May 27, 2022

RENUNGAN HARIAN, SENIN 6 JUNI 2022

 

Kalender Liturgi Senin 6 Jun 2022
PW SP Maria Bunda Gereja


PF S. Norbertus, Uskup
Warna Liturgi: Putih

Bacaan I  Kej 3:9-15.20
Pada suatu hari, di Taman Eden, setelah Adam makan buah pohon terlarang, Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, "Di manakah engkau?" Ia menjawab, "Ketika aku mendengar bahwa Engkau ada dalam taman ini,  aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." Lalu Tuhan berfirman, "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"  Manusia itu menjawab, "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,  dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku,  maka kumakan." Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu, "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu,  "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." Lalu berfirmanlah Tuhan Allah kepada ular itu, "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan!   Dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu! Aku akan mengadakan permusuhan  antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya. Keturunannya akan meremukkan kepalamu,  dan engkau akan meremukkan tumitnya." Manusia itu memberi nama Hawa kepada istrinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 87:1-2.3.5.6.7
Pujilah Tuhan, hai segala bangsa!
*Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya;
Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.
*Tetapi tentang Sion dikatakan: "Tiap-tiap orang dilahirkan di dalamnya,"
dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya. *Pada waktu mencatat bangsa-bangsa Tuhan menghitung:
"Ini dilahirkan di sana." Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai, "Semua mendapatkan rumah di dalammu."

Bacaan Injil Yoh 19:25-34
Waktu Yesus bergantung di salib, dekat salib itu berdiri ibu Yesus, dan saudara ibu Yesus, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, "Ibu, inilah anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, "Inilah ibumu!" Dan sejak sat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya. Sesudah itu,
karena tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Yesus,  --- supaya genapah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --- "Aku haus!"  Di situ ada suatu wadah penuh anggur asam. Maka mereka mencelupkan bunga karang dalam anggur asam itu, mencucukkannya pada sebatang hisop, lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah meminum anggur asam itu, berkatalah Yesus, "Sudah selesai!" Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya. Karena hari itu hari persiapan, dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah para pemuka Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan, dan jenazah-jenazahnya diturunkan. Lalu datanglah prajurit-prajurit dan mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Demikianlah sabda Tuhan. 

Renungan

Peringatan Maria Bunda Gereja ditempatkan sesudah Pesta Pentakosta yang dirayakan sehari sebelumnya. Dekatnya kedua perayaan ini mengungkapkan keyakinan iman kita bahwa Maria adalah murid Tuhan yang utama. Ia mengikuti Yesus sampai akhir dalam sengsara dan wafat-Nya, sementara murid lain melarikan diri ketika Yesus ditangkap (bdk Mrk 14:50)  Kedekatan antara Yesus dan Maria ini juga terungkap dalam berurutannya perayaan Hati Yesus  Yang Mahakudus dan perayaan Hati Tersuci Maria,  Duka cita Maria biasanya dikaitkan dengan tujuh peristiwa yang diceritakan dalam Injil , yaitu nubuat Simeon (Luk 2:21-35) , pengusiran ke  Mesir (Mat 2:13-15) , kehilangan Yesus di Kenisah (Luk 2:41-52), mengikuti jalan salib Yesus (Luk 23:26-32), memandang Yesus tergantung disalib (Yoh 19:25-27), memangku jenazah Yesus (Yoh 19:38-40) dan memakamkan Yesus (Yoh 19:41-42) Merenungkan dukacita Maria membantu kita semakin menyadari bahwa perjalanan iman Maria tidaklah tanpa masalah dan penderitaan. Dukacita mempunyai tempat dan artinya dalam hidup orang beriman. Tentu saja bukan duka cita yang disebabkan oleh kesalahan sendiri, melainkan dukacita akibat dari ketekunan dan kesetiaan mengikuti Yesus yang “ditentukan ..... untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan” (Luk 2:34), yang “sebagai manusia , telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan” (Ibr 5:7)  Namun, seandainya pengalaman mengikuti Yesus itu hanya berisi dukacita, memang lalu dapat dipertanyakan apakah ada artinya? Selain itu , kalau hidup hanya berisi dukacita siapapun yang mengalaminya  tidak akan kuat menanggungnya.  Duka cita Maria mesti dihubungkan pengalamannya  yang lain yaitu pengalamannya menerima peneguhan dari orang lain , seperti misalnya Elisabeth, Akhirnya yang menjadi kunci adalah pengalamannya akan Allah, misalnya seperti terungkap dalam Kidung Magnificat. Ketiga pengalaman dasar ini membentuk Maria menjadi murid Yesus yang sempurna. Dengan pengalaman serta kematangan ini, ia dapat menjadi kawan bagi para murid yang sedang berada dalam keadaan susah, takut, dan cemas seperti diceritakan dalam Kis 1:12-14 (bdk Yoh 20:19)  

Butir permenungan.              

