Bacaan Liturgi Rabu 24 Oktober
2018
PF S. Antonius Maria Claret,
Uskup
Bacaan Pertama Ef 3:2-12
Saudara-saudara, kalian telah mendengar, tentang tugas penyelenggaraan
kasih karunia Allah yang telah dipercayakan kepadaku demi kalian, yaitu
bagaimana rahasianya telah dinyatakan kepadaku melalui wahyu seperti yang
pernah kutulis dengan singkat. Apabila kalian membacanya, kalian dapat
mengetahui pengertianku mengenai rahasia Kristus. Pada zaman
angkatan-angkatan dahulu rahasia itu tidak diberitakan kepada umat
manusia, tetapi sekarang dinyatakan dalam Roh kepada para rasul dan
para nabi-Nya yang kudus. Berkat pewartaan Injil orang-orang bukan
Yahudi pun turut menjadi ahli waris,
menjadi anggota-anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan
Kristus Yesus. Dan aku telah menjadi pelayan Injil itu menurut pemberian
kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan karya
kekuasaan-Nya. Sebenarnya aku ini orang
yang paling hina di antara segala orang kudus. Tetapi kepadaku telah
di anugerahkan kasih karunia untuk memberitakan kepada orang-orang bukan
Yahudi kekayaan Kristus yang tidak terduga itu. Aku diutus menyatakan apa isi rahasia yang
telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, pencipta segala sesuatu.
Maksudnya supaya sekarang ini pelbagai ragam hikmat Allah diberitahukan
oleh jemaat kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di
surga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan Allah
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan
jalan
menghadap kepada Bapa dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Yes 12:2-3.4bcd.5-6
Kamu akan menimba air dengan
kegirangan dari mata air keselamatan.
*Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar; sebab Tuhan Allah itu kekuatan dan
mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.
Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air
keselamatan.
*Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya, beritahukanlah
karya-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi
luhur!
*Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab mulialah karya-Nya; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi! Berserulah dan bersorak-sorailah, hai
penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di
tengah-tengahmu!"
Bait Pengantar Injil Mat 24:42a.44
Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah, karena Anak Manusia datang pada saat
yang tidak kamu duga.
Bacaan Injil Luk 12:39-48
Pada suatu ketika berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya,
"Camkanlah ini baik-baik! Jika tuan rumah tahu pukul berapa
pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.
Hendaklah kalian juga siap-sedia, karena Anak Manusia akan
datang
pada saat yang tak kalian sangka-sangka." Petrus bertanya, "Tuhan, kami
sajakah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan ini
ataukah juga semua orang?" Tuhan
menjawab, "Siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang
akan diangkat oleh tuannya
menjadi kepala atas semua hambanya untuk membagikan makanan kepada
mereka pada waktunya? Berbahagialah
hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuan
itu datang. Aku berkata kepadamu: Sungguh,
tuan itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Tetapi jika hamba itu jahat dan berkata dalam
hatinya, 'Tuanku tidak
datang-datang.' Lalu ia mulai memukuli hamba-hamba lain, pria maupun
wanita, dan makan minum serta mabuk,
maka tuannya akan datang pada hari yang tidak
disangka-sangkanya dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan tuan
itu akan membunuh dia serta membuat dia senasib dengan orang-orang yang
tidak setia. Hamba yang tahu akan
kehendak tuannya, tetapi tidak mengadakan persiapan atau tidak
melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak
tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan
menerima sedikit pukulan.
Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut daripadanya.
Dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut
daripadanya."
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan.
Malam itu, di kota Philadelphia , Amerika Serikat, hujan badai turun dengan
derasnya. Seorang pengusaha hotel kecil yang merangkap sebagai manager dan
receptionis menerima sepasang suami istri dari luar kota yang membutuhkan kamar
untuk menginap. Saat itu, tahun 1889, belum ada teknologi pemesanan hotel
secara online. Para pelancong sering kali terpaksa berspekulasi untuk
memperoleh penginapan disuatu daerah. “Mohon maaf , hotel kami hanya memiliki
24 kamar dan saat ini semua sudah penuh” jawab sang manager. “Baiklah kalau
begitu kami akan mencari hotel lain saja” jawab sang tamu. Saat sepasang suami
istri itu akan berbalik pergi, sang manager berkata : “Tidak mungkin saya
membiarkan bapak dan ibu berkeliling mencari penginapan ditengah badai dan
gelapnya malam ini. Saya tidak ingin bapak dan ibu mengingat hotel kami ini
sebagai hotel yang menolak tamu disaat kesusahan. Sebagai pengelola, saya
tinggal disalah satu kamar terbaik dihotel ini. Kalau kami bersihkan dan
rapikan kamar itu, apakah bapak dan ibu berkenan untuk menginap disini?” Malam
itu, seluruh keluarga sang manager tidur didalam kantor hotel mereka saat
sepasang tamu itu tidur dengan tersenyum dikamar mereka yang nyaman.
