January 16, 2021

RENUNGAN HARIAN MINGGU 24 JANUARI 2021

Kalender Liturgi  Minggu  24 Jan 2021

Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I  Yun 3:1-5.10
Untuk kedua kalinya Tuhan berfirman kepada Yunus, "Bangunlah, berangkatlah ke Niniwe, kota yang besar itu. Sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.  " Maka bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru,  "Empat puluh hari lagi, Niniwe akan ditunggangbalikkan." Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa;  baik orang dewasa maupun anak-anak mengenakan kain kabung.  Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah  karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka;  dan Ia pun tidak jadi melakukannya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9
Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan.
*Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah itu kepadaku.  Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.
*Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu.
*Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.  Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.

Bacaan II  1Kor 7:29-31
Saudara-saudara, waktunya singkat! Sebab itu dalam waktu yang masih sisa ini  mereka yang beristeri hendaknya berlaku seolah-olah tidak beristeri , orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis;  orang - orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli  seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli. Pendeknya  orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi  seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu. 
Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil  Mrk 1:15
Kerajaan Allah sudah dekat.  Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!

Bacaan Injil  Mrk 1:14-20
Sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap,  datanglah Yesus ke Galilea, memberitakan Injil Allah. Yesus memberitakan,  "Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat.  Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"
Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka,  "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus.  Setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi,  dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka, dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu  bersama orang-orang upahannya. Lalu mereka mengikuti Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan. 