Penulis Injil mengatakan “....di dekat salib itu berdirilah ibu Yesus  dan saudara ibu Yesus, Maria, isteri  Klopas dan Maria Magdalena ....” (ay 25). Maria menyaksikan putra satu satunya , yang sangat dikasihi mati tergantung disalib. Suatu peristiwa yang sangat menyedihkan , karena pada waktu itu salib adalah hukuman yang dianggap paling hina. Dalam pemahaman demikian ini , Maria melihat putranya mati bukan karena salah dan dosanya, melainkan karena fitnah. Inilah pengalaman duka yang begitu dalam. Meski dalam suasana demikian , Maria masih sanggup berdiri , sebab gambaran ketegaran dan kekuatan iman Maria dalam menghadapi duka dan deritanya. Dia tidak duduk atau pun  tidur lemas, bahkan  pingsan  melihat peristiwa itu, tetapi dia masih mampu berdiri dengan tegar. Tentu karena Maria mengerti dengan baik bahwa dalam duka yang paling dalam , dan dalam derita yang tidak terkatakan, justru merupakan saat dimana kita harus berada di kaki Tuhan. Maria tegar bukan karena dirinya sendiri,  melainkan menimba kekuatan Ilahi dari salib Putranya. Terpisah jauh dari salib Tuhan , tentu kita tidak berdaya. Banyak orang mengalami duka justru lari dari Tuhan dan melupakan salib-Nya, tetapi Maria justru lari dan mendekat pada Salib Yesus.

Ajaran Bapa Gereja tentang Bunda Maria sebagai Bunda Gereja

a. Origen 
Putera Maria hanya Yesus sendiri; dan ketika Yesus berkata kepada Ibu-Nya, “Lihatlah, anakmu,” seolah Ia berkata, “Lihatlah orang ini adalah Yesus sendiri, yang engkau lahirkan.” Sebab setiap orang yang dibaptis, hidup tidak lagi dirinya sendiri, tetapi Kristus hidup di dalamnya. Dan karena Kristus hidup di dalamnya, perkataan kepada Maria ini berlaku baginya, “Lihatlah anakmu- Kristus yang diurapi.” Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32))

b. St. Ephrem dari Syria 
“Kelahiran-Mu yang ilahi, O Tuhan, melahirkan semua ciptaan;
Umat manusia dilahirkan kembali darinya [Maria], yang melahirkan Engkau. Manusia melahirkan Engkau di dalam tubuh; Engkau melahirkan manusia di dalam roh…”  ((St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f))

c. St. Agustinus 
Maria adalah sungguh ibu dari anggota- anggota Kristus, yaitu kita semua. Sebab oleh karya kasihnya, umat manusia telah dilahirkan di Gereja, [yaitu] para umat beriman yang adalah Tubuh dari Sang Kepala, yang telah dilahirkannya ketika Ia menjelma menjadi manusia.” ((St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399) ))

d. Paus Pius X (1903- 1914)
“Bukankah Maria adalah Bunda Yesus? Oleh karena itu ia adalah bunda kita juga…. Maria yang mengandung Sang Juruselamat dalam rahimnya, dapat dikatakan juga mengandung mereka yang hidupnya terkandung di dalam hidup Sang Juruselamat. Karenanya, kita semua … telah dilahirkan dari rahim Maria sebagai tubuh yang bersatu dengan kepalanya. Oleh karena itu, dalam pengertian rohani dan mistik, kita disebut sebagai anak- anak Maria, dan ia adalah Bunda kita semua. ((Paus Pius X, Ad diem illum Laetissimum))

e. Martin Lutherpun mengajarkan bahwa Maria adalah Bunda Gereja

Martin Luther, pendiri gereja Protestan juga mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Gereja: “Bunda Maria adalah Bunda Yesus dan bunda kita semua. Kalau Kristus adalah milik kita, kita harus berada di mana Ia berada; dan semua yang menjadi milik-Nya pasti menjadi milik kita, dan oleh karena itu ibu-Nya juga adalah ibu kita.” ((Luther Works, (Weimar edition), 29:655:26-656:7))  “Kita semua adalah anak- anak Maria.” ((Luther Works, (Weimar edition), 11:224:8))

f. Sudahkah Bunda Maria menjadi ibu bagi anda dan saya?

Apapun yang disampaikan di atas tidak akan terlalu berguna bagi kita, jika kita tidak menerimanya sebagai kehendak Tuhan bagi kita. Tuhan Yesus sudah memberikan segala- galanya bagi kita: kasih-Nya, hidup ilahi-Nya, dan bahkan ibu-Nya sendiri. Sekarang memang terserah kepada kita, apakah yang menjadi tanggapan kita. Apakah kita sudah bersikap seperti Rasul Yohanes yang menerima Bunda Maria sebagai ibu kita juga? Jika sudah, sejauh mana kita telah meniru teladan iman Bunda Maria? Mungkin kita memerlukan perjuangan tanpa henti untuk menanggapi pertanyaan yang kedua ini. Sebab sungguh, sepanjang hidup ini memang kita perlu berjuang untuk tetap taat dan setia kepada Tuhan. Namun tentu jika kita berjalan bersama Bunda Maria, kita akan dikuatkan sampai kita dapat memandang Kristus dalam kemuliaan-Nya yang kekal abadi di surga. Semoga pada saat itu, kita dapat memandang Tuhan Yesus, dan mengatakan, “Aku mengasihi-Mu, Tuhan, dan seturut kehendak-Mu, aku juga telah mengasihi Ibu-Mu yang Engkau berikan kepadaku.”

Bunda Maria, Bunda Kristus dan Bunda kami umat beriman, doakanlah kami, sekarang dan waktu kami mati. Amin.

Doa.

Allah Bapa , Sumber Penebusan kami, pada hari ini kami telah menerima karunia pembawa keselamatan kekal, dalam merenungkan dan menghormati dukacita Santa Perawan Maria, Bunda kami.  Semoga apa yang  masih kurang pada penderitaan Kristus dapat dilengkapi pula dalam diri kami guna kepentingan seluruh umat-Mu.  Amin.

 

 

0 komentar:

Post a Comment