February 13, 2020

RENUNGAN HARIAN JUMAT 28 FEBRUARI 2020


Kalender Liturgi Jumat  28 Feb 2020
Warna Liturgi: Ungu

Bacaan I  Yes 58:1-9a
Beginilah firman Tuhan Allah,  'Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan!  Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala,  beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka, dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!  Memang setiap hari mereka mencari Aku  dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku.  Seperti bangsa yang berlaku yang benar  dan tidak meninggalkan hukum Allahnya  mereka menanyai Aku tentang hukum-hukum yang benar.  Mereka suka mendekat menghadap Allah, dan bertanya,  "Kami berpuasa, mengapa Engkau tidak memperhatikannya juga?  Kami merendahkan diri,  mengapa Engkau tidak mengindahkannya juga?"  Camkanlah!  Pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu,  dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi  serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena.  Dengan cara berpuasa seperti ini  suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.  Inikah puasa yang Kukehendaki: mengadakan hari merendahkan diri? menundukkan kepala seperti gelagah?  dan membentangkan kain karung serta abu sebagai lapik tidur?  Itukah yang kausebutkan berpuasa,mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan?  Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki ialah:
Engkau harus membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk;  membagi-bagikan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah,  dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!   Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar   dan lukamu akan pulih dengan segera.  Kebenaran menjadi barisan depanmu  dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu. Pada waktu itulah  engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab,  engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! 
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan  Mzm 51:3-4.5-6a.18-19
Hati yang remuk redam  tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
*Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku  Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku,  dan tahirkanlah aku dari dosaku!
*Sebab aku sadar akan pelanggaranku,  dosaku selalu terbayang di hadapanku  Terhadap Engkau, terhadap Engkau sendirilah aku berdosa,
yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
*Tuhan, Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan;  kalaupun kupersembahkan kurban bakaran,  Engkau tidak menyukainya.
Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur.  Hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Bait Pengantar Injil   Am 5:14
Carilah yang baik dan jangan yang jahat,  supaya kamu hidup, dan  Allah akan menyertai kamu.

Bacaan Injil  Mat 9:14-15
Sekali peristiwa datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata,  "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa,  tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka,  "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita  selama mempelai itu bersama mereka?  Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa."
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
Setiap agama memiliki tradisi puasa yang dikaitkan dengan soal makan dan minum. Pertanyaannya, bagaimana kah berpuasa yang benar menurut ajaran Gereja Katolik? Apa alasan kita berpuasa dan berpantang? Bagi orang Katolik,puasa dan pantang adalah tanda pertobatan, ungkapan penyangkalan diri dan kehendak untuk mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih bagi dosa kita.
Dalam masa Pra Paskah , puasa, pantang dan doa disertai amal kasih. Karena itu pantang dan puasa merupakan latihan rohani yang mendekatkan kita pada Tuhan dan sesama., dan bukan tujuan lain, seperti supaya tetap langsing, sakti, menghemat dan sebagainya.  Jika kita faham mengenai tujuan berpuasa, kita akan menjadi bijaksana dan tidak akan bertanya seperti murid murid Yohanes, "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" . latar belakang pertanyaan tersebut adalah aturan yang ketat tentang waktu puasa. Dengan  kata lain, pelaksanaan puasa harus lahir dari hati bukan dari aturan belaka.  Bagi Yesus, kesempatan ini adalah saat yang tepat untuk mengajar mereka mengenai  puasa yang benar. Puasa mestinya dilakukan karena kebutuhan misalnya masa perkabungan atau penantian. Yesus menggambarkan masa perkabungan itu adalah saat mempelai diambil dari tengah tengah para sahabat. Saat itulah mereka akan berpuasa, dan mempelai itu adalah Yesus Kristus. Selagi Sang Mempelai bersama para murid-Nya, tentu mereka tidak berpuasa.  Kita perlu menyadari dan memahami bahwa puasa juga menyangkut soal  menyelaraskan sikap dan kehendak kita dengan kehendak Allah sebagai mana ditegaskan Nabi Yesaya :” Berpuasa yang Kukehendaki ialah: Engkau harus membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk; membagi-bagikan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!   Mari kita melakukan puasa dan pantang yang dikehendaki Allah, dan bukan selera kita.

Butir permenungan.
Dalam hidup sehari hari ada ungkapan : “Rumput tetangga lebih hijau  dari pada rumput kita” Hidup manusia selalu diwarnai sikap yang membanding bandingkan dirinya dengan orang lain. Kita tidak menyadari kalau Tuhan memberkati seseorang bukan berarti Dia mengabaikan yang lain. Tuhan pasti punya rencana bagi setiap orang tetapi dengan jalan yang berbeda beda. Kita harus belajar menghargai perbedaan dan berusaha menjalankan kehendak Tuhan. Kita tidak perlu terlalu “kepo” dengan orang lain. Orang yang “kepo” itu tentu ada masalah dengan hatinya. Kalau orang dasar hatinya tidak bersih, maka apa saja merupakan pemicu untuk menjadikan hatinya panas, Kalau orang hatinya tidak bersih , dikritik istri saja , hatinya langsung panas. Kalau orang tidak bersih hatinya, dengar khotbah imam atau pendeta saja , hati bisa jadi panas. Pengalaman inilah yang dialami oleh para murid Yohanes yang datang kepada Yesus . Mereka membanding bandingkan diri mereka dan orang Farisi yang berpuasa dengan kelompok Yesus.  Pengalaman inipun kerap terjadi dalam keseharian hidup kita. Kita seharusnya faham bahwa niat baik akan menimbulkan persoalan ketika dilakukan dengan cara yang buruk, khususnya melalui intimidasi dan kekerasan. Dalam masa Pra Paskah ini , marilah kita justru lebih banyak memupuk kebaikan hati pada sama saudara daripada kepo dan iri terhadap orang lain. Kita perlu ingat dalam mengikuti Tuhan kita tidak dipanggil untuk menjadi yang terhebat, paling jago, atau paling luar biasa. Kita dipanggil untuk menjadi orang yang setia. Bersyukurlah dengan apa yang ada , jangan iri, jaga hatimu dengan penuh kewaspadaan, dari situ terpancar kehidupan. Jalani kehidupan ini dengan penuh kegembiraan, jangan membandingkan kehidupan kita dengan orang lain, sebab kalau hidup adalah perjalanan, bukan pertandingan menang dan kalah.

Doa.
Ya Tuhan yang mahabaik, bimbinglah dan tuntunlah kami umat-Mu agar dapat melakukan puasa dan pantang sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.
Carilah yang baik dan jangan yang jahat,  supaya kamu hidup, dan Allah akan menyertai kamu.





Carilah yang baik dan jangan yang jahat,  supaya kamu hidup, dan  Allah akan menyertai kamu.


0 komentar:

Post a Comment