Renungan

Injil hari ini menjabarkan salah satu ajaran yang paling sulit ditiru, setidaknya itu menurutku. Yaitu bahwa Tuhan Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama, dan kemudian mereka segera meninggalkan pekerjaan mereka dan mengikuti Dia (lih. Mrk 1:16-18). Artinya, para murid itu, rela meninggalkan apa yang tadinya mereka pandang berharga, untuk mengikuti Yesus. Telah bertahun-tahun lamanya, kupikir bahwa panggilan ini hanyalah dapat dipenuhi oleh mereka yang meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus, seperti para imam, biarawan dan biarawati. Mereka telah dengan sukarela meninggalkan keterikatan dengan dunia ini dengan mempersembahkan seluruh diri mereka kepada Tuhan. Kaul ketaatan, kemurnian dan kemiskinan yang mereka lakukan menjadi wujud nyata dari niat suci mereka untuk membaktikan diri bagi Kerajaan Allah, untuk “menjala manusia” dan membawa dunia ini kepada Tuhan. Maka dapat dikatakan, bahwa kaum religius yang menjalankan kehidupan panggilan mereka dengan sungguh-sungguh, tentu dengan lebih penuh menanggapi undangan Yesus ini. Namun panggilan untuk hidup kudus ini, ditujukan kepada semua orang, walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Kita sebagai kaum awam, juga dipanggil untuk mengikuti Yesus dengan meninggalkan keterikatan kita terhadap hal-hal duniawi. Bukankah Yesus juga mengatakan hal yang sama kepada seorang muda yang kaya (lih. Mrk 3:21)?  Tuhan Yesus meminta kepada kita semua yang ingin mengikuti-Nya agar melepaskan diri dari keterikatan terhadap “ke-aku-an” dan segala sesuatu yang kita miliki, agar kita dapat mengarahkan hati kepada hal-hal yang kekal. Jika kita melakukannya dengan benar, ini akan mempengaruhi cara pandang dan cara hidup kita sehari-hari. Kita akan berusaha untuk menjadi bijaksana dalam menggunakan segala yang ada pada kita sekarang ini —yaitu waktu, tenaga, bakat, harta milik, keinginan dst— untuk melakukan pesan Injil. Konsili Vatikan II mengajarkan, “Maka semua orang beriman Kristiani diajak untuk berjuang mengejar kekudusan  … mereka mempunyai kewajiban untuk berjuang dengan keras. Oleh karena itu hendaklah semua memperhatikan, agar mereka mengarahkan keinginan- keinginan hati dengan tepat, supaya mereka dalam mengejar cinta kasih yang sempurna jangan dirintangi karena penggunaan hal-hal duniawi dan keterikatan kepada kekayaan yang melawan semangat kemiskinan menurut Injil. Itulah maksud nasehat Rasul kepada mereka yang menggunakan barang-barang duniawi ini: janganlah mereka menerima pengertian dunia, sebab dunia ini sebagaimana yang kita lihat, sedang/ akan berlalu (lih. 1Kor 7:31)” (Lumen Gentium 42). Bagaimana kita melatih diri untuk menjadi tidak terikat dengan dunia ini? Ada banyak cara, tetapi marilah kita memulainya dari cara yang paling mudah dan yang sebenarnya sudah menjadi tradisi dalam kehidupan Gereja. Yaitu, dengan menjadikan setiap hari Jumat sebagai hari Tobat. Gereja telah sejak lama menjadikan setiap hari Jumat sepanjang tahun untuk menjadi hari di mana kita mengenangkan sengsara dan wafat Kristus demi menyelamatkan kita, dan kita diundang untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan- Nya itu, dengan melakukan matiraga dan amal kasih secara khusus pada hari itu. Kebiasaan yang paling umum adalah melakukan pantang daging, namun sesungguhnya juga bisa pantang yang lain yang kita sukai (lih. KHK, kan.1251), seperti kopi, sambal, cemilan, dst. Melihat kepada kehidupan umat Katolik di tanah air, sejujurnya kita akan tahu, betapa banyak dari kita yang mengabaikan ketentuan ini, entah karena tidak tahu ataupun sengaja melupakan. Padahal kebiasaan pantang ini, walaupun sederhana, namun sangat berguna untuk pertumbuhan rohani kita. Sebab, bagaimana mungkin kita berharap mempunyai jiwa seorang martir yang rela berkorban, jikalau untuk berkorban sedikit saja, kita enggan melakukannya? Ada yang mengatakan, “Ah, saya sudah biasa tak makan daging, jadi hari Jumat tak perlu pantang daging…” atau berbagai alasan lain. Tetapi mari kita dengan jujur memeriksa, jika memang kita dapat melakukannya, sudahkah kita mencoba untuk melakukannya? Dan kalau sudah, sudahkah kita melakukannya dengan lebih bersungguh-sungguh sesuai dengan maksudnya, yaitu sebagai tanda pertobatan kita, silih dan demi mengarahkan hati kita kepada hal-hal yang tidak akan berlalu?  Pantang setiap hari Jumat sepanjang tahun akan membantu kita semakin menghayati besarnya pengorbanan Kristus bagi kita, dan untuk mendorong kita senantiasa bertobat dan bertumbuh dalam amal kasih. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari “meninggalkan segala sesuatu” untuk mengikuti Kristus. Dari apa yang kita hemat dari pantang itu, kita berikan kepada saudara/i kita yang lebih membutuhkan. Amal yang lahir dari belas kasih, menurut St. Thomas Aquinas, “lebih berguna bagi orang yang melakukannya daripada bagi orang yang menerimanya. Sebab orang yang melakukan amal kasih menarik manfaat rohani dari perbuatannya, sedangkan mereka yang menerima amal orang itu, menerima hanya manfaat sementara” (Commentary on the 2Cor, 8,10). Marilah kita mengikuti jejak para murid Yesus itu, untuk mengejar apa yang dapat memberi manfaat yang kekal, bukan hanya pada apa yang memberi manfaat sementara.

Doa.

Ya Allah Bapa yang mahakuasa, Engkau menghendaki Putra Tunggal-Mu menanggung salib demi keselamatan umat manusia, Perkenankanlah kami, yang menghormati misteri salib Putra-Mu didunia, kelak menerima anugerah penebusan disurga. Amin.  

 

 

 

 

 

 

 

 

Kerajaan Allah sudah dekat.  Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!


0 komentar:

Post a Comment