Lebih dari tiga tahun berlalu , pada suatu pagi , sang manager menerima
surat dengan amplop indah dan tinta emas. Sang tamu yang hadir ditengah badai
pada malam yang gelap itu mengundangnya untuk datang ke kediaman sang
tamu di New York. Saat sang manager tiba di New York , sang tamu
menyambutnya dengan hangat dan mengajaknya melihat sebuah pencakar
langit. “Bangunan ini akan menjadi hotel termegah didunia, saya ingin anda
mengelolanya.” Sang tamu adalah William Waldorf Astor, salah satu orang terkaya
di dunia saat itu. Sang manager adalah George Charles Boldt yang akhirnya
menjadi seorang milliarder pemilik berbagai jaringan hotel di Amerika Serikat.
Bangunan itu adalah hotel Waldorf Astoria, yang saat ini adalah salah satu
jaringan hotel kelas atas termewah dan terbaik didunia. (bdk Steve
Kosasih, “Teguh tersenyum di tengah badai” Harian Kompas edisi Kamis 26
Nopember 2015, hal 39)
Kisah pengalaman hidup seorang milliarder diatas mengajak kita merenungkan
bahwa dalam hidup ini Tuhan hadir dalam aneka cara dalam pengalaman hidup .
Kita mungkin tidak menyangka akan mengalami krisis dan badai hidup seperti
kisah tadi, Sang manager tidak menyangka akan kedatangan tamu yang luar
biasa ditengah hujan badai dan malam gelap. Kita mungkin akan menolak karena
hanya bikin susah saja. Namun , sebagai umat beriman , Tuhan mengingatkan
kita untuk selalu siap sedia. “Hendaklah kalian juga siap-sedia, karena
Anak Manusia akan datang pada saat yang tak kalian sangka-sangka." (Luk
12:40). Ada ungkapan “heri est historia, crastinum mysterium”yang
artinya kemarin adalah sejarah, masa depan adalah misteri. Tuhan tidak selalu
datang membawa damai dan ketenangan. Tuhan memberikan tantangan dan godaan agar
kita semakin dikuatkan . Berimanlah teguh daripada sebelumnya. Hanya mereka
yang telah teruji oleh guncangan (tantangan) layak menjadi pengikut Tuhan dalam
kehidupan. Apapun pengalaman hidup yang kita alami dan rasakan , itu
semua karena kehendak Tuhan . Pengalaman hidup dalam penderitaan ,
tertekan, krisis dan kegagalan sesungguhnya mampu meningkatkan dan mengubah
nilai diri serta harkat kita. Dari kegagalan , orang bisa belajar jauh lebih
banyak daripada dari kemenangan . Kemenangan sering membuat orang jadi bodoh .
Pujian dan kemenangan akan melemahkan diri kita. Untuk dapat menemukan kehendak Tuhan bukanlah
perkara mudah, bagi orang yang selalu berusaha hidup benar, jujur terhadap Dia
dan sesama, maka hidupnya akan tenteram karena berkenan kepada-Nya. Hidup kita
dihadapan Tuhan terkadang seperti seorang hamba terhadap tuannya. Hamba tidak
tahu banyak tentang tuannya, yang dia ketahui hanyalah menjalankan tugas sebaik
mungkin, dengan demikian dia bebas dari hukuman dan hidupnya akan
selamat. Demikian pula halnya dengan orang beriman, ia hidup dalam penyerahan
diri secara total kepada Allah, walaupun terkadang kehadiran dan keberadaan-Nya
terasa gelap. Penyerahan diri kepada Allah bukan merupakan
tindakan pasif, dalam arti tidak berbuat apa apa. Penyerahan diri harus dilihat
dalam konteks panggilan hidup. Manusia dipanggil dan diutus supaya pergi dan
berbuah, manusia dipanggil untuk berbuat sesuatu, sebagai perwujudan serah diri
kepada Tuhan, itulah iman.
Sabda Tuhan mengajarkan agar manusia selalu siap menghadapi realitas, Kesetiaan
kepada-Nya terkadang menuntut kesanggupan kita untuk menghadapi penyangkalan
terhadap harta dan sesama, walaupun hal tersebut tidaklah selalu harus terjadi,
Pendampingan Roh Kudus akan memampukan manusia menyelaraskan hubungannya dengan
Allah dan sesama. Bersatu dan dekat dengan Allah menjadi hal yang paling
mendasar dalam hidup manusia,
Butir permenungan.
Apakah kita telah berlaku sebagai hamba Tuhan yang baik dan setia? Kita
tidak tahu kapan Tuhan akan datang, terutama kapan Tuhan datang menjemput kita
untuk hidup bahagia bersama-Nya. Yesus mengajak kita untuk selalu mempersiapkan
diri sehingga kapan pun Tuhan datang kita siap menyambut-Nya. Persiapan yang
baik adalah selalu mencoba hidup yang baik menurut kehendak-Nya, yaitu hidup
dalam semangat kasih kepada Tuhan dan sesama.
Doa.
Ya Bapa yang mahabaik , terima kasih atas kepercayaan yang kami terima dari
pada-Mu untuk mengelola tugas kami hari ini. Ampunilah kekurangan dan kesalahan
kami dan berkatilah kami sepanjang hari ini. Dengan perantaraan Kristus ,
Putra-Mu yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah,
karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.
0 komentar:
Post a Comment