December 18, 2020

RENUNGAN HARIAN MINGGU 27 DESEMBER 2020

Kalender Liturgi Minggu 27 Des 2020
Warna Liturgi: Putih

Bacaan I  Kej 15:1-6;21:1-3
Pada suatu ketika  datanglah firman Tuhan kepada Abram dalam suatu penglihatan,  "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu;  upahmu akan sangat besar."  Abram menjawab,  "Ya Tuhan Allah,  apakah yang akan Engkau berikan kepadaku?  Aku akan meninggal tanpa mempunyai anak, dan yang akan mewarisi isi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."  Lagi kata Abram, "Engkau tidak memberi aku keturunan, sehingga seorang hambakulah yang nanti menjadi ahli warisku."  Tetapi datanglah firman Tuhan kepadanya, demikian,  "Orang itu tidak akan menjadi ahli warismu,  melainkan anak kandungmulah yang akan menjadi ahli warismu."  Lalu Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman,  "Coba lihat ke langit,  hitunglah bintang-bintang itu jika engkau dapat!"  Maka firman-Nya kepada Abram,  "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."  Lalu Abram percaya kepada Tuhan;  maka Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran.  Tuhan memperhatikan Sara seperti difirmankan-Nya,  dan Tuhan melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya.  Maka mengandunglah Sara,  lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham  dalam masa tuanya  pada waktu yang telah ditetapkan,  sesuai dengan firman Allah kepadanya.  Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak,  dialah anak yang dilahirkan Sara baginya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 105:1b-2.3-4.5-6.8-9
Hanya Dialah Tuhan, Allah kita, selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya.
*Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya,  maklumkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa.  Bernyanyilah bagi Tuhan, bermazmurlah bagi-Nya,  percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
*Bermegahlah dalam nama-Nya yang kudus,  biarlah bersukahati orang-orang yang mencari Tuhan.  Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah selalu wajah-Nya.
*Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya,  mujizat-Nya dan ketetapan-ketetapan yang diucapkan-Nya,  hai anak cucu Abraham, hamba-Nya,  hai anak-anak Yakub, pilihan-Nya!
*Selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya,  akan firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan;  akan perjanjian yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak.

Bacaan II  Ibr 11:8.11-12.17-19
Saudara-saudara,  karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat  ke negeri yang akan dia terima menjadi milik pusakanya, ia berangkat tanpa mengetahui tempat yang ia tujui.  Karena iman pula,
Abraham dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu,
walaupun usianya sudah lewat,  karena ia yakin bahwa Dia yang memberikan janji itu setia.  Itulah sebabnya, dari satu orang yang malahan telah mati pucuk  terpancar keturunan besar seperti bintang di langit atau seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. Karena iman, Abraham rela mempersembahkan Ishak tatkala ia dicobai. Ia yang telah menerima janji itu rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan,  "Keturunan yang berasal dari Ishaklah  yang akan disebut keturunanmu."  Abraham berbuat demikian karena ia percaya  bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang  sekalipun mereka sudah mati.  Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil  Ibr 1:1-2
Dahulu kala Allah berbicara kepada nenek moyang kita  dengan perantaraan para nabi; pada zaman akhir ini Ia berbicara kepada kita
dengan perantaraan Anak-Nya.

Bacaan Injil  Luk 2:22-40
Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa Kanak Yesus ke Yerusalem  untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan,  seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan:
     Semua anak laki-laki sulung
     harus dikuduskan bagi Allah.
Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban  menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan,  yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak merpati.  Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon.  Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel.  Roh Kudus ada di atasnya,  dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus,  bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias,  yaitu Dia yang diurapi Tuhan.  Atas dorongan Roh Kudus Simeon datang ke Bait Allah.  Ketika Kanak Yesus dibawa masuk oleh orangtua-Nya  untuk melakukan apa yang ditentukan hukum Taurat,  Simeon menyambut Anak itu  dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya,
    "Sekarang Tuhan,
     biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,
     sesuai dengan firman-Mu,
     sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
     yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
     yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain
     dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu  yang dikatakan tentang Kanak Yesus.  Lalu Simeon memberkati mereka  dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu,  "Sesungguhnya Anak ini ditentukan  untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel  dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan  -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --,  supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."  Pada waktu itu  ada pula di Yerusalem seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana.  Ia sudah sangat lanjut umurnya.  Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun bersama suaminya,  dan sekarang ia sudah janda,  berumur delapan puluh empat tahun.  Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada hari itu Hana pun datang ke Bait Allah dan mengucap syukur kepada Allah, serta berbicara tentang Kanak Yesus kepada semua orang  yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.  Setelah menyelesaikan semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan,  kembalilah Maria dan Yusuf beserta Kanak Yesus  ke kota kediaman mereka,  yaitu kota Nazaret di Galilea.  Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat,  dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.

