February 7, 2022

RENUNGAN HARIAN, SABTU 19 FEBRUARI 2022

Kalender Liturgi 19 Feb 2022

Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I  Yak 3:1-10

Saudara-saudara,
janganlah banyak orang di antara kalian, mau menjadi guru. Sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih besar. Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal.  Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga kuda itu menuruti kehendak kita. Dengan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan dilanda oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.  Demikian juga lidah, walaupun hanya anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidah pun adalah api. Lidah merupakan suatu dunia kejahatan yang mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita. Ia merupakan sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.  Semua jenis binatang liar, burung-burung, binatang-binatang menjalar, dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia. Tetapi tak seorang pun berkuasa menjinakkan lidah. Lidah itu sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita. Dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah. Dari mulut yang satu dan sama keluarlah berkat dan kutuk. Saudara-saudaraku, sebenarnya hal ini tidak boleh terjadi.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 12:2-3.4-5.7-8
Engkau, ya Tuhan, akan menjaga kami.
*Tolonglah, ya Tuhan, sebab sudah habislah orang saleh, telah lenyaplah orang-orang setia dari antara anak-anak manusia. Orang berkata dusta satu kepada yang lain, dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang mereka berbicara.
*Biarlah Tuhan mengerat segala bibir yang manis dan memotong lidah yang berbicara sombong, milik orang yang berkata, "Dengan lidah kami, kami menang! Bibir kamilah topangan kami! Siapakah dapat menguasai kami?"
*Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, yang tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan. Engkau, ya Tuhan, akan menepatinya, Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini.

Bait Pengantar Injil  Mrk 9:6
Langit terbuka dan terdengarlah suara Bapa. "Inilah Anak-Ku terkasih; dengarkanlah Dia"

Bacaan Injil Mrk 9:2-13
Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus. Lalu Petrus berkata kepada Yesus,  "Rabi, betapa bahagianya kami berada di sini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Petrus berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara, "Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia."  Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling mereka tidak lagi melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka  apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati." Lalu mereka bertanya kepada Yesus, "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" Yesus menjawab, "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Tetapi bagaimanakah halnya dengan Anak Manusia? Bagaimana tertulis bahwa Ia akan banyak menderita  dan akan dihinakan?  Tetapi Aku berkata kepadamu, Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang tertulis tentang dia."
Demikianlah sabda Tuhan. 

Renungan.

Ada orang yang mudah sekali tidur, orang seperti itu bisa orang yang sangat bahagia karena tidak mempunyai kesulitan untuk tidur dimanapun. Tetapi orang yang mudah tertidur begitu bisa bisa menjadi ketinggalan berita atau info kalau ada pengumuman atau peristiwa penting dihadapannya. Tahu tahu orang yang tertidur itu bangun dan bertanya kepada sebelah kanan dan kirinya , apabila itu dalam sebuah pertemuan. “Ada apa? ... Ada apa? ....Ada snack ya,” Dan orang dikanan kirinya senyam senyum.  Mudah tertidur seperti itulah kiranya Simon Petrus dan kawan kawannya dalam Injil hari ini. Ketika wajah Yesus sedang berubah rupa penuh kemuliaan  dan berbicara dengan Musa dan Elia mengenai tujuan kepergian Yesus yang akan digenapi-Nya di Yerusalem, Petrus dan kawan kawan malah tidur. Padahal berbicara tentang  perjalanan Yerusalem bagi Yesus jelas maksudnya, harus menderita sengsara dan disalibkan bagi penebusan umat manusia.  Nah , karena tertidur, saat Petrus bangun, reaksi dan komentarnya menjadi asal asalan alias usul asal asalan , yakni tetap tinggal ditempat yang enak itu, sebuah usulan yang ngawur dan tidak tahu konteks. Seluruh peristiwa  di Gunung Tabor ini sebenarnya mau  menyatakan bagaimana Yesus harus menderita sengsara dahulu di Yerusalem sebelum akhirnya bangkit dan menjadi penebus seluruh umat manusia. Apa yang akan dilaksanakan oleh Yesus ini berpangkal pada kesetiaan  dan ketaatan kepada kehendak Bapa-Nya . Dan suara dari dalam awan memberikan penegasan untuk mendengarkan Yesus dari pada mendengar usulan Petrus. Maka terjadilah bahwa Yesus turun dan meneruskan perjalanan-Nya menuju Yerusalem.

Butir permenungan.

Betapa pentingnya bagi kita sekarang ini , untuk banyak berdoa didepan Salib Tuhan dan merenungkan peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Hanya apabila kita suka berlama lama berdoa  dan merenung akan Salib Tuhan , kita akan menjadi lebih peka terhadap rencana dan kehendak Allah,  terhadap apa yang harus kita buat bagi sesama kita . Marilah kita hidup sesuai kewargaan kita adalah di Surga, seperti kata St. Paulus dalam bacaan kedua hari ini. Jangan sampai kita hidup sebagai seteru Salib Kristus.

 

Doa.

Ya Tuhan yang mahabaik, sadarkanlah kami umat-Mu, betapa pentingnya kita ini harus banyak berdoa didepan Salib Tuhan kita. Agar kita menjadi lebih peka terhadap rencana dan kehendak Allah dan apa yang harus kita buat bagi sesama kita.  Amin.

 

 

 

 

 

Langit terbuka dan terdengarlah suara Bapa.

"Inilah Anak-Ku terkasih; dengarkanlah Dia"


0 komentar:

Post a Comment