June 12, 2018

RENUNGAN HARIAN, (SABTU 16 JUNI 2018)

Bacaan Liturgi Sabtu 16 Juni 2018

Bacaan Pertama  1Raj 19:19-21
Pada suatu ketika pergilah Elia menemui Elisa, putera Safat, yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, dan dia sendiri mengendalikan yang kedua belas. Elia lewat di dekatnya dan melemparkan jubah kepadanya. Segera Elisa meninggalkan lembu-lembunya, mengejar Elia dan berkata, "Perkenankanlah aku mencium ayah ibuku, lalu aku akan mengikuti engkau." Jawab Elia kepadanya, "Baiklah! Pulanglah dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu." Elisa lalu meninggalkan Elia, mengambil pasangan lembu itu dan menyembelihnya. Lalu ia memasak dagingnya dengan kayu bajak itu sebagai kayu api, dan memberikan daging itu kepada orang-orangnya, dan mereka pun memakannya. Kemudian bersiaplah Elisa,
lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10
Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku.
*Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku! Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian
yang diundikan kepadaku.
*Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
*Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, dan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

Bait Pengantar Injil  Mzm 119:36a.29b
Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu,
dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.

Bacaan Injil  Mat 5:33-37
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Kalian telah mendengar
apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita, 'Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.' Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Agung. Jangan pula bersumpah demi kepalamu,  karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan.
Mencermati suasana pilihan Bupati, Gubernur, Kepala Daerah, atau apa saja, rasanya orang sudah tidak tertarik dengan janji yang keluar dari mulut calon calon yang berkampanye. Mereka mudah membuat rencana rencana yang muluk muluk , hebat hebat , namung kurang disertai dengan bagaimana dan kapan melaksanakannya, Mereka membuat janji janji , namun hanya seperti orang “ bernyanyi” , setelah berhenti bernyanyi tidak ada lagi suara yang terdengar. Masih lumayan bila suaranya bagus dan merdu, kalau sumbang.  Kita lihat saja berapa persen golput dalam pemilihan gubernur dibeberapa daerah yang sudah terjadi beberapa waktu lalu,  Dan dalam pemilu yang baru saja terjadi, berapa golputnya?  Memang , jika budaya kejujuran dan kerja keras tidak dimulai dari pendidikan dasar, rasanya agak sulit (untuk tidak mengatakan mustahil)  ketika dewasa mempunyai perilaku yang baik. Apalagi lingkungan tidak mendukung kearah yang sehat. Perilaku yang kita buat itu dibentuk dari pendidikan, pembiasaan, mencontoh dan lingkungan. Lebih parah lagi kalau lingkungan atau orang yang ada di kanan kirinya , bahkan tim suksesnya mempunyai kinerja yang tidak baik. Yang penting tujuannya, caranya tidak diperhitungkan . Bisa bisa tujuan menghalalkan cara.  Dengan demikian apa yang dikotbahkan Yesus dibukit masih relevan bagi kita saat ini. “Jika ya, hendaknya kalian ya , jika tidak , hendaklah kalian katakan tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat. Nah untuk  mengatakan “ya” dan “tidak” saja orang sekarang merasa tidak mampu . Bahkan bisa mengatakan “ya dan tidak” , tergantung ada untungnya tidak, atau siapa yang diuntungkan. Bagaimana dengan hidup kita sendiri, ditengah tengah hidup yang seperti ini ? Tantangan bisa membawa iman yang benar.

Doa.
Ya Allah Bapa yang mahakasih, berilah kami umat-Mu suatu sikap kejujuran dan ketegasan dalam menghadapi tantangan hidup pada zaman sekarang . Amin.


Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya,
jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak. 
Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat. 









0 komentar:

Post a Comment