Bacaan Liturgi Senin 3 Oktober 2016
Bacaan Pertama Gal 1:6-12
Saudara-saudara, aku heran, bahwa kalian begitu cepat berbalik dari Allah,
yang telah memanggil kalian oleh kasih karunia Kristus, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil; hanya ada orang yang mengacaukan kalian dan yang bermaksud untuk memutar-balikkan Injil Kristus. Tetapi seandainya kami sendiri ataupun seorang malaikat dari surga mewartakan kepada kalian suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu,
sekarang kukatakan sekali lagi, "Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima,
terkutuklah dia." Jadi bagaimana sekarang? Adakah aku mencari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah aku mencoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencari perkenanan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan pula manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan.
Saudara-saudara, aku heran, bahwa kalian begitu cepat berbalik dari Allah,
yang telah memanggil kalian oleh kasih karunia Kristus, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil; hanya ada orang yang mengacaukan kalian dan yang bermaksud untuk memutar-balikkan Injil Kristus. Tetapi seandainya kami sendiri ataupun seorang malaikat dari surga mewartakan kepada kalian suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu,
sekarang kukatakan sekali lagi, "Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima,
terkutuklah dia." Jadi bagaimana sekarang? Adakah aku mencari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah aku mencoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencari perkenanan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan pula manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Mzm 111:1-2.7-9.10c
Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya.
*Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
*Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh; Perintah-Nya kokoh lestari untuk selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.
*Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya, Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya; kudus dan dahsyatlah nama-Nya! Dia akan disanjung sepanjang masa.
Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya.
*Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
*Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh; Perintah-Nya kokoh lestari untuk selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.
*Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya, Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya; kudus dan dahsyatlah nama-Nya! Dia akan disanjung sepanjang masa.
Bait Pengantar Injil Yoh 13:34
Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Bacaan Injil Luk 10:25-37
Pada suatu ketika seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, "Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya, "Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus,
"Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan,
tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati.
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.'
Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya."
Yesus berkata kepadanya, "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Demikianlah Injil Tuhan.
Pada suatu ketika seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, "Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya, "Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus,
"Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan,
tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati.
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.'
Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya."
Yesus berkata kepadanya, "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan
Perumpamaan
tentang orang Samaria yang baik hati merupakan salah satu perumpamaan indah
yang hanya terdapat didalam Injil Lukas. Yesus mengisahkan perumpamaan ini di
tengah masyarakat Yahudi yang pada waktu itu kebingungan dengan kaburnya
definisi “sesama”
Sesama
dapat diartikan sebagai saudara sekandung, semarga, sesuku, ataupun sebangsa.
Selain itu, orang yang mempunyai relasi baik dengan mereka (meskipun tidak
sesuku) dapat juga disebut sebagai sesama. Yesus sendiri mempunyai pengajaran
yang jelas bahwa semua orang tanpa kecuali adalah sesama kita. Itu berarti ,
mereka yang memusuhi kita pun dapat kita sebut
sebagai sesama. Rupanya ajaran Yesus ini masih sulit diterima oleh rekan
sebangsanya. Karena itulah,Yesus mengisahkan perumpamaan tentang orang Samaria
yang baik hati. Orang Samaria adalah suku bangsa yang tinggal di Palestina
namun dipandang rendah oleh bangsa Yahudi, bahkan dianggap kafir. Alasannya ,
mereka adalah keturunan Yahudi yang sudah tidak murni lagi karena mengadakan
perkawinan dengan bangsa bangsa lain.
“Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke
tangan penyamun itu?" (ay 36) Kali ini
Yesus yang bertanya . Yesus hendak membongkar pola pikir ahli Taurat. Yesus
tidak menjawab pertanyaan, “Siapakah sesamaku?”
Yesus malah balik bertanya , “Bagi siapakah kamu telah menjadi
sesama? Apakah kamu telah menjadi sesama
bagi orang orang menderita disekitarmu?” Dan ini masih bisa dilanjutkan, “Ataukah
kamu menjadi sesama hanya bagi orang orang sekelompokmu?” Pertanyaan ahli Taurat ini tidak sulit
dijawab. Tetapi, pertanyaan Yesus barangkali akan membawa kita ke sudut dimana
kita hanya bisa tertunduk malu karena belum menjadi sesama bagi banyak orang.
Kita cenderung memilih milih . Atau kita barangkali lebih terikat pada jadwal
dan kesibukan kita. Apapun alasannya, kalau kita mau jujur, masih banyak hal
yang kita jadikan alasan untuk tidak menjadi sesama bagi orang orang disekitar
kita, khususnya mereka yang menderita. Kita perlu belajar mengubah itu , kalau mau
memperoleh hidup yang kekal. Dan ini ditujukan kepada kita.
Butir permenungan.
Injil
hari ini sangat menyentuh inti dari kehidupan beriman yaitu “Iman
yang dihidupi dengan perbuatan kasih” Iman adalah rahmat, supaya rahmat itu tidak
sia sia maka perlu usaha untuk
memelihara dan mengembangkannya sehingga berdaya guna bagi keselamatan sendiri dan orang lain. “
Iman tanpa perbuatan adalah mati”, kata Rasul Jakobus. Ia menambahkan “Jika ia tahu berbuat baik dan
tidak melakukannya maka ia berdosa”
Relasi
yang intim dengan Allah harus berbuah kebajikan yang manis terhadap
sesamanya. Doa, Ekaristi, aktivitas
rohani harusnya menjadi spirit sekaligus penggerak untuk mewujudkan iman atau
menjadi daya dorong seseorang untuk membagikan kasih Allah kepada sesama.
Kedekatan dengan Allah justru menambah kekuatan kita untuk mewujudkan kasih,
menumbuhkan kepekaan terhadap sesama, dan menimba kebaikan untuk sesama.
Doa.
Allah Bapa yang Mahabaik,
kasih - Mu yang bernyala nyala membangkitkan gairah iman kami umat - Mu.
Ajarilah kami umat - Mu untuk mewujudkan kasih yang benar terhadap sesama,
bukan dengan kata kata saja melainkan terlebih dengan perbuatan nyata. Amin.
0 komentar:
Post a Comment