November 10, 2021

RENUNGAN HARIAN KAMIS 2 DESEMBER 2021

Kalender Liturgi Kamis 2 Des 2021

Warna Liturgi: Ungu

Bacaan I  Yes 26:1-6
Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: "Kita mempunyai kota yang kuat!  Tuhan telah memasang tembok dan benteng  untuk keselamatan kita. Bukalah pintu-pintu gerbangnya, agar masuklah bangsa yang benar dan yang tetap setia. Engkau menjaga orang yang teguh hatinya dengan damai sejahtera, sebab ia percaya kepada-Mu. Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal. Kota-kota di atas gunung telah ditaklukkan-Nya; benteng-benteng yang kuat telah dirobohkan-Nya, diratakan dengan tanah dan dicampakkan-Nya menjadi debu.
Kaki orang-orang sengsara dan telapak orang-orang lemah akan menginjak - injaknya."
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 118:1.8-9.19-21.25-27a
Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan.
*Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada insan!
Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada para bangsawan!
*Bukakan aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada Tuhan. Inilah pintu gerbang Tuhan, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya.
Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.
*Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali pada tanduk-tanduk mezbah.

Bait Pengantar Injil  Yes 55:6
Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat.

Bacaan Injil  Mat 7:21.24-27
Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan! Tuhan' akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Semua orang yang mendengar perkataan-Ku dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana yang membangun rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Tetapi rumah itu tidak roboh sebab dibangun di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang membangun rumahnya di atas pasir.  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu. Maka robohlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Demikianlah Injil Tuhan. 

Renungan.

Setiap orang yang percaya kepada Tuhan hendaklah menaruh hidupnya kepada perintah dan ajarannya, sebab ajaran Tuhan seperti pelita yang menerangi langkah manusia, ketika kegelapan melanda kehidupannya. Ajaran Tuhan merupakan pedoman dan tuntunan untuk menemukan arti dan makna hidup yang sebenarnya. Matius dalam Injil hari ini menjelaskan hal itu. Orang yang percaya kepada Tuhan dengan mendengarkan perkataan dan melaksanakan ajaran-Nya merupakan orang yang bijaksana.  Orang bijaksana diumpamakan dengan orang yang membangun rumah diatas batu, sehingga tidak roboh ketika badai dan banjir melanda. Sedangkan orang yang mengabaikan ajaran Tuhan adalah orang bodoh, mereka membangun rumah diatas pasir. Ketika banjir datang , rumah mereka hancur karena tidak kokoh.  Ajaran Tuhan adalah dasar yang memungkinkan kita bertahan hidup. Ketika badai penderitaan dan cobaan datang setidaknya ada dasar kokoh bagi kita untuk bertahan. Jika kita tidak mempunyai pegangan yang kokoh,  maka kita seperti orang bodoh yang membangun rumah diatas pasir. Ketika badai datang , dengan mudahnya kita hancur dan terbawa badai.  Ketika Yesus disalibkan, hanya satu kekuatannya, yaitu kehendak Allah. Yesus terbuka terhadap perkataan dan kehendak Allah sehingga Dia begitu kuat dan akhirnya menyelesaikan misi-Nya.  Masa penantian penuh harap akan kedatangan Sang Imanuel menjadi kesempatan bagi kita. Dalam masa itu, kita dapat mewujudkan kesiapan hati untuk terbuka menerima hal hal baik dan nilai nilai baru. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah mendasari hidup kita dengan dasar dasar yang kokoh  Itu semua dapat dilakukan layaknya seorang yang akan membangun  rumah. Pembangunan rumah dengan dasar yang kokoh tampaknya menjadi aktual dengan peristiwa gempa yang melanda beberapa daerah dinegara kita ini.  Dalam hal ini , Begawan Arsitek lulusan Jerman  Romo Mangunwijaya (alm) pernah mengingatkan kita untuk membangun rumah dengan menggunakan bahan bahan yang akrab  dengan alam Indonesia , misalnya kayu atau bambu. Romo Mangun ternyata membawa kita kembali pada kearifan lokal warisan nenek moyang. Kita bisa melihat hasil karyanya, komplek Gua Maria Lourdes Sendangsono, rumah rumah dibantaran Kali Code, serta beberapa rumah gaya Jawa dan gaya campuran yang ternyata tahan gempa dan natural. Dengan konsep pembangunan rumah ala Romo Mangun , kita diingatkan untuk peduli dengan alam semesta tempat kita hidup , untuk peka dan tidak membangun “hanya” sekedar berdasarkan trend zaman. Belajar dari semua itu, bagaimana kita membangun  kehidupan kita? Kekokohan hidup kita senantiasa akan diuji oleh berbagai hal. Siapkah kita bila diri kita sewaktu waktu “roboh” dan menghadap Bapa? Kenangkanlah para pejuang yang mati karena mereka memperjuangkan  kebenaran dan keadilan. Berdoalah agar harapan akan damai sejahtera sejati (bdk Yesaya 11:6-10) tidak akan pernah padam.

Butir permenungan

Bagian Injil ini adalah bagian yang sangat familiar. Sekali lagi, Yesus berkhotbah tentang Kerajaan surga. Dia memberi tahu para pendengarnya bahwa siapa pun yang memperhatikan firman-Nya dan kemudian bertindak berdasarkan firman-Nya akan membangun rumah mereka di atas dasar “batu karang. ”Kita semua tahu bahwa ada perbedaan yang jelas antara mendengar dan mendengarkan. Mendengar jauh lebih sederhana daripada mendengarkan. Ketika saya mendengar orang lain, saya benar-benar mendengar kata-kata dan isinya. Namun, saya mungkin tidak mendengar lapisan emosi atau makna yang coba disampaikan oleh individu tersebut. Ketika kita benar-benar memperhatikan apa yang dikatakan orang lain, kita tidak hanya mendengar kata-kata mereka, kita juga memperhatikan nada suara mereka, ekspresi wajah, tingkat kecemasan atau rasa tenang mereka. Kita juga mungkin mengerti apa yang tidak mereka katakan. Sebagian besar hari kita dihabiskan untuk mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Dan ini sesuai. Sebagian besar percakapan kami adalah percakapan fungsional atau kasual. Namun, apakah kita mengenalinya ketika orang lain membutuhkan kita untuk benar-benar mendengarkan mereka? Terkadang, kita semua membutuhkan seseorang yang akan melakukan lebih dari sekadar mendengar kata-kata kita. Kita membutuhkan individu dalam hidup kita yang meluangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan kita.  Namun, Yesus juga ingin kita mendengarkan Dia. Dia ingin agar kita benar-benar memperhatikan apa yang Dia katakan. Dalam Peraturan Sucinya, St. Benediktus menginstruksikan kita: “dengarkan dengan telinga hatimu!” Mendengarkan dengan telinga kita adalah sifat kedua kita. Namun ketika kita “mendengarkan dengan hati kita”, kita sepenuhnya hadir dan memperhatikan orang lain. Hari ini Yesus akan mengundang Anda (dan saya) untuk “mendengarkan dengan penuh perhatian dengan telinga hati Anda. Akankah kita meluangkan waktu dan memberikan perhatian yang Dia inginkan.

Doa

Ya Bapa yang Mahabaik, limpahkanlah damai sejahtera kepada keluarga kami, agar kami dapat semakin dekat dengan –Mu, dan selalu melaksanakan kehendak-Mu. Amin

 

 

 

 

 

 

Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat.

 

0 komentar:

Post a Comment