September 3, 2021

RENUNGAN HARIAN SABTU 18 SEPTEMBER 2021

Kalender Liturgi Sabtu 18 Sep 2021
Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I  1Tim 6:13-16
Saudara terkasih,  di hadapan Allah yang menghidupkan segala sesuatu dan di hadapan Yesus Kristus yang memberi kesaksian yang benar di hadapan Pontius Pilatus, aku memperingatkan engkau,  "Taatilah perintah ini tanpa cacat dan tanpa cela hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.  Saat itu akan ditentukan oleh Penguasa satu-satunya yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.  Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada kematian,  dan bersemayam dalam cahaya yang tak terhampiri.
Tak seorang pun pernah melihat Dia,  dan tak seorang manusia pun dapat melihat Dia.  Bagi Dialah hormat dan kuasa yang kekal.  Amin.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 100:2.3.4.5
Datanglah menghadap Tuhan dengan sorak sorai.
*Beribadatlah kepada Tuhan dengan sukacita,  datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
*Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah;  Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,  kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
*Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
*Sebab Tuhan itu baik,  kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.

Bait Pengantar Injil  Luk 8:15
Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan tulus ikhlas  dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Bacaan Injil  Luk 8:4-15
Banyak orang datang berbondong-bondong dari kota-kota sekitar kepada Yesus.  Maka kata Yesus dalam suatu perumpamaan,  "Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan,  lalu diinjak-injak orang  dan dimakan burung-burung di udara sampai habis.  Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu,  dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air.  Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri,  sehingga terhimpit sampai mati  oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama.  Dan sebagian jatuh di tanah yang baik,  lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat."  Setelah itu Yesus berseru,  "Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar,hendaklah mendengar."  Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu.  Yesus menjawab,  "Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah,  tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan,  supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat,  dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.  Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah sabda Allah.  Yang jatuh di pinggir jalan  ialah orang yang telah mendengarnya,  kemudian datanglah Iblis,  lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka,  supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu,  ialah orang yang setelah mendengar sabda itu,  menerimanya dengan gembira,  tetapi mereka tidak berakar.  Mereka hanya percaya sebentar saja  dan dalam masa pencobaan mereka murtad.  Yang jatuh dalam semak duri,  ialah orang yang mendengar sabda itu,  dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit  oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup,  sehingga tidak menghasilkan buah yang matang.  Yang jatuh di tanah yang baik  ialah orang yang mendengar sabda itu  dan menyimpannya dalam hati yang baik,  dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."
Demikianlah Injil Tuhan. 
 