Belakangan ini, semakin marak pemikiran mengenai pendidikan iman anak. Berbagai macam nama, cara, dan sarana sudah dikemukakan dan dilaksanakan. Hari ini mungkin kita bisa menimba gagasan dari Keluarga Kudus Nazaret. Kisah ini menunjukkan bagaimana Keluarga Kudus di Nazaret. Mereka adalah keluarga yang taat kepada Hukum Taurat. Ketika genap waktu pentahiran menurut Hukum Taurat, orang tua  Yusuf membawa-Nya ke Bait Suci untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan dan mempersembahkan kurban (bdk. Im 12:6-8). Menilik persembahan yang dibawa, Keluarga Nazaret ini tampaknya bukan keluarga yang  berlimpah yang mestinya mempersembahkan seekor kambing atau domba. Jarak Nazaret ke Yerusalem sekitar 105 km,  Dapat dibayangkan orang menempuh perjalanan itu pada abad pertama,  Akan tetapi, kesulitan seperti ini bukan merupakan halangan bagi keluarga sederhana ini untuk mentaati aturan Hukum Taurat, Bagi Yesus sendiri, dengan dibawa ke Bait Suci ( bdk. Lukas 2:41-52 Yesus di Bait Suci pada usia 12 tahun ) , kita bisa membayangkan bahwa sejak kecil Yesus dibiasakan bergaul dengan suasana Bait Suci. Salah satu model pendidikan yang dirasa baik adalah melalui contoh konkrit, Action speaks louder than word. Mungkin baik jika sejak kecil anak dibawa hadir dalam Perayaan Ekaristi sehingga mereka mulai merasakan suasana ibadat. Mereka bisa belajar mengenal liturgi,  dan hal hal yang berkaitan dengannya. Mungkin ada keberatan bahwa kalau demikian gereja akan hiruk pikuk, ramai atau kacau. Tetapi apakah hal ini tidak bisa diselesaikan?  Ingat bahwa anak anak kita adalah penentu wajah Gereja dimasa depan.

Butir permenungan

Anak anak adalah sosok manusia yang kerap kali “ditinggikan “ sekaligus paling kerap “dikorbankan” dalam kehidupan manusia. Kepolosan, kelucuan dan keindahan anak anak , khususnya bayi bayi yang menggemaskan, selalu menarik hati kaum dewasa untuk didekati dan dipeluk. Akan tetapi, nasib anak anak tidaklah selalu demikian. Ketika kaum dewasa tengah mengejar ambisi dan egoisme, anak anaklah yang kerap menjadi korban entah langsung ataupun tidak langsung.  Situasi kelam seperti itulah yang dialami kanak kanak pada zaman kanak kanak Yesus. Hanya karena sebuah ketakutan dan kecemasan seorang raja, ribuan anak anak mengalami kematian yang mengerikan. Di antara mereka bahkan ada yang belum sempat menikmati indahnya masa kanak kanak. Mereka mengalami nasib naas itu, karena Herodes ingin sekali membunuh bayi Yesus yang diramal akan menjadi raja besar.  Kematian kanak kanak ini dipandang oleh Gereja sebagai sebuah kemartiran. Karenanya, hari ini kita mengenang kemartiran para kanak kanak suci. Darah mereka sepertinya meneriakkan kesengsaraan dan penderitaan anak anak zaman ini.  Semoga pembantaian kanak kanak karena alasan seperti yang dilakukan  Herodes tidak akan pernah terjadi lagi. Namun , tidak berarti bahwa nasib kanak kanak telah aman. Dewasa ini makin lama anak anak kerap diberitakan menjadi korban aneka kejahatan, seperti aborsi, kekerasan dalam rumah tangga, korban trafficking, bahkan bullying, penculikan dan menjadi korban karena perang. Jika anak anak hidup dalam kritikan, mereka akan belajar untuk mengecam. Jika anak anak hidup dalam kekerasan, mereka akan belajar untuk berkelahi. Jika anak anak hidup dengan tertawaan, mereka akan belajar untuk menjadi minder. Jika anak anak hidup dengan dipermalukan, mereka akan belajar untuk merasa bersalah.  Sebaliknya , jika anak anak hidup dalam toleransi, mereka akan belajar untuk bersabar. Jika anak anak hidup dalam dukungan , mereka akan belajar untuk percaya diri. Jika anak anak hidup dalam pujian, mereka akan belajar untuk mengapresiasi. Jika anak anak hidup dalam perlakuan yang fair, mereka akan belajar apa itu keadilan. Jika anak anak hidup dalam rasa aman, mereka lebih mudah belajar pentingnya beriman.

Doa.

Ya Tuhan yang maha kasih, berilah kesadaran kepada umat –Mu , bahwa anak anak adalah wajah masa depan Gereja yang perlu dipersiapkan.  Amin.

 

 

 

 

 

 

 

 

Dahulu kala Allah berbicara kepada nenek moyang kita  dengan perantaraan para nabi; pada zaman akhir ini Ia berbicara kepada kita
dengan perantaraan Anak-Nya.


0 komentar:

Post a Comment