MAKNA ABU MENURUT KITAB SUCI
Sebelum kita menerima
Abu di dahi kita pada Hari Rabu Abu,
ada baiknya kita
mengerti makna dibalik simbol ABU dalam tradisi Kitab Suci.
🏻 Kata ABU beberapa kali muncul bersamaan dengan kata DEBU. Dua kata ini berasal
dari akar kata yang sama. APAR = Debu, IPER= Abu.
🏻 Debu adalah benda terkecil (pada zaman itu, sebelum ditemukan
atom atau partikel), sifatnya: tidak ada artinya, mengotori, tak berguna dan
tak bermanfaat, namun masih bisa dilihat.
🏻 Sementara Abu mengacu pada sisa-sisa benda-benda yang dibakar.
Mengacu pada kemusnahan sesuatu yang ada menjadi tiada, kesia-siaan, dan tidak
punya arti lagi.
🏻 Abraham ketika Ia berbicara dengan Tuhan, mengakui dirinya
hanyalah debu dan abu (Kej 18:27).
🏻 Debu dan abu adalah benda yang mempunyai derajat paling rendah di
antara benda-benda lainnya.
🏻 Dalam kitab Samuel dikatakan debu dan abu adalah tempat tinggal
orang-orang miskin dan orang lemah. Allah mengangkat mereka dari debu dan abu.
1Sam 2:8.
🏻 Ada beberapa tokoh dalam Kitab Suci yang menggunakan
ritual pertobatan dengan menggunakan debu dan abu:
1. Ayub. 42:6 "Ayub bertobat dalam debu dan abu"
2. Nabi Yehezkiel menyerukan pertobatan kepada Israel dengan menaruh abu di
atas kepala dan berguling dalam debu. (Yeh 27:30)
3. Raja Niniwe setelah mendengar nubuat penghukuman yang disampaikan Yunus.
Raja ini menyesal dan duduk di atas debu (Yun 3:6).
Dari beberapa contoh kemunculan debu dan abu di atas, kita bisa menarik
inspirasi dari tindakan pertobatan dengan penerimaan abu di dahi kita:
PERTAMA
Kita melihat SIAPA DIRI KITA di hadapan Allah. Tuhan lah Allah, Raja
atas diri kita, sementara kita bukanlah apa-apa, tidak berarti, seorang hamba
sahaya, tetapi DIKASIHI oleh Nya.
KEDUA
Debu dan abu adalah simbol hancurnya hati dan diri kita setelah kita
menyadari betapa DOSA TELAH MERUSAK DIRI KITA sedemikian rupa.
🏻 Kita menjadi tidak bisa berpikir jernih, penuh nafsu dan tipu
daya, pintar bersandiwara, melakukan kebohongan demi kebohongan.
🏻 Karena dosa kita lupa bahwa kita membutuhkan Tuhan dan sesama.
Kita menjadi sedemikian sombong, angkuh dan congkak hati.
KETIGA
Menjadi debu dan abu artinya kita meninggalkan kedirian kita, dengan segala
kesombongan, sifat egois, segala hal-hal yang merusak identitas kita sebagai
anak-anak Allah, yang telah ditebus oleh Darah Anak Allah.
KEEMPAT
Kesadaran bahwa diri kita adalah debu membantu kita untuk melihat
orang lain.
🏻 Kita semua berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu,
maka tidak perlu ada yang disombongkan lagi. Tidak perlu seorang pun merasa
lebih hebat dari orang lain lalu memandang rendah orang lain.
KELIMA
Sebutir debu tidak akan terlihat oleh mata. Debu akan terlihat bila
dikumpulkan bersama debu lainnya.
🏻 Bukankah dunia ini berasal dari kumpulan milyaran debu. Maka
diriku yang adalah debu, akan lebih menemukan eksistensi dan maknanya, ketika
aku berada bersama yang lain.
🏻 Aku memerlukan orang lain, dan orang lain pun memerlukan
aku.
🏻 Selamat memasuki MASA PENUH KERAHIMAN ALLAH.
0 komentar:
Post a Comment