November 20, 2016

RENUNGAN HARIAN, (SENIN 21 NOVEMBER 2016)

Bacaan Liturgi Senin 21 November 2016
PW S. Maria Dipersembahkan kepada Allah

Bacaan Pertama  Why 14:1-3.4b-5
Aku, Yohanes, melihat. Sungguh, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang. Pada dahi mereka tertulis nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya. Lalu aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu bunyinya seperti permainan kecapi. 
Seratus empat puluh empat ribu orang itu menyanyikan suatu nyanyian baru
 
di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk serta tua-tua.
 Tidak seorang pun dapat mempelajari nyanyian itu selain ke seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi. Merekalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai kurban-kurban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba. 
Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta;
 mereka tidak bercela. 
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 24:1-6
Inilah angkatan yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.
*Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai. 
*Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?
 Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, 
yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan,
 dan tidak bersumpah palsu. 
*Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan
 dan keadilan dari Allah,  penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bait Pengantar Injil  Mat 24:42a.44
Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah, sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kalian duga.

Bacaan Injil  Luk 21:1-4
Di bait Allah, tatkala mengangkat muka,
 Yesus melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Maka Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." 
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
Kita mengenal pepatah lain “do ut des” artinya saya memberi supaya saya diberi. Secara manusiawi , hal ini tidaklah buruk, asal orang yang diberi itu membalasnya dengan lkhlas. Kebijaksanaan dalam pepatah ditujukan untuk mengingatkan orang yang hanya bisa meminta dan tidak pernah memberi. Memberi dalam sebuah persembahanpun kadang tidak luput dari nuansa paket “ do ut des” Kapan memberi itu disebut persembahan? Ketika pemberian itu tidak didasarkan pada harapan agar dibalas , tetapi pada cinta kasih dan iman sejati. Kita memberi dengan kerelaan hati,  Selanjutnya kita serahkan kepada kehendak Tuhan. Kapan kita akan menerima dan dalam bentuk apa, Kita dapat menerima kebaikan Tuhan yang mempunya cara sendiri untuk mengganjar orang yang bermurah hati, bahkan untuk yang berani bertaruh akan kebaikan Tuhan, yakin suatu saat akan mendapatkan anugerah lebih besar berlipat ganda.
Persembahan hati mempunyai nilai ilahi, yaitu dengan memberi sesuatu yang berharga berarti kita mengumpulkan harta di surga (Mat 6:20) Memberi adalah tanda kasih, indah namun menuntut kurban. Ada rasa sakit didalamnya, karena memberi berarti melepaskan sesuatu dari yang dimilikinya. Semakin berharga yang kita lepaskan, semakin berat rasanya memberi. Tidak heran Bunda Teresa dari Kalkuta mengatakan bahwa mencintai  berarti memberi sampai terasa sakit. Ketika  orang bersedia memberi , meskipun terasa sakit namun melakukannya dengan tulus, ada cinta didalamnya. 
Dalam Injil hari ini, Yesus memuji persembahan janda miskin. Meskipun sang janda hanya mempersembahkan uang dua peser, namun dia memberi dari kekurangannya, Dibalik persembahannya tersembunyi pengorbanan yang besar, Dia  mempersembahkan uang yang sangat berarti bagi hidupnya, Orang orang lain mungkin memberi persembahan yang jauh lebih besar darinya. Meski demikian mereka memberi kelebihan. Persembahan itu tidak mengganggu kenyamanan hidup mereka.
Pada peringatan Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah hari ini , kita diajak merenungkan bahwa persembahan bukan melulu berupa barang, bangunan, atau uang , tetapi lebih berharga lagi kalau yang dipersembahkan diri pribadi kita , hati seutuhnya dan seluruh kehidupan kita.

Butir permenungan
Persembahan janda miskin ini menyadarkan  kita , sering kita menyatakan mencintai Tuhan, Beranikah kita mempersembahkan sesuatu yang berharga untuk-Nya? Di tengah kesibukan, bersediakah kita memberi waktu untuk  berdoa   dan bergabung dalam pelayanan rohani? Relakah kita mempersembahkan sebagian penghasilan kita untuk mendukung karya misi Gereja? Cinta tidak berhenti dengan kata kata belaka. Ibarat pohon, cinta menjadi penuh ketika berbuah. Berbuah berarti berbagi berkah bagi sesama, terutama yang membutuhkan, Memang itu sakit namun sangat indah.

Doa
Ya Tuhan , ajarilah kami membuktikan kasih kami kepada-Mu melalui persembahan diri yang tulus demi perkembangan Kerajaan Kasih-Mu di dunia ini. Amin.





0 komentar:

Post a Comment