March 12, 2017

RENUNGAN HARIAN, ( SABTU 11 MARET 2017)

Bacaan Liturgi Sabtu  11 Maret 2017

Bacaan Pertama  UL 26:16-19
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berbicara kepada bangsanya, "Pada hari ini Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau  melakukan ketetapan dan peraturan; lakukanlah semuanya itu dengan setia, 
dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. Pada hari ini engkau telah menerima janji dari Tuhan: Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya. Dan pada hari ini pula Tuhan telah menerima janji dari padamu bahwa engkau akan menjadi umat kesayangan-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, dan bahwa engkau akan berpegang pada segala perintah-Nya. Ia pun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa seperti yang telah dijanjikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya." 
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 119:1-2.4-5.7-8
Berbahagialah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.
*Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati. 
*Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Kiranya hidupku mantap untuk berpegang pada ketetapan-Mu! 
*Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum – hukum - Mu yang adil. Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, 
janganlah tinggalkan aku sama sekali.

Pengantar Injil  2Kor 6:2b
Waktu ini adalah waktu perkenanan. Hari ini adalah hari penyelamatan.

Bacaan Injil  Mat 5:43-48
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga. Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit 
bagi orang yang jahat dan bagi orang yang baik pula, hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya." 
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
Hari ini Yesus mengajar kita tentang mengasihi musuh. Ajaran ini kelihatannya absurd, bukankah kasih selalu mendapat tempat dalam relasi antar anggota keluarga, antar sahabat dan antar mereka yang kita sukai ?
Kasih membuat kita mampu menyebut pribadi diluar diri dengan sebutan ayah , ibu, kakak atau sahabat.  Sebaliknya saat kasih digantikan oleh rasa benci, pribadi itu menjadi musuh. Karenanya kita akan bertanya “ Bagaimana mungkin mengaitkan “kasih” dengan “musuh” ? Bukankah keduanya bertolak belakang. Tetapi hal itu tidak berarti keduanya tidak berhubungan satu sama lain. Sebab jika karena kasih orang bisa menyebut pribadi diluar dirinya kawan, bukan tidak mungkin karena kasih , musuh berubah menjadi sahabat.
Lewat Injil hari ini, Yesus hendak menunjukkan kepada kita dimensi lain dari kasih.  Kasih bukan sekedar kondisi atau syarat untuk menjalin relasi dengan sahabat dan orang orang yang kita sayangi. Namun dalam kasih ada kuasa dan kekuatan yang mampu mengubah orang orang yang bermusuhan , saling mendendam, saling menyakiti, menganiaya atau yang mengkhianati menjadi baik  kembali.
Salah satu cara untuk mengasihi musuh seperti telah kita dengar dalam bacaan Injil hari ini, yaitu dengan mendoakan mereka. Memang kalau sekedar mendoakan saja itu mudah , Tetapi jika mendoakan musuh dilakukan dengan sepenuh hati, kita akan menemukan kesulitan yang besar, sebab berdoa berarti memohonkan berkat kepada Allah bagi orang itu. Mendoakan musuh berarti memintakan berkat, rahmat dan segala yang baik dari Tuhan bagi orang yang perbuatannya justru tidak memberkati kita.
Bagaimanapun juga mendoakan musuh belumlah cukup, Untuk betul betul mengasihi musuh perlu menunjukkan sikap yang jelas dihadapan sesamanya. Itulah sebabnya Yesus katakan bahwa kita perlu menyapa , memberi salam dan senyuman. Tak peduli apakah tindakan kasih itu akan dibalas  dengan kasih atau tidak, namun yang penting adalah bahwa kita telah berusaha mengasihi orang itu.
Alangkah bahagianya jika kita hidup dengan penuh kasih , tidak ada permusuhan, sehingga dimana mana akan menemukan sahabat. Kita berusaha menjadi sempurna , dengan bersikap rendah hati, untuk mencapai yang menjadi tujuan hidup kita Yesus Kristus, Sang Kesempurnaan. Dengan bertobat, membaharui diri dari hari ke hari, kita mengarahkan hidup pada kesempurnaan. Dengan  sempurna , identitas kita secitra / segambar dengan Allah , terwujud.

Butir permenungan.
“Lha bapaknya sendiri, ya pasti aja dia berani naik” komentar seorang penonton terhadap  seorang anak kecil (6 tahun) yang dengan berani dibonceng seorang pemain sirkus yang menjalankan sepedanya pada seutas tali dalam ketinggian 50 meter. Kepercayaan seorang anak terhadap bapaknya memang patut diacungi jempol. Sang bapak sendiri, tentunya akan berhati hati dengan permainan itu. Mana mungkin seorang bapak merelakan anaknya celaka dalam permainan yang dikehendakinya sendiri.
 Anak kecil itu pasti bangga ikut bermain bersama dengan orangtuanya. Dia merasa bangga dengan kepandaian yang dimiliki bapaknya. Dia pun ikut bangga tentu dapat meniru kehebatan yang dimiliki orang tuanya Dia ingin dibanggakan oleh bapaknya Dapat melakukan sesuatu seperti yang dikerjakan bapaknya adalah suatu cita cita yang terpedam dalam diri seorang anak.
Injil hari ini mengingatkan , bahwa kita adalah anak anak Bapa di surga , yang tentunya kita pun harus berani “sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya”, “ yang menerbirkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan  bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” Kebanggaan diri sebagai anak anak –Nya memang tidak cukup hanya dalam kata kata , tetapi hendaknya sungguh nyata dalam sikap dan tindakan hidup.
Apakah memang kita bisa  mengasihi sesama tanpa memandang muka? Apakah memang kita bisa mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita? Bisa, Yesus tidak membohongi kita. Kalau Yesus meminta sesuatu dan kita harus melakukannya, itu karena memang Dia tahu bahwa kita bisa dan mampu melakukan. Yesus tahu apa yang ada dan dimiliki umat-Nya. Dan tak dapat disangkal tentunya, Yesus menyuruh kita , tetapi tentunya tidak membiarkan kita melakukan segalanya seorang diri.
Allah itu Bapa yang penuh kasih. Dia akan selalu menyertai umat-Nya . Kalau para pemungut cukai saja bisa mengasihi sesama, apalagi kita yang bangga diri sebagai putra putri Bapa di Surga. Namun bangga saja tidak cukup. Kita perlu memiliki hati Bapa. Kata St. Yohanes Krisostomus “ Kamu tidak dapat menamakan Bapamu itu Allah dari segala yang baik, kalau kamu mempunyai hati yang tidak manusiawi dan kejam”


Doa.
Ya Tuhan , bantulah kami umat-Mu, untuk menjadi sempurna. Dengan demikian , kami dapat segambar dengan Dikau sebagaimana yang Kau kehendaki dalam penciptaan kami. Amin.

Karena itu haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya." 




0 komentar:

Post a Comment