January 31, 2018

RENUNGAN HARIAN, (MINGGU 4 FEBRUARI 2018)

Bacaan Liturgi Minggu  4 Februari 2018

Bacaan Pertama  Ayb 7:1-4.6-7
Di dalam keprihatinannya Ayub berbicara kepada sahabatnya,  "Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti orang upahan yang menanti-nantikan upahnya, demikianlah aku diberi bulan-bulan yang sia-sia, dan kepadaku ditentukan malam-malam penuh kesusahan. Bila aku pergi tidur, maka yang kupikirkan, "Bilakah aku akan bangun". Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh kegelisahan sampai dinihari.
Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan. Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas. Mataku tidak akan lagi melihat yang baik."
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 147:1-2.3-4.5-6
Pujilah Tuhan, yang menyembuhkan orang-orang yang patah hati.
*Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji Dia. Tuhan membangun Yerusalem, Ia menghimpun orang-orang Israel yang tercerai-berai.
*Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Ia menentukan jumlah bintang-bintang masing-masing dipanggil dengan menyebut namanya.
*Besarlah Tuhan kita dan berlimpahlah kekuatan-Nya, kebijaksanaan-Nya tak terhingga. Tuhan menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi orang-orang fasik direndahkan-Nya ke tanah.

Bacaan Kedua 1Kor 9:16-19.22-23
Saudara-saudara, memberitakan Injil bukanlah suatu alasan bagiku
untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku.
Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil. Andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, maka pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. Kalau demikian apakah upahku?
Upahku ialah bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. Sebab sekalipun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku dapat memenangkan sebanyak mungkin orang. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah.  Bagi semua orang aku menjadi segala-galanya, supaya sedapat mungkin aku memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
Segala-galanya itu aku lakukan demi Injil, agar aku mendapat bagian dalamnya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil  Mat 8:17
Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.

Bacaan Injil  Mrk 1:29-39
Sekeluarnya dari rumah ibadat di Kapernaum Yesus, dengan Yakobus dan Yohanes, pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Yesus pergi ke tempat perempuan itu,
dan sambil memegang tangannya Yesus membangunkan dia,
lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka.
Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan.
Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Yesus menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Keesokan harinya, waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia. waktu menemukan Yesus, mereka berkata,
"Semua orang mencari Engkau." Jawab Yesus, "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana pun Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Yesus ke seluruh Galilea, memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan
Dalam salah satu audensi umum,  Paus Benediktus XVI  menyatakan bahwa masyarakat kita dewasa ini sedang mengalami kekeringan rohani. Iman terasa hampa, Media menunjukkan bahwa manusia seolah tidak lagi mengejar perdamaian dan persaudaraan. Mereka makin berkembang dalam teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi tidak bertumbuh dalam kesadaran terhadap nilai nilai kemanusiaan. Eksploitasi, manipulasi, kekerasan, penyimpangan, dan ketidakadilan merupakan cetusannya.
Pada saat seperti itu kita membutuhkan cinta,  makna dan harapan yang terkandung dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus. Iman terwujud ketika manusia  dengan seluruh hati percaya kepada Allah sebagai Bapa yang mencintainya. Karena itu, Gereja membutuhkan pewarta pewarta yang tangguh.
Dalam Injil hari ini kita mendengar bahwa Yesus mengajak para murid-Nya  untuk pergi kekota kota lain dan mewartakan Injil, sebab untuk itulah Dia  datang. Bagi Tuhan Yesus, Injil harus diwartakan kepada semua orang, sehingga banyak orang memperoleh kabar gembira keselamatan.  Karena itu Tuhan Yesus juga menantikan dari kita , kesediaan untuk mewartakan kabar gembira. Ia ingin agar kita menjadi katekis katekis yang tangguh, katekis yang hidup sungguh sungguh dari iman yang mendalam akan Tuhan Yesus sehingga dapat mewartakan-Nya  kepada banyak orang. Kita perlu menyadari bahwa gereja bertumbuh bukan pertama tama dengan cara meyakinkan orang lain supaya menerima Tuhan Yesus , tetapi dengan kesaksian hidup yang menarik perhatian banyak orang (bdk Kis 2: 41-47) Mereka tertarik untuk bergabung dalam Gereja karena mereka melihat kesaksian hidup para anggotanya.  Karena itu, kita hendaknya membiarkan Injil yang adalah kabar tentang Allah yang berbelas kasih berbicara melalui diri kita tanpa takut. Paus Fransiskus pernah berkata bahwa Nabi Yeremia ketika dipanggil Tuhan merasa takut dan ragu ragu akan dirinya. Tetapi Tuhan berkata “ Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau” (Yer 1:8) Tuhan Yesus minta keterbukaan hati  kita sebab hati memampukan kita untuk berbagi dengan sesama. Dengan semangat itu, kita perlahan lahan  dapat meretas jaring jaring kekerasan, kriminallitas, egoisme, ketidakadilan dan kebencian yang makin hari makin menggerogoti hidup manusia..

Butir permenungan.
Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil ( 1Kor 9:18) . Apakah Allah yang Maha Sempurna masih perlu kita layani? Tentu saja Allah dapat melakukan segalanya tanpa bantuan manusia bahkan termasuk mempertobatkan para pendosa. Lalu mengapa Tuhan harus memakai manusia untuk karya keselamatan-Nya ? Karena Tuhan ingin kita menjadi rekan sekerja –Nya terlibat dalam karya-Nya. Allah bisa saja melakukan apapun yang ia inginkan atas diri manusia, namun hal itu tidak dilakukan –Nya. Ketika ia memilih dan memanggil kita untuk mengambil bagian dalam karya-Nya , Ia memberi kehendak bebas kepada kita untuk memilih tanggapan yang akan kita berikan kepada-Nya.  Sebenarnya ketika kita melayani Tuhan , kita sedang memberi kepada-Nya. Meski mungkin ia tidak membutuhkan pemberian kita namun kita ingin memberi sebagai tanda bahwa kita mengasihi Tuhan . Dan Tuhan memberikan “upah” (baca anugerah) bagi yang mengasihi Dia dalam bentuk perkenanan didalam melayani Dia. Jadi kita melayani bukan karena kita kita bisa , kita mampu , tetapi karena anugerah yang ia berikan kepada kita untuk dapat melayani. Jadi jika dalam pelayanan kita orang lain mengalami kasih Tuhan dan pertobatan , itu adalah anugerah-Nya  Bukan karena “jasa” kita. Kita hanyalah alat yang dipakai-Nya  dan itulah yang disebut sebagai perkenanan-Nya. Tuhan mampukan saya untuk menyadari bahwa saya adalah milik-Mu sepenuhnya dan hanya Engkau yang memilik hak atas hidup saya.

Doa,
Ya Tuhan, berilah kami hati yang tidak merasa takut untuk mewartakan Injil-Mu, karena Engkau selalu menyertai kami. Amin.



*Besarlah Tuhan kita dan berlimpahlah kekuatan-Nya, kebijaksanaan-Nya tak terhingga. Tuhan menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi orang-orang fasik direndahkan-Nya ke tanah.


0 komentar:

Post a Comment