February 15, 2020

RENUNGAN HARIAN SABTU 29 FEBRUARI 2020


Kalender Liturgi Sabtu  29 Feb 2020
Warna Liturgi: Ungu

Bacaan I  Yes 58:9b-14
Inilah firman Allah,  "Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu,  dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah; apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar  apa yang kauinginkan sendiri  dan memuaskan hati orang yang tertindas,  maka terangmu akan terbit dalam gelap,   dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. Tuhan akan menuntun engkau senantiasa  dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu.  Engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik   dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.  Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad,  dan akan memperbaiki dasar  yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan  "Yang memperbaiki tembok yang tembus" "Yang membetulkan jalan"  supaya tempat itu dapat dihuni.  Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku;
apabila engkau menyebutkan hari Sabat "Hari Kenikmatan", dan hari kudus Tuhan "Hari Yang Mulia;" apabila engkau menghormatinya  dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu sendiri,  atau berkata omong kosong,  maka engkau akan bersenang-senang, karena Tuhan.  Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi  dengan kendaraan kemenangan;  Aku akan memberi makan engkau  dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu,  sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan   Mzm 86:1-2.3-4.5-6
Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya Tuhan,  supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu.
*Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, jawablah aku,  sebab sengsara dan miskin aku.  Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi,
selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu.
*Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku,  sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.  Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita,  sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku. 
*Sebab, ya Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni,  kasih setia-Mu berlimpah bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.
Pasanglah telinga kepada doaku, ya Tuhan,  dan perhatikanlah suara permohonanku.

Bait Pengantar Injil  Yeh 33:11
Aku tidak berkenan akan kematian orang fasik,  melainkan akan pertobatannya supaya ia hidup.

Bacaan Injil  Luk 5:27-32
Sekali peristiwa  Yesus melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi,  sedang duduk di rumah cukai.  Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku!"  Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu,  lalu mengikut Dia.  Lalu Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Yesus di rumahnya. Sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.  Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut  kepada murid-murid Yesus, "Mengapa kamu makan dan minum  bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"  Lalu jawab Yesus kepada mereka,  "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,  tetapi orang sakit!  Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,  tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
Tindakan baik merupakan buah dari komitmen yang dihayati secara terus menerus dalam hidup. Seorang pelajar yang ingin memperoleh nilai maksimal harus tekun belajar. Seorang biarawan – biarawati yang ingin bertumbuh dalam hidup rohani harus disiplin dalam latihan rohani. Orang tua yang menginginkan keluarga harmonis harus setia menyediakan waktu untuk tinggal bersama anak dan pasangan dirumah.  Yesus juga menginginkan komitment dari kita dalam mengikuti-Nya. Injil hari ini mengkisahkan tentang Lewi , seorang pemungut cukai yang mengikuti Yesus. Kisah tersebut diceritakan secara menarik untuk kita refleksikan dalam hidup beriman. Ketika Yesus menyapa dan mengajak dia dengan berkata :” Ikutlah Aku” dia langsung berdiri , meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti-Nya. Dia tidak mengulur ulur waktu, Tentu, sebagai seorang pemungut cukai ia pasti memiliki harta berupa uang, barang berharga, dan lain sebagainya. Akan tetapi, ia meninggalkan semua itu lalu mengikuti Yesus.  Kita bisa belajar dari sikap Lewi dalam mengikuti Yesus. Dalam perjalanan rohani , kita juga perlu komitmen  tegas. Yesus selalu menyapa dan memanggil kita untuk bertobat baik melalui Sabda dalam Ekaristi, maupun pengalaman rohani sehari hari. Namun, ironisnya kita sering kali mengabaikannya. Kita menunda nunda waktu untuk bertobat dan kembali kepada Allah.  Bertobat bukan soal hari esok, tetapi seluruh hidup kita setiap hari yang diungkapkan melalui  hal hal kecil dengan setia dan tekun hari ini. Pertobatan sekecil apapun yang kita lakukan setiap hari akan menumbuhkan iman kepada Allah, sebab pertobatan akan membantu kita  untuk melepaskan sikap egoisme yang sering kali menghalangi rahmat Allah dalam diri kita. Barang kali pertobatan terasa tidak mudah, tetapi bersama rahmat Allah kita mampu memulainya. Para kudus dalam Gereja telah membuktikan komitmen mereka dengan setia melakukan doa, askese, pantang dan puasa. Semua dipandang sebagai latihan rohani.
Mari kita membangun komitmen untuk bertobat, terutama masa Pra Paskah ini, sehingga hati kita makin bersih, dekat dengan Allah dan pada  saatnya kita dapat merayakan misteri  Paskah dengan penuh iman dan hati yang gembira.

Butir permenungan.
Kisah panggilan Matius selain merupakan kisah panggilan , jagu menggambarkan sikap Yesus terhadap orang orang yang dipandang berdosa. Pemungut cukai dipandang kurang terhormat, karena kesempatan korupsi cukup tinggi dan dalam praktek memang terjadi. Tidak mengherankan kelompok ini banyak dihindari oleh masyarakat. Pekerjaan ini dianggap hina dan jahat, karena cukai itu diambil dari masyarakat Yahudi dan disetorkan ke penjajah. Kelompok ini dipandang sebagai pengkhianat bangsa. Namun Yesus memanggil Matius untuk mengikuti Dia dan bergaul akrab dengan –Nya. Alah satu tanda keakraban itu adalah kedatangan Yesus  ke rumah Matius dan makan bersama dengan pemungut pemungut cukai lainnya. Amatlah wajar munculnya kritik dari banyak fihak, khususnya kelompok orang Farisi dan ahli ahli Taurat yang memandang dirinya sebagai kelompok terpandang dalam hidup keagamaan. Reaksi Yesus terhadap kritik itu bukan mengubah sikap dan tindakan , melainkan menegaskan bahwa kedatangan-Nya memang untuk mereka yang berdosa  atau dipandang demikian. Kita disadarkan bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan mereka yang berdosa. Kenyataannya , tidak ada seorang pun luput dari dosa, sehingga jelas Ia datang untuk semua orang. Sayangnya, ada banyak orang yang merasa tidak berdosa, sehingga merasa tidak membutuhkan Dia. Dengan sikap Yesus itu, kita diajak untuk tidak takut datang kepada-Nya. Banyak atau besarnya dosa mestinya tidak akan menjadi penghambat  atau penghalang untuk datang kepada Yesus dan mohon ampun. Rasa tidak pantas atau takut karena banyak atau besarnya dosa adalah manusiawi, namun kita mesti percaya bahwa kasih Yesus melampaui perhitungan dan cara berpikir manusia. Belajar dari Yesus, kita mesti membuka hati untuk bergaul dengan siapapun dan memberi kesempatan bagi mereka untuk berkembang . Kecenderungan untuk menghindari orang orang yang dimata kita atau masyarakat dipandang tidak baik harus dibuang jauh jauh.
Selama  Masa Pra Paskah ini , kita diundang  untuk melihat diri dengan cermat, mengakui kedosaan kita dan sekaligus membangun niat untuk mengasihi sesama  seperti Yesus yang mengasihi siapapun , termasuk orang orang yang dipandang tidak layak untuk diperhatikan dan dikasihi karena kenistaan hidup dan dosanya.   

Doa.
Ya Tuhan yang maha bijaksana , ajarilah umat-Mu membangun komitmen untuk bertobat dalam masa Pra Paskah ini . Amin.




Aku tidak berkenan akan kematian orang fasik,  melainkan akan pertobatannya supaya ia hidup.



0 komentar:

Post a Comment