Renungan

Sebagian dari surat Rasul Paulus yang diperdengarkan pada hari ini mencoba menempatkan titik permenungan pada dua sosok paling awal dari sejarah iman umat manusia . Kedua sosok tak lain dan bukan adalah Adam dan Hawa. Kisah kondang tentang sepasang manusia pertama itu diangkat kembali untuk dijadikan pantulan permenungan bagi situasi jemaat Rasul Paulus pada saat itu, dan tentu saja pada situasi dan kondisi kita saat ini. Kisah dari bab ketiga Kitab Kejadian itu mengungkapkan situasi ideal dan  nyaman  yang dirasakan  sepasang manusia itu diawal kisah sejarah iman umat manusia. Akibat terlalu terlena dengan situasi nyaman tersebut, Adam dan Hawa lupa untuk waspada terhadap godaan, lebih lebih godaan berupa kecenderungan kecenderungan dosa yang berpotensi muncul dari dalam diri mereka sebagai manusia.  Karena terlena , Adam dan Hawa kehilangan kenyamanan tinggal bersama Allah ditaman Firdaus. Manusia pertama dikalahkan kekuatan dosa sehingga harus menjauh dari Allah. Kisah awal sejarah iman manusia yang seharusnya indah menjadi  kisah tragis akibat kelengahan manusia yang mengakibatkan berkuasanya dosa atas dirinya  Rasul Paulus tak menghentikan permenungannya pada titik itu. Ia hanya mengangkat kisah iman manusia pertama itu untuk memunculkan sosok yang kontras. Manusia pertama terlena dan jatuh sehingga terkalahkan oleh dosa, sementara sosok kontras yang dimunculkan Paulus adalah Adam kedua. Sosok ini bertindak sebaliknya , ia mengangkat manusia dari keterpurukan akibat dosa untuk kemudian menghadapi, melawan dan mengalahkan dosa itu berkat upaya-Nya , bukan hanya Diri-Nya yang terbebas dari kuasa dosa. Umat manusia secara keseluruhan pun dibebaskan dari dosa berkat penebusan yang dilakukan sosok tersebut.  Sosok tersebut tak lain dan tak bukan adalah Yesus Kristus . Ia datang sebagai utusan Allah . Dengan kata lain Ia datang dari luar dunia ke dalam dunia untuk berbela rasa dengan manusia yang berdosa akibat perbuatan manusia pertama . Kedatangan-Nya ke dunia “memaksa-Nya” juga untuk berbaur  dengan para pendosa. Akan tetapi berkat status-Nya sebagai Putra Allah , Ia tidak jatuh terjerembab pada lumpur dosa itu. Sebaliknya sebagai Putra Allah, Yesus Kristus menyampaikan Kabar Sukacita kepada manusia bahwa akan datang suatu masa dimana manusia akan terbebas dari kuasa dosa jika sungguh mau menerima kehadiran Allah dalam hidupnya.  Akan tetapi untuk menyampaikan Kabar Sukacita itu, Yesus Kristus harus mengalami penderitaan yang amat sangat , sampai pada wafat-Nya disalib. Pada titik itulah Allah  menunjukkan kebesaran dan kekuasaan –Nya dengan membangkitkan Putra-Nya dari antara orang mati sekaligus mengalahkan kuasa dosa. Rasul Paulus melukiskan proses penebusan itu dengan penggambaran benih. “ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan; ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. (1Kor15:43-44) Keikut sertaan kita dalam iman akan Kristus mengikut serta kan kita pula dalam kebangkitan dan kemenangan atas kuasa dosa tersebut.  Dengan demikian , tubuh alamiah kita yang penuh dengan kecenderungan akan dosa pun diubah menjadi tubuh rohani yang penuh dengan keterarahan pada kehendak Allah..

Butir permenungan.

Seorang pendidik pernah berkeluh kesah, ”Gimana ya, kita mengajarkan hal yang sama, bahan yang sama, metode yang sama, di tempat yang sama dan dalam waktu yang sama, tapi kok hasilnya beda ya?” Mendidik manusia memang tidak sama dengan menghasilkan suatu sajian. Perbedaan hasil didikan sangat dipengaruhi oleh daya tangkap dan karakter orang yang dididik. Yesus hal itu dalam perumpamaan mengenai seorang penabur yang menyebarkan benih-benihnya. Oleh penabur yang sama, dengan benih yang sama dengan cara dan waktu yang sama, tetapi hasilnya akan tergantung 'di mana' benih itu akan jatuh dan tumbuh. Kenyataan ada berbagai kondisi lahan di mana benih jatuh akan ada perbedaan hasil yang muncul.  Demikian Sabda Allah juga ditaburkan kepada kita masing-masing. Mungkin dan seperti apa hasilnya, sangat tergantung pada disposisi batin dan kehendak dari kita masing-masing. Pewartaan tentang kebangkitan hal dan tema yang mudah, namun jika benih iman akan membangkitkan semangat dan tumbuh di lahan yang baik, pasti akan menghasilkan keselamatan. Adakah hati dan hidup kita sungguh menjadi lahan yang baik bagi sabda Allah?

Doa.

Allah Bapa , Sumber Kehidupan, kami bersyukur atas benih Sabda-Mu , yang telah Kau taburkan di dunia ini. Semoga pertumbuhannya jangan sampai kami ganggu , tetapi semoga kami terbuka terhadap Roh-Mu , yang mendampingi pertumbuhannya dengan subur.  Amin.

 

 

 

 

 

 

 

 

Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan tulus ikhlas  dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

  

0 komentar:

Post a Comment