May 21, 2022

RENUNGAN HARIAN, RABU PASKAH VII 1 JUNI 2022

Kalender Liturgi Rabu  1 Jun 2022

PW S. Yustinus, Martir
Warna Liturgi: Merah

Bacaan I  Kis 20:28-38
Dalam perpisahan dengan para panatua jemaat dari Efesus, Paulus berkata, "Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik  untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu  dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu  berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar  supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan berkuasa pula menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan. Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga. Kamu sendiri tahu,  bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku.  Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  Sesudah mengucapkan kata-kata itu, Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua.  Maka menangislah mereka semua tersedu-sedu, dan sambil memeluk Paulus, mereka berulang-ulang mencium dia.  Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena Paulus katakan, bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi. Lalu mereka mengantar dia ke kapal.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 68:29-30.33-35a.35b-36c
Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah!
*Kerahkanlah kekuatan-Mu, ya Allah, tunjukkanlah kekuatan-Mu, ya Allah, Engkau yang telah bertindak bagi kami. Demi bait-Mu di Yerusalem, raja-raja menyampaikan persembahan kepada-Mu.
*Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan, bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala.
Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara, suara-Nya yang dahsyat!
Akuilah kekuasaan Allah.
*Kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuasaan-Nya di dalam awan-awan. Terpujilah Allah!

Bait Pengantar Injil  Yoh 17:17b.a
Firman-Mu, ya Tuhan,  adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Bacaan Injil Yoh 17:11b-19
Dalam perjamuan malam terakhir Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi semua murid-Nya, "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku. Aku telah menjaga mereka, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu. Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka, dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia. Dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka,
supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.
Demikianlah sabda Tuhan. 

Renungan.

Lebih berbahagia memberi daripada menerima, inilah slogan Paulus yang selalu dihidupinya. Paulus tidak hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain, Paulus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri dan sekaligus untuk mendukung pelayanannya. Bahkan , tidak hanya untuk menghidupi dirinya sendiri. Paulus juga bekerja untuk orang lain. “Kamu sendiri tahu bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan kawan seperjalananku . Dengan bekerja demikian kita harus membantu orang orang yang lemah” (Kis 20:34-35)   Dengan jelas , Paulus memberikan contoh bagaimana  ia tidak menjadi milik dan dikuasai oleh dunia, tetapi mampu menggunakan perkara perkara duniawi  menjadi jalan untuk mencapai kekudusan. Luar biasa bukan?. “Tapi itu kan Paulus? Kalau zaman sekarang ini, mana bisa?” Mungkin kita akan membatin demikian, Memang memberi itu sangat tidak mudah. Lebih mudah menerima. Mengapa? Yang kita pikirkan adalah lebih sering kebutuhan kita sendiri sehingga sulit untuk memikirkan kebutuhan orang lain. Ketika merenungkan hal itu , saya teringat sebuah kisah ketika didatangi seorang ibu sederhana yang usianya sudah cukup tua.  Ibu ini hidup sendiri dan sangat rajin mengikuti Perayaan Ekaristi harian. Dalam kesederhanaannya, ibu ini datang membawa setundun pisang. Pisang itu hasil dari kebun yang digarapnya sendiri. Dengan tulus , pisang itu dipersembahkan untuk Gereja. Apalah artinya setundun pisang? Kelihatannya sepele , tapi persembahan ibu ini demikian bermakna. Tindakan memberi atau berbagi dari ibu ini sendiri merupakan tindakan yang luar biasa, Tambah lagi pemberian itu dilakukan dengan penuh ketulusan , Apa yang diberikan ibu itu adalah apa yang terbaik dalam kehidupannya. Memberi adalah salah satu bentuk konkret dari tindakan berbagi. Ibu yang sederhana itu mengajarkan sebuah makna yang demikian kecil namun luar biasa, memberi atau berbagi dengan tulus hati.  Bagi ibu itu , berbagi masih bisa dilakukan  meskipun hidupnya tidak berkelimpahan. Bukan sesuatu yang hebat  dan luar biasa , tapi ibu ini memberikan apa yang menjadi miliknya.  Nah, berbagi tidak hanya menjadi hak orang orang berkelimpahan. Pada Injil hari ini, Yesus sendiri mendoakan kita para murid-Nya, untuk tidak minta hidup enak, tetapi agar terhindar dari yang jahat. Menjadi orang Kristiani tidak berarti dibebaskan dari beban derita dunia. Tidak dibebaskan dari tantangan dunia ini, Tetapi justru diharapkan mau menghadapi tantangan dunia ini, mau berjuang didunia, mau menderita seperti Yesus demi kebenaran. Yang didoakan Yesus adalah agar kita dibebaskan dari yang jahat. Agar kita tetap berpegang pada kebenaran  Allah meski menghadapi banyak tantangan dari dunia ini.  Tindakan berbagi juga bisa dilakukan oleh mereka yang kekurangan. Ukuran berbagi itu bukan aku punya apa, melainkan aku bisa menjadi siapa bagi orang lain. Berani?  Jika kita berani, kita bisa memulainya dengan hal hal sederhana di tengah tengah  di tengah tengah keluarga, komunitas, atau masyarakat disekitar kita dengan diiringi doa dari Tuhan Yesus untuk kita semua.

Butir permenungan.

Bahasa kemunafikan, yang menjerat orang lain melalui pujian, memiliki kekuatan untuk menghancurkan komunitas-komunitas Kristen, kata Paus Fransiskus  Seperti orang-orang Farisi yang berbicara kepada Yesus dengan kata-kata pujian yang menenangkan, demikian pula orang-orang Kristen yang terlibat dalam kemunafikan berbicara dengan lembut namun “secara brutal menghakimi seseorang,” kata Paus  “Kemunafikan bukanlah bahasa Yesus. Kemunafikan bukanlah bahasa orang Kristen. Orang Kristen tidak bisa menjadi orang munafik dan orang munafik tidak bisa menjadi orang Kristen. Ini sangat jelas,” kata Paus.  “Orang-orang munafik bisa membunuh sebuah komunitas,” kata Paus Fransiskus seperti dilaporkan Catholic News Service. Orang munafik selalu mulai dengan adulasi atau pujian yang berlebihan, tidak mengatakan kebenaran, melebih-lebihkan, bahkan menumbuhkan kesia-siaan.  Paus Fransiskus bahkan menegaskan bahwa kemunafikan adalah cara iblis untuk berbicara dan iblislah yang menempatkan “lidah bercabang” ke dalam sebuah komunitas untuk menghancurkannya. Karena itu Paus Fransiskus meminta orang-orang Kristen untuk berdoa agar mereka tidak jatuh ke dalam kemunafikan ini, memoles dengan pujian untuk menutupi niat buruk. Orang Kristen harus berdoa begini: “Tuhan, semoga saya tidak pernah menjadi orang munafik. Mampukan saya agar mengatakan yang sebenarnya dan jika saya tidak dapat mengatakannya, agar berdiam diri. Tapi jangan pernah membiarkan saya menjadi seorang munafik.”  Paus mengajarkan kita untuk mendoakan orang yang munafik agar tersadar dari kemunafikannya dan juga berdoa agar kita terhindar dari kemunafikan 

Doa.

Ya Tuhan yang mahakasih, teguhkanlah persatuan dan kesatuan diantara kami, para putra dan putri-Mu. Bantulah kami untuk saling terbuka, saling percaya dan mau menerima sesama kami apa adanya.  Amin.  

 

 

 

Firman-Mu, ya Tuhan,  adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

 

0 komentar:

Post a Comment