February 19, 2019

RENUNGAN HARIAN ( JUMAT 1 MARET 2019 )


Bacaan Liturgi  Jumat  1 Maret 2019

Bacaan Pertama  Sir 6:5-17
Tutur kata yang manis mendapat banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut. Mudah-mudahan banyak orang berdamai denganmu, tetapi dari antara seribu hanya satu saja menjadi penasehatmu. Jika engkau mau mendapat sahabat, ujilah dia dahulu, dan jangan segera percaya padanya. Sebab ada orang yang bersahabat hanya selama menguntungkan, tetapi di kala engkau mendapat kesukaran, ia tidak bertahan. Ada juga sahabat yang berubah menjadi musuh, lalu menistakan dikau dengan menceriterakan percekcokanmu dengan dia. Ada lagi sahabat yang ikut serta dalam perjamuan makan, tetapi tidak bertahan pada hari kemalanganmu. Pada waktu engkau sejahtera ia sehati sejiwa dengan dikau dan bergaul akrab dengan seisi rumahmu. Tetapi bila engkau mundur ia berbalik melawan dikau serta menyembunyikan diri terhadapmu.  Jauhilah para musuhmu, dan berhati-hatilah terhadap para sahabatmu.  Sahabat yang setia merupakan pelindung yang kuat; yang menemukannya, menemukan suatu harta.  Sahabat yang setia, tiada ternilai, dan harganya tiada terbayar. Sahabat yang setia laksana obat kehidupan; 
hanya orang yang takwa akan memperolehnya.  Orang yang takwa memelihara persahabatan dengan lurus hati, sebab sebagaimana ia sendiri, demikianpun sahabatnya. 
Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur  Mzm 119:12.16.18.27.34.35
Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu. 
*Terpujilah Engkau, ya Tuhan; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
*Ketetapan-ketetapan-Mu akan menjadi sumber sukacitaku, 
firman-Mu tidak akan kulupakan.
*Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari hukum-Mu.
*Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.

*Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.
*Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.

Bait Pengantar Injil  Yoh 17:17ab
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran.  Kuduskanlah kami dalam kebenaran.

Bacaan Injil  Mrk 10:1-12
Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan. di situ orang banyak datang mengerumuni Dia,  dan seperti biasa Yesus mengajar mereka. Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus. Mereka bertanya, "Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?"  Tetapi Yesus menjawab kepada mereka,  "Apa perintah Musa kepada kamu?"  Mereka menjawab,   "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."  Lalu Yesus berkata kepada mereka,  "Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan isterinya.  Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia."
Setelah mereka tiba di rumah, para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka,   "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.  Dan jika isteri menceraikan suaminya 
dan kawin dengan pria yang lain, ia berbuat zinah."
Demikianlah sabda Tuhan.

Renungan.
Sebuah janji yang diucapkan   “.......Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatimu seumur hidupku...   Demikian  janji saya demi Allah dan Injil suci ini “  Sebuah janji yang begitu manis terucapkan pada waktu dua insan , laki laki dan perempuan mengikrarkan relasi mereka sebagai suami istri dalam Sakramen Perkawinan. Maka jadilah bahwa suami istri mengemban sebuah tugas yang berat, yaitu menjaga agar janji yang mereka ucapkan dapat bertahan hingga maut memisahkan.
Melalui Injil hari ini , kita dihadapkan pada sebuah prinsip mendasar dalam Sakramen Perkawinan, yaitu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Prinsip ini sudah ada pada awal dunia, ketika Allah menciptakan manusia, laki laki dan perempuan. Oleh karena itu laki laki pun perempuan akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya  sehingga keduanya menjadi satu daging. Melalui Sakramen Perkawinan , Allah menghendaki agar persatuan suami istri adalah persatuan yang saling membahagiakan satu sama lain. Jadi bahagialah suami dan istri yang membangun hidup perkawinannya dengan saling memberikan perlindungan yang kukuh, saling memandang satu dengan yang lain sebagai pribadi yang berharga , saling menghadirkan keramahan dan kelembutan dan menjadi obat kehidupan.

Butir permenungan.
Bila kita menelaah kehidupan perkawinan para selebritis melalui televisi, mungkin kita akan heran dan sekaligus prihatin. Mengapa begitu mudahnya terjadi perceraian? Apakah perceraian selalu menjadi jalan keluar terbaik untuk memecahkan masalah masalah yang timbul dalam keluarga? Bukankah perceraian hanya akan menimbulkan masalah baru terlebih bagi anak anak? Dalam situasi dimana perceraian menjadi jalan yang mudah untuk menyelesaikan masalah , maka keluarga Katolik diundang untuk memberi kesaksian tentang Semangat Cinta Kasih, Kesetiaan, Pengampunan. Dalam semangat inilah suami istri Katolik menjaga keluhuran martabat dan kesucian Sakramen Perkawinan.

Doa.
Ya Allah yang mahabaik, bantulah kami umat-Mu, untuk setia menghidupi komitmen yang telah kami ucapkan dalam hidup sehari hari.  Entah komitmen menjadi suami istri , menjadi biarawan biarawati, ataupun komitmen untuk menjadi murid-Mu yang sejati . Amin.





Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran.  Kuduskanlah kami dalam kebenaran.



1 comment:

  1. Menghargai martabat pernikahan adalah kata kunci yg lain, karena Allah telah demikian tinggi melatakkan derajat dengan kesecitraan manusia dengan diriNya. Martabat itu nampak dlm perutusan manusia sebagai "pencipta' yg sesunggunya atas manusia baru. Keluhuran martabat inilah yg khas dalam Panggilan hidup berkeluarga. Orang kebanyakan hanya memperbincangkan sekedar soal etika dan moral terali lupa pada inti keluhuran perutusan martabat manusia dalam sakramen pernikahan itu,

    ReplyDelete