March 3, 2016

RENUNGAN HARI SABTU 5 MARET 2015

Bacaan Liturgi Sabtu  05 Maret 2016

Bacaan Pertama  Hos 6:1-6
Umat Allah berkata, "Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." Dan Tuhan berfirman: "Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. 
Sebab itu Aku telah meremukkan mereka
 dengan perantaraan nabi-nabi. Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. 
Sebab Aku menyukai kasih setia,
 dan bukan kurban sembelihan. Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran. 
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur    Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab
Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.
*Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
 menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! 
*Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan;
 dan kalau pun kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah. 
*Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion,
 bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu: 
kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil  Mzm 95:8ab
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.

Bacaan Injil  Luk 18:9-14
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. 
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
 bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, 
melainkan ia memukul diri dan berkata,
 Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 
Aku berkata kepadamu:
 Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, 
dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."
 
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan.
Kadang kita mendengar orang yang pamer prestasi:”Bukannya mau sombong ya, tapi aku ini bisa berhasil seperti sekarang ini karena aku disiplin dan mau bekerja keras.” Atau “Bukan mau sombong ya, tetapi aku sekarang dapat posisi tinggi di perusahaan karena aku dipercaya dan visioner sekaligus pragmatis. Padahal aku juga baru tiga tahun disini”
Orang yang sebenarnya sombong tersebut persis orang Farisi didalam kisah perumpamaan yang dikatakan Yesus. Puas diri, Puas diri dengan segala prestasi , merasa diri lebih baik dari pada orang lain, sudah merasa suci dan tertib mengikuti peraturan keagamaan. Tetapi persis disitulah letaknya mengapa orang Farisi itu tidak dibenarkan Tuhan Yesus, Orang Farisi itu dianggap berdosa terutama karena memandang dirinya sendiri dapat memenuhi segala hal yang perlu demi keselamatan jiwanya dengan kekuatan dan prestasinya sendiri. Berbeda sekali dengan si pemungut cukai yang bertobat yang berdoa dengan penuh penyesalan. Si pemungut cukai dibenarkan oleh Tuhan karena menyadari bahwa keselamatan hanya merupakan belas kasih dan karunia Tuhan bukan prestasinya sendiri.
Dari isi doanya, si pemungut cukai dapat dikatakan jujur. Ia mengakui perbuatannya. Inilah sikap kerendahan hati yang kiranya dipuji oleh Yesus. Jadi pemungut cukai merendahkan diri dihadapan Allah. Sebaliknya orang Farisi malah merendahkan orang lain (pemungut cukai) didalam doanya. Bahkan merasa tidak butuh Tuhan, lihat saja , orang Farisi bersyukur atas keberhasilannya dalam melakukan aturan dan hukum agamanya. Lupa bahwa keberhasilannya itu terjadi karena belas kasih atau rahmat Allah. Dari dua contoh doa hari ini , kita diajak untuk belajar rendah hati, diajak untuk jujur dalam doa.

Butir permenungan.
Bagi kita yang rajin berdoa, Ekaristi, meditasi, berdevosi, atau rajin memenuhi segala kewajiban agama, waspadalah agar kita tidak jatuh seperti orang Farisi itu. Marilah kita tidak memandang segala hal yang kita lakukan seperti kerajinan kita dalam doa tersebut , sebagai jaminan keselamatan kita, seolah olah Tuhan wajib menyelamatkan kita karena kita telah oke dalam hidup rohani. Segala hidup rohani yang baik tidak pernah menjadi syarat yang bersifat otomatis, yang membuat kita masuk surga. Keselamatan dan masuk surga melulu adalah kemurahan dan belas kasih Allah saja. Seluruh hidup rohani yang baik merupakan upaya yang sangat perlu dan penting agar kita menjadi tanah yang subur bagi benih rahmat Allah yang ditaburkan dalam hidup kita.

Doa.

Ya Tuhan yang mahabaik, jadikanlah hati kami seperti hati Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Amin.

0 komentar:

Post a Comment