Bacaan Liturgi Senin 7 Oktober 2019
PW SP Maria, Ratu Rosario
Bacaan Pertama Yun 1:1-17;2:10
Datanglah
sabda Tuhan kepada Yunus bin Amitai demikian, "Bangunlah, pergilah ke
Niniwe, kota yang besar itu, dan berserulah terhadap mereka,
sebab
kejahatannya telah sampai kepada-Ku."
Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Ia pergi ke
Yafo, dan di sana mendapat sebuah kapal, yang akan berangkat ke
Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk
berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke
laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir
terpukul hancur. Awak kapal menjadi
takut; masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka
membuang segala muatan ke dalam laut untuk meringankan kapal. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal
yang paling bawah, dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil
berkata, "Bagaimana
mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada
Allahmu, barangkali Allahmu itu akan mengindahkan kita, sehingga
kita tidak binasa." Lalu berkatalah
mereka satu sama lain, "Marilah
kita buang undi, supaya kita tahu,
karena siapa kita ditimpa malapetaka ini." Mereka membuang undi, dan Yunuslah yang
kena. Maka
berkatalah mereka kepadanya, "Beritahu
kami, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau
datang? Manakah
negerimu dan dari bangsa manakah engkau?"
Sahut Yunus kepada mereka, "Aku ini seorang Ibrani. Aku takwa
pada Tuhan, Allah yang menguasai langit, yang telah menjadikan laut dan
daratan." Orang-orang
itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya, "Apa yang telah kauperbuat?" Sebab orang-orang itu tahu, bahwa ia
telah melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan. Hal itu telah
diberitahukannya kepada mereka. Bertanyalah
mereka, "Akan kami apakan dikau, supaya laut menjadi reda dan tidak
menyerang kami lagi? Sebab laut semakin bergelora." Sahut Yunus kepada mereka, "Angkatlah aku dan campakkanlah aku ke
dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kalian
lagi. Sebab aku tahu, karena akulah badai besar ini menyerang
kalian." Lalu berdayunglah
orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke
darat, tetapi mereka tidak sanggup,
sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. Lalu berserulah mereka kepada Tuhan,
katanya, "Ya Tuhan, janganlah
kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini, dan
janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak
bersalah, sebab
Engkau, Tuhan, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki."
Kemudian
mereka mengangkat Yunus dan mencampakkannya ke dalam laut. Maka laut
berhenti mengamuk. Orang-orang itu
menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan kurban sembelihan
kepada Tuhan
serta
mengikrarkan nazar. Maka atas penentuan
Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus. Dan Yunus
tinggal di dalam perut ikan itu
tiga
hari tiga malam lamanya. Lalu
bersabdalah Tuhan kepada ikan itu,
dan
ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat.
Demikianlah
sabda Tuhan.
Mazmur Yun 2:2.3.4.5.8
Engkau mengangkat nyawaku dari dalam
liang kubur.
*Dalam
kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku. Dari tengah-tengah alam maut aku
berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.
*Engkau
telah melemparkan daku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan,
lalu
aku terangkum oleh arus air; segala
gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
*Aku
berkata, "Telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku
memandang lagi bait-Mu yang kudus?"
*Ketika
jiwaku letih lesu dalam diriku, teringatlah aku kepada Tuhan,
dan
sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.
Bait Pengantar Injil Yoh 13:34
Perintah
baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling
mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Bacaan Injil Luk 10:25-37
Pada
suatu ketika seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus,
"Guru,
apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang
tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu, "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan
segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. dan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri." Kata
Yesus kepadanya, "Benar
jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi
untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, "Dan siapakah
sesamaku manusia?" Jawab
Yesus, "Adalah seorang yang
turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan
penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi
juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui
jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang
jalan. Demikian juga seorang Lewi datang
ke tempat itu. Ketika
melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang
Samaria yang sedang dalam perjalanan.
Ketika
ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut
luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian
ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu
membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan
itu, katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku
akan menggantinya waktu aku kembali.' Menurut
pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini, adalah sesama
manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu, "Orang yang telah
menunjukkan belas kasihan kepadanya." Yesus berkata kepadanya,
"Pergilah,
dan perbuatlah demikian!"
Demikianlah
sabda Tuhan.
Renungan
Perumpamaan tentang orang Samaria
yang baik hati merupakan salah satu perumpamaan indah yang hanya terdapat
didalam Injil Lukas. Yesus mengisahkan perumpamaan ini di tengah masyarakat
Yahudi yang pada waktu itu kebingungan dengan kaburnya definisi “sesama” Sesama dapat diartikan sebagai
saudara sekandung, semarga, sesuku, ataupun sebangsa. Selain itu, orang yang
mempunyai relasi baik dengan mereka (meskipun tidak sesuku) dapat juga disebut
sebagai sesama. Yesus sendiri mempunyai pengajaran yang jelas bahwa semua orang
tanpa kecuali adalah sesama kita. Itu berarti , mereka yang memusuhi kita pun
dapat kita sebut sebagai sesama. Rupanya ajaran Yesus ini masih sulit
diterima oleh rekan sebangsanya. Karena itulah,Yesus mengisahkan perumpamaan
tentang orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria adalah suku bangsa yang
tinggal di Palestina namun dipandang rendah oleh bangsa Yahudi, bahkan dianggap
kafir. Alasannya , mereka adalah keturunan Yahudi yang sudah tidak murni lagi
karena mengadakan perkawinan dengan bangsa bangsa lain. “Menurut pendapatmu siapakah di
antara ketiga orang ini, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh
ke tangan penyamun itu?" (ay 36) Kali ini Yesus yang bertanya .
Yesus hendak membongkar pola pikir ahli Taurat. Yesus tidak menjawab
pertanyaan, “Siapakah sesamaku?” Yesus malah balik bertanya , “Bagi
siapakah kamu telah menjadi sesama? Apakah kamu telah menjadi sesama bagi
orang orang menderita disekitarmu?” Dan ini masih bisa dilanjutkan, “Ataukah
kamu menjadi sesama hanya bagi orang orang
sekelompokmu?” Pertanyaan ahli Taurat ini tidak sulit dijawab.
Tetapi, pertanyaan Yesus barangkali akan membawa kita ke sudut dimana kita
hanya bisa tertunduk malu karena belum menjadi sesama bagi banyak orang. Kita
cenderung memilih milih . Atau kita barangkali lebih terikat pada jadwal dan
kesibukan kita. Apapun alasannya, kalau kita mau jujur, masih banyak hal yang kita
jadikan alasan untuk tidak menjadi sesama bagi orang orang disekitar kita,
khususnya mereka yang menderita. Kita perlu belajar mengubah itu , kalau
mau memperoleh hidup yang kekal. Dan ini ditujukan kepada kita.
Butir permenungan.
Injil hari ini sangat menyentuh
inti dari kehidupan beriman yaitu “Iman yang dihidupi dengan perbuatan
kasih” Iman adalah rahmat, supaya rahmat itu tidak sia sia
maka perlu usaha untuk memelihara dan mengembangkannya sehingga berdaya
guna bagi keselamatan sendiri dan orang lain. “ Iman tanpa perbuatan
adalah mati”, kata Rasul Jakobus. Ia menambahkan “Jika ia tahu berbuat
baik dan tidak melakukannya maka ia berdosa” Relasi yang intim dengan Allah harus berbuah kebajikan yang manis terhadap
sesamanya. Doa, Ekaristi, aktivitas rohani harusnya menjadi spirit
sekaligus penggerak untuk mewujudkan iman atau menjadi daya dorong seseorang
untuk membagikan kasih Allah kepada sesama. Kedekatan dengan Allah justru
menambah kekuatan kita untuk mewujudkan kasih, menumbuhkan kepekaan terhadap
sesama, dan menimba kebaikan untuk sesama.
Doa.
Allah Bapa yang Mahabaik, kasih - Mu yang bernyala nyala
membangkitkan gairah iman kami umat - Mu. Ajarilah kami umat - Mu untuk
mewujudkan kasih yang benar terhadap sesama, bukan dengan kata kata saja
melainkan terlebih dengan perbuatan nyata. Amin.
Perintah baru Kuberikan kepadamu,
sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku
telah mengasihi kamu.
0 komentar:
Post a Comment