Bacaan Liturgi Jumat 28 September 2018
PF S. Wenseslaus, Martir
Bacaan Pertama Pkh 3:1-11
Untuk segala sesuatu ada waktunya, untuk apa pun di bawah langit ada masanya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam. Ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan. Ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa. Ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu. Ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk. Ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk menderita rugi. Ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang. Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit. Ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara. Ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci. Ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung seorang pekerja dari yang dikerjakannya dengan jerih payah? Aku telah melihat pekerjaan
yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Demikianlah sabda Tuhan.
Untuk segala sesuatu ada waktunya, untuk apa pun di bawah langit ada masanya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam. Ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan. Ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa. Ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu. Ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk. Ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk menderita rugi. Ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang. Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit. Ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara. Ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci. Ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung seorang pekerja dari yang dikerjakannya dengan jerih payah? Aku telah melihat pekerjaan
yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur
Mzm 144:1-4
Terpujilah Tuhan, gunung batuku.
*Terpujilah Tuhan, Gunung Batuku! Ia menjadi tempat perlindungan dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku; Ia menjadi perisai, tempat aku berlindung.
*Ya Tuhan, apakah manusia itu, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
Manusia tak ubahnya seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang berlalu.
Terpujilah Tuhan, gunung batuku.
*Terpujilah Tuhan, Gunung Batuku! Ia menjadi tempat perlindungan dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku; Ia menjadi perisai, tempat aku berlindung.
*Ya Tuhan, apakah manusia itu, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
Manusia tak ubahnya seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang berlalu.
Bait Pengantar Injil Mrk 10:45
Anak manusia datang untuk melayani
dan menyerahkan nyawanya sebagai tebusan bagi banyak orang.
Anak manusia datang untuk melayani
dan menyerahkan nyawanya sebagai tebusan bagi banyak orang.
Bacaan Injil Luk 9:18-22
Pada suatu ketika Yesus sedang berdoa seorang diri. Maka datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Yesus bertanya kepada mereka,
"Kata orang banyak siapakah Aku ini?" Mereka menjawab, "Yohanes Pembaptis; ada juga yang mengatakan: Elia; ada pula yang mengatakan: salah seorang nabi dari zaman dulu telah bangkit."
Yesus bertanya lagi, "Menurut kalian, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus, "Engkaulah Kristus dari Allah." Dengan keras Yesus melarang mereka
memberitakan hal itu kepada siapa pun. Ia lalu berkata, "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, oleh para imam kepala dan para ahli Taurat, lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga."
Demikianlah sabda Tuhan.
Pada suatu ketika Yesus sedang berdoa seorang diri. Maka datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Yesus bertanya kepada mereka,
"Kata orang banyak siapakah Aku ini?" Mereka menjawab, "Yohanes Pembaptis; ada juga yang mengatakan: Elia; ada pula yang mengatakan: salah seorang nabi dari zaman dulu telah bangkit."
Yesus bertanya lagi, "Menurut kalian, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus, "Engkaulah Kristus dari Allah." Dengan keras Yesus melarang mereka
memberitakan hal itu kepada siapa pun. Ia lalu berkata, "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, oleh para imam kepala dan para ahli Taurat, lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga."
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan.
Pernahkah
anda bertanya kepada sesama teman , “Menurutmu siapakah aku ini?” Pernahkah
anda merasa berterima kasih kepada teman yang dapat menyebutkan banyak hal
mengenai diri anda, baik dipandang dari sisi kelebihan maupun kekurangan? Kekuatan
atau kelemahan? Yang sudah berkembang atau yang perlu dikembangkan? Ketika anda
mengetahui bahwa teman anda mengungkapkan banyak hal tentang diri anda , maka
satu hal yang jelas dan pasti adalah bahwa dia sangat memberi perhatian dan
sangat mengenal anda. Hal itu tentu membuat anda merasa gembira karena
dipandang sebagai pribadi yang punya arti.
Yesus mau mengetahui sejauh mana para murid mengenal
diri-Nya, Ia memulai dengan pertanyaan yang mengarah kepada pendapat publik.
“”Kata orang banyak siapakah Aku ini?” Maka para murid menjawab
berdasarkan apa yang mereka dengar dari pendapat orang banyak. Sesudah itu,
Yesus mengarahkan pertanyaan kepada para murid “Menurut kamu, siapakah
Aku ini?” Maka Petrus segera memberikan jawaban pengenalannya dengan berkata,
“Mesias dari Allah” Terlepas dari jawaban Petrus yang tepat, Yesus sendiri
menghendaki agar
Pertama, para murid mengenal diri-Nya secara pribadi. Bila
dikaitkan dengan tugas mendatang ketika Yesus tidak bersama mereka lagi, maka
apa yang akan mereka wartakan tentang diri Yesus haruslah berangkat dari
pengenalan pribadi tentang-Nya.
Kedua, dari jauh
hari mereka sudah harus mengenal bahwa Yesus bukan datang untuk menjadi raja
yang memakai kuda perang melainkan justru akan mengalami penderitaan dan wafat
disalib, bersediakah mereka menerima Mesias seperti itu?
Bagaimana
dengan kita yang mengakui Yesus sebagai Tuhan? Apa kita bangga menjadi
pengikut-Nya? Yesus sendiri bersabda “Setiap orang yang mau mengikut Aku
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut
Aku. “ (Luk 9:23) Bangga menjadi pengikut Yesus harus siap menderita
dan berjuang, Sebagai pengikut Yesus , kita sering kali mendapat
tantangan yang tidak ringan dari orang lain. “Bagaimana mungkin yang namanya
Allah bisa disalib dan mati secara konyol” kata orang yang tidak memahami
misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Namun demikian , mari kita
tetap bangga akan Yesus yang berbelas kasih, yang bersedia mati untuk menebus
dosa kita.
Butir
permenungan.
Allah
membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. (Pkh 3:11)
Ayat diatas (beserta seluruh perikopnya) merupakan salah
satu favorit saya dari seluruh Alkitab. Bagi saya kehidupan memang penuh up
& down. Semuanya ada waktunya. Terkadang isaat saya bergumul, saya bertanya
kepada Tuhan sampai kapan saya harus begini.
Kapan saya akan menemukan jalan
keluar dari permasalahan yang saya hadapi, entah masalah relasi, finansial,
ataupun masa depan? Tetapi setiap saya membaca perikop ini , saya mengalami
peneguhan bahwa Tuhan mempunyai waktu-Nya sendiri dan saya harus sabar
menunggu, meskipun saya tidak tahu kapan waktunya Tuhan itu. Dengan tetap percaya kepada-Nya , saya tidak
akan pernah menyerah. Karena saya tahu , selalu ada yang menemani saya dan
selalu ada pengharapan untuk masa yang akan datang. Saya tidak bisa
memaksa Tuhan untuk membuat semuanya
indah saat ini juga. Saya tidak bisa memaksa Tuhan untuk mengambil masalah
masalah saya .Yang bisa saya lakukan adalah berjalan bersama Tuhan demi
mewujudkan impian dan target masa depan saya. Tuhan mempunyai waktu-Nya
sendiri. Bersabar dan bertekunlah dalam kehidupan sehari hari.
Doa.
Ya
Tuhan yang mahapengasih, bantulah kami umat-Mu untuk berani menghadapi
konsekwensi dari keputusan kami sebagai pengikut-Mu. Amin
Allah
membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
0 komentar:
Post a Comment