January 16, 2018

RENUNGAN HARIAN, (SABTU 20 JANUARI 2018)

Bacaan Liturgi Sabtu  20 Januari 2018
PF S. Sebastianus, Martir
PF S. Fabianus, Paus dan Martir

Bacaan Pertama  2Sam 1:1-4.11-12.19.23-27
Ketika kembali sesudah memukul kalah orang Amalek Daud tinggal dua hari di Ziklag. Maka datanglah pada hari ketiga seorang tentara dari pihak Saul, dengan pakaian terkoyak-koyak dan tanah di atas kepala.
Ketika ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah dan menyembah.
Bertanyalah Daud kepadanya, "Dari manakah engkau?" Jawabnya, "Aku lolos dari tentara Israel." Bertanyalah pula Daud kepadanya, "Apakah yang terjadi? Coba ceriterakan kepadaku." Jawabnya, "Rakyat telah melarikan diri dari pertempuran; Bukan saja banyak rakyat yang gugur dan mati, malah Saul dan Yonatan, anaknya, juga sudah mati." Maka Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang menyertai dia berbuat demikian juga. Mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat Tuhan dan karena kaum Israel; sebab mereka telah gugur oleh pedang. Kebanggaanmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Sudah gugurlah para pahlawan! Saul dan Yonatan, orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah.
Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat daripada singa. Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul,
yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi,
yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu. Sungguh, sudah gugurlah para pahlawan di tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu! Sedih hatiku karena engkau, saudaraku Yonatan!
Engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan. Betapa gugur para pahlawan dan musnahlah senjata-senjata perang!"
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 80:2-3.5-7
Buatlah wajah-Mu bersinar, ya Tuhan, maka kami akan selamat.
*Hai gembala Israel, pasanglah telinga-Mu, dengarkan kami, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan! Engkau yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar di depan Efraim, Benyamin dan Manasye! Bangkitkanlah keperkasaan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
*Tuhan, Allah semesta alam, berapa lama lagi murka-Mu menyala sekalipun umat-Mu berdoa? Mereka Kauberi makan ratapan dan Kauberi minum air mata berlimpah; Engkau menjadikan kami pangkal sengketa ara tetangga, dan para musuh mengolok-olok kami.

Bait Pengantar Injil  Kis 16:14b
Bukalah hati kami, ya Allah, agar dapat memperhatikan sabda Anak-Mu.

Bacaan Injil  Mrk 3:20-21
Sekali peristiwa Yesus bersama murid-murid-Nya masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka, "Ia tidak waras lagi."
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan.
“Merasa susah aku karena engkau saudaraku Yonathan, engkau sangat ramah kepadaku, bagiku cintamu  lebih ajaib daripada cinta perempuan”  itulah ratapan Daud karena kematian Yonathan (2 Sam1:26). Meskipun yang gugur dalam peperangan tidak hanya Yonathan tetapi  juga ayahnya, Saul, namun Daud lebih merasakan kehilangan Yonathan daripada Saul. Kasih Yonathan kepada Daud dirasakan lebih ajaib daripada cinta perempuan.
Ajaib sungguh menunjukkan misteri yang melampaui akal budi manusia bahkan mengarah pada kasih ilahi yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang menghidupi dan menikmati  indahnya persatuan dengan Allah.  Kehidupan yang tidak lain  tidak bukan adalah jembatan yang menghubungkan Allah dan manusia, membuka hati kita kepada sebuah harapan dikasihi selamanya meskipun kita lemah.
Itulah yang dialami Daud dan Yonathan sebagai bukti persahabatan sejati yang bersumber pada Allah.
Ibu Minah adalah seorang ibu yang tidak pernah memperhitungkan untung rugi dalam mencintai kelima anak anaknya walaupun dia harus bekerja keras dengan berjualan dipasar. Namun dia tetap setia melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu sampai pada suatu saat anak ketiganya, seorang putra, tanpa sebab yang jelas menghancurkan semua kaca  yang ada dirumahnya, kaca almari pakaian, kaca almari hias dan kaca bufet, lalu pergi meninggalkan rumah dengan tujuan rumah neneknya diluar kota.
Ketika ibu Minah pulang dari pasar dan melihat semua kaca yang ada di perkakas rumah pecah berantakan, dia hanya berpasrah, lebih menakjubkan lagi, dia langsung  menjemput putranya dan menerima anaknya apa adanya. Inilah kasih seorang ibu yang tetap mengutamakan nilai satu jiwa yang sungguh luhur dimata Allah.

Butir permenungan.
“Semua orang  - dalam sudut pandang tertentu – adalah gila “ demikian Blaise Pascal menulis dalam bukunya . Mungkin kita berontak membaca atau mendengarkannya. Namun , itulah yang terjadi dalam kehidupan dewasa ini bahwa semua orang adalah gila. Ada yang gila kerja, ada yang gila game online, ada yang gila kegiatan rohani, ada yang gila harta, ada yang gila kuasa, jabatan dan sebagainya.
Dalan cara pandang tertentu, kegilaan semacam ini “ mengandung kebaikan” dengan memperhatikan motivasi yang menyertainya. Orang giat bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga dikatai “ gila kerja” , orang giat belajar untuk mendapatkan pengetahuan dikatakan “ kutu buku” , orang tekun berdoa dikatakan “sok suci” . Itulah kenyataan yang sering kita temui atau bahkan kita alami sendiri. Serangan kata kata yang demikian , alhasil mengusik dan membubarkan “kegilaan” orang yang melakukannya.. Orang tidak lagi mau menjadi “gila” , belajar sekenanya, bekerja seenaknya, berdoa seingatnya. Semuanya dikerjakan secara minimalis , pokoknya belajar, pokoknya bekerja , pokoknya berdoa dan seterusnya.
Hari ini kita mendengarkan bahwa kerabat keluarga Yesus hendak menjemput-Nya pulang karena dianggap gila. Meski tidak banyak diuraikan , Injil Markus mencatat hal berikut ini, bahwa orang yang menentang-Nya  justru berasal dari kerabat keluarga terdekat.  Yesus lebih memilih menjadi pengajar keliling yang menempatkan –Nya menjadi musuh tua tua Yahudi dan para imam. Namun, semua itu dilakukan Yesus dengan penuh kesadaran karena motivasi perutusan-Nya adalah untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Kadang hidup kita pun demikian. Apa yang kita kerjakan dengan baik telah menempatkan diri menjadi musuh banjyak orang. Pelajar yang tidak mencontek disingkirkan temannya, pegawai yang tidak mau korup dibenci rekan kerjanya., menjadi bukti bahwa kesetiaan pada kehendak Allah kadang membuahkan kebencian pada diri orang lain. Tantangan untuk kita , bertahan setia melaksanakan kehendak Allah atau menyerah pada penentang dan kesulitan?

Doa.
Ya Tuhan, berilah kami kemampuan seperti Daud yang mengasihi mereka yang membenci kita. Amin


Bukalah hati kami, ya Allah, agar dapat memperhatikan sabda Anak-Mu.




0 komentar:

Post a Comment