalam bahasa Yunani “τρώγων” (baca: tro'-go) yang secara literal
bermakna“mengunyah”. [4]
PENGAJARAN PARA BAPA GEREJA
Surat kepada
Gereja di Roma: “Saya tidak mengambil kesenangan akan makanan yang dapat rusak
atau kesenangan hidup. Saya ingin roti dari Allah yaitu Daging Kristus
(Flesh of Christ) yang adalah keturunan Daud dan untuk minuman, saya
ingin Darah-Nya yang adalah cinta yang tak dapat rusak.” (St. Ignasius dari
Antiokia, murid Rasul Yohanes Penulis Injil, dalam suratnya kepada umat di
Roma). [5]
Tomas Aquinas
mengatakan: "Bahwa tubuh Kristus yang sebenarnya dan darah Kristus
yang sebenarnya hadir dalam Sakramen ini, tidak dapat ditangkap oleh indera
..., tetapi hanya oleh iman, yang bersandar pada otoritas ilahi. Karena
itu berkatalah Sirilus tentang kalimat Kitab Suci 'Inilah tubuh-Ku yang
diserahkan bagi kamu' (Luk 22:19): 'jangan ragu-ragu apakah itu benar,
melainkan terimalah kata-kata Penebus itu dalam iman. Karena Ia adalah
kebenaran, jadi Ia tidak menipu'" (s.th. 3,75,1; dikutip oleh [Paus]
Paulus VI, MF 18). [6]
Sesudah membaca penjelasan di
atas, saya mengajukan beberapa pertanyaan reflektif untuk anda dan diri saya
sendiri:
1. Apakah kita
selama ini menyadari dan percaya bahwa yang setiap hari Minggu kita sambut
dalam perayaan Ekaristi adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus
Kristus? Atau kita masih menganggap sekadar lambang saja?
2. Apakah kita
sudah mempersiapkan jiwa dan raga kita semaksimal mungkin untuk menyambut Dia
yang hadir dalam Ekaristi? Atau kita hanya sekadar mempersiapkan seadanya?
3. Apakah kita,
dalam menyambut Tubuh dan Darah Kristus pada saat Perayaan Ekaristi,
menggunakan pakaian yang sopan dan pantas? Atau kita masih memilih secara
asal-asalan pakaian yang hendak digunakan dalam menyambut-Nya, Sang Raja kita?
4. Dalam 1
Korintus 11:27, Paulus mengajarkan, “Jadi barangsiapa dengan cara yang
tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan
darah Tuhan.” Apakah kita telah memeriksa batin, merenung dan
menyadari apakah kita sedang berada dalam keadaan berdosa berat atau
tidak? Sebab, jikalaukita berada dalam berdosa berat, kita tidak boleh
dan tidak layak menyambut Tubuh dan Darah-Nya. [7]
5. Apakah kita
mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khusuk dan fokus? Atau, karena merasa
bosan, kita memilih untuk bermain handphone, facebook-an, sms-an,
berbicara dengan teman di sebelah, lirik-lirik tidak jelas dan sebagainya?
6. Apakah kita
mengucapkan teks-teks dalam Perayaan Ekaristi dengan penuh penghayatan dan
tenang? Atau kita sekadar mengucapkannya secara asal-asalan?
7. Apakah kita
menghadiri Perayaan Ekaristi karena kita memang membutuhkan makanan rohani
kita? Atau sekadar memenuhi kewajiban dan rutinitas?
Menutup penjelasan dan refleksi
dari saya ini, saya cantumkan sebagian lirik himne “Adoro Te Devote” karya St.
Thomas Aquinas berikut ini.
Aku sembah
sujud di hadapan-Mu
Tuhan yang
tersamar hadir di sini
Hanya rupa roti
tertampak kini
Namun aku yakin
akan Sabda-Mu
Pancainderaku tak menangkapnya
Namun aku yakin
akan Sabda-Mu
Sebab hanya
Sabda Allah Putera
Kebenaran
mutlak tak tersangkalkan. [8]
[1] Katekismus Gereja Katolik
1376
[2] Katekismus Gereja Katolik
1375
[3] Katekismus Gereja Katolik
1374
[4] Lihat Kitab Suci dalam Bahasa Yunani
[5] The Apostolic Fathers,
diterjemahkan oleh J.B. Lightfoot dan J.R. Harmer, disunting dan direvisi oleh
Michael W. Holmes. Grand Rapids: Baker Book House, c. 1989, hlm. 105
Lihat ketiga kutipan St. Ignasius
di artikel ini: Ignasius dari
Antiokia dan Ekaristi
[6] Katekismus Gereja Katolik
1381
[7] Katekismus Gereja Katolik
1415. Lihat pula penjelasan tentang Dosa Berat
dan Dosa Ringan.
[8] Katekismus Gereja Katolik
1381. Teks himne Adoro Te Devote dalam Bahasa Indonesia dapat dilihat di Puji
Syukur no. 560 dengan judul “Allah yang Tersamar
0 komentar:
Post a Comment