January 23, 2021

RENUNGAN HARIAN MINGGU 31 JANUARI 2021

Kalender Liturgi Minggu  31 Jan 2021

Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I  Ul 18:15-20

Sekali peristiwa
  berkatalah Musa kepada bangsanya,  "Seorang nabi sama seperti aku  akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Allahmu,
dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu.  Dialah yang harus kamu dengarkan.  Di gunung Horeb dulu, pada hari perkumpulan,
kamu minta kepada Tuhan, Allahmu, dengan berkata:
   Aku tidak mau lagi mendengar suara Tuhan, Allahku,
   dan tidak mau lagi melihat api yang besar ini,
   supaya aku jangan mati!
Lalu berkatalah Tuhan kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik.
Aku akan membangkitkan bagi mereka  seorang nabi seperti engkau
dari antara saudara-saudara mereka sendiri. akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, Aku dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan firman-Ku yang akan diucapkan oleh nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. Tetapi seorang nabi  yang berani mengucapkan demi nama-Ku  perkataan yang tidak Kuperintahkan, atau yang berkata demi allah lain, nabi itu harus mati.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 95:1-2.6-7.8-9
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.
*Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan,  bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur,  bersorak-sorai bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
*Masuklah, mari kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, kita ini umat gembalaan-Nya dan kawanan domba-Nya.
*Janganlah bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku,
padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Bacaan II  1Kor 7:32-35
Saudara-saudara,  Aku, Paulus, ingin supaya kamu hidup tanpa kekuatiran.  Orang yang tidak beristeri  memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan,  bagaimana supaya Tuhan berkenan kepadanya.  Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi,  bagaimana supaya ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana supaya ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasanmu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.
Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil  Mat 4:16
Bangsa yang diam dalam kegelapan telah melihat Terang yang besar, dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut  telah terbit Terang.

Bacaan Injil  Mrk 1:21-28
Pada awal karya-Nya  Yesus beserta murid-murid-Nya tiba di Kapernaum.  Setelah hari Sabat mulai, Yesus masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar.  Orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu,  di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret?  Engkau datang hendak membinasakan kami?  Aku tahu siapa Engkau, yakni Yang Kudus dari Allah!"  Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya, "Diam, keluarlah dari padanya!"  Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya,  "Apa ini?  Suatu ajaran baru?
Guru ini berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun Ia perintah, dan mereka taat kepada-Nya."  Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Yesus ke segala penjuru di seluruh Galilea.
Demikianlah Injil Tuhan. 

Renungan.

Hatiku bersukaria karena Tuhan, penyelamatku , demikian bunyi refren Mazmur tanggapan hari ini. Orang bersukacita karena mengalami kekuasaan Allah yang menaungi dirinya,  Tradisi Perjanjian Lama menunjukkan bahwa dalam kesesakan, orang lari kepada Allah melalui doa. Dalam doa mereka mengkomunikasikan pengalaman hidupnya kepada Allah . Itulah doa yang sejati, yang berkaitan langsung dengan situasi konkret   hidup manusia.  Doa disampaikan dalam kesunyian hati, bukan lagi mulut yang berkata kata , tetapi hatilah yang berkata kata. Doa hati itulah yang ternyata mempunyai kekuatan yang luar biasa. Sering kita bisa jadi banyak berdoa dengan kata kata yang panjang, dan banyak, tetapi tidak disertai dengan hati yang diarahkan sepenuhnya kepada Allah . Novena kita buat berulang ulang demi memohon ujub tertentu, Lalu kita begitu mudah kecewa ketika merasa doa yang sudah panjang dan melelahkan itu ternyata tidak langsung dikabulkan Tuhan, Sebenarnya, kita boleh berbicara kepada Allah pun sudah merupakan suatu anugerah. Dari sebab itu, doa kita bernilai bukan karena panjang dan banyaknya kata yang terucap, bukan dari seberapa banyak  permohonan dalam doa itu yang sudah terkabul, Doa menjadi bernilai ketika kita  menjadikannya sebagai kesempatan mengkomunikasikan pengalaman hidup keseharian kita kepada Allah.

Butir permenungan

Bukankah kita sering meragukan kuasa doa hanya karena doa kita rasanya tak terjawab ? Bukankah hati kita sering merasa begitu kering sehingga kita sulit berdoa? Kemudian kita merasa jenuh, bosan, bahkan patah semangat untuk berdoa. Mengapa tidak kita bawa saja kekeringan itu , kebosanan dan kejenuhan itu sebagai bahan doa kita?  Bukankah itu kenyataan hidup kita saat itu?  

Doa.

Ya Tuhan, ajarilah kami berdoa disertai dengan hati yang diarahkan sepenuhnya kepada Allah . Amin

 

 

 

 

 

 

 

 

Bangsa yang diam dalam kegelapan telah melihat Terang yang besar,
dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut  telah terbit Terang.

0 komentar:

Post a